tirto.id - Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) RI per kuartal II (Q2) 2020 mencapai 2,9 miliar dolar AS atau 1,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih rendah dari Q1 2020 yang mencapai 3,7 miliar dolar AS atau 1,4 persen dari PDB.
“Defisit transaksi berjalan makin menurun, ditopang oleh surplus neraca barang serta berkurangnya defisit neraca pendapatan primer,” ucap Kepala Departemen Komunikasi Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis, Selasa (18/8/2020).
Menurut situs BI, transaksi berjalan merekam naik-turunnya aktivitas ekonomi Indonesia dari perdagangan barang dan jasa sampai pembayaran imbal hasil kepada investor asing.
Transaksi berjalan juga biasa menjadi penanda seberapa besar kebutuhan pasokan mata uang asing di Indonesia yang harus diantisipasi agar tidak memicu pelemahan nilai tukar.
Pada Q2 2020 ini, defisit transaksi berjalan mengecil karena sejumlah faktor. Salah satunya didukung surplus neraca perdagangan. Surplus neraca perdagangan disebabkan penurunan impor seiring melemahnya permintaan domestik. Saat impor turun, berkurang juga kebutuhan dolar AS dalam domestik.
Faktor kedua, berkurangnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing. Hal ini disebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di Q2 2020 yang mencapai 5,32 persen yang juga diikuti penurunan kinerja perusahaan dan investasi.
Di luar kedua faktor itu, BI mencatat ada dua faktor lainnya yang memberi dorongan pada pelebaran defisit transaksi berjalan yang juga berkaitan turunnya suplai mata uang asing di dalam negeri termasuk dolar AS. Salah satunya yakni turunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara selama pandemi COVID-19.
Faktor kedua adalah turunnya remitansi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Penurunan ini sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia.
Defisit transaksi berjalan ini masih bisa ditutup oleh surplus transaksi modal dan finansial di angka 10,5 miliar dolar AS. Penyumbangnya aliran masuk neto investasi portofolio dan investasi langsung, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit 3,0 miliar dolar AS.
“Aliran masuk investasi portofolio meningkat dalam bentuk penerbitan global bond oleh Pemerintah dan korporasi serta pembelian Surat Utang Negara (SUN),” ucap Onny.
Perhitungan keduanya menghasilkan neraca pembayaran (NPI) Q2 2020 yang surplus hingga 9,2 miliar dolar AS. Angka ini membaik usai mengalami defisit 8,5 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri