Menuju konten utama

Defisit Transaksi Berjalan Membengkak, Pemerintah Mulai Waspada

Menteri Darmin mengakui defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 membengkak pada angka yang patut diwaspadai karena mencapai 3 persen dari PDB.

Defisit Transaksi Berjalan Membengkak, Pemerintah Mulai Waspada
Menko Perekonomian Darmin Nasution, bersama Menko Polhukam Wiranto dan Menteri ESDM Ignasius Jonan saat sebelum mengikuti rapat terbatas penanganan bencana alam NTB di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (10/8/2018). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) pada triwulan II/2018 mencapai 8 miliar dolar AS atau 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen dari PDB.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengakui angka defisit itu cukup besar di sepanjang sejarah perekonomian Indonesia.

"Tiga persen [dari PDB] itu angka yang bukan hanya secara internasional, tapi kita sendiri itu jarang sekali sampai ke tingkat itu," ujar Darmin di Jakarta pada Senin (13/8/2018).

Dia mengatakan bahwa pemerintah harus segera menyiapkan langkah-langkah untuk membuat angka defisit transaksi berjalan menurun.

Menurut Darmin, pemerintah akan memperhatikan nilai defisit transaksi perdagangan serta transaksi berjalan untuk perdagangan jasa, termasuk profit dari investasi dan sebagainya.

"Hal berjalan itu lebih luas dan lebih susah, oleh karena itu menyangkut barang-jasa, balas jasa, misal dari saham, dari obligasi asing yang beli di sini. Nah itu dia semua yang buat defisit, sehingga kebijakan yang harus dibuat harus lebih banyak kemungkinannya kalau urusan transaksi berjalan," kata Darmin.

Pada 10 Agustus lalu, Bank Indonesia melaporkan sampai dengan semester I/2018, defisit transaksi berjalan masih berada dalam batas yang aman, yaitu 2,6 persen dari PDB.

Sementara peningkatan defisit transaksi berjalan di triwulan II/2018 dipengaruhi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas.

Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas terutama disebabkan naiknya impor bahan baku dan barang modal, sebagai dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat di tengah ekspor nonmigas yang turun.

Peningkatan defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi naiknya impor migas seiring kenaikan harga minyak global dan permintaan yang lebih tinggi saat Lebaran dan libur sekolah.

Pada triwulan II/2018, sesuai dengan pola musimannya, terjadi peningkatan pembayaran dividen, sehingga turut meningkatkan defisit neraca pendapatan primer.

Baca juga artikel terkait DEFISIT PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom