tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan nilai tukar rupiah bisa menguat di bawah Rp10.000 per dolar AS dalam 2 tahun mendatang seiring dengan langkah pemerintah mengendalikan defisit transaksi berjalan.
“Single digit atau di bawah single digit. Rupiah bisa di bawah Rp10.000 per dolar AS. Cadangan di luar banyak. Dalam dua tahun ke depan lah, kalau ini sesuai rencana ya jalan,” ucap Luhut kepada wartawan saat ditemui di Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Selasa (3/12/2019).
Luhut optimitis bisa membenahi defisit transaksi berjalan dengan serangkaian perbaikan pada perekonomian. Luhut mengklaim defisit transaksi berjalan bisa ditekan sampai minus satu digit saja di angka 1 miliar dolar AS.
Luhut juga yakin neraca transaksi berjalan Indonesia bisa surplus di 1 miliar dolar AS. Meski begitu toh target yang dibidik tak mudah dicapai mengingat posisi defisit transaksi berjalan mencapai 31 miliar dolar AS per 2018.
“Kalau CAD (defisit transaksi berjalan) 1 miliar dolar AS atau plus 1 miliar dolar AS kan, bagus-bagus saja tapi kalau sampai minus 31 miliar dolar AS kan pengaruh ke rupiah kita. Dekat-dekat 1 miliar dolar AS, rupiah kita bisa di bawah Rp10.000,” ucap Luhut.
Beberapa strategi yang akan dilakukan di antaranya menggenjot hilirisasi komoditas. Mulai dari penggunaan campuran minyak sawit dalam bentuk Fatty Methyl Acid Eshter (FAME) dengan diesel untuk menjadi B30 sampai produk stainless steel dan carbon steel.
Dari produk-produk ini Luhut yakin Indonesia bisa meningkatkan ekspor sembari di saat yang sama menekan impor.
Lalu berbagai proses itu kata Luhut juga didukung dengan pengembangan energi bersih seperti tenaga air atau hidro. Dengan energi bersih itu, ia yakin pengembangan industri di Indonesia akan lebih maju dan investor asing lebih banyak yang ingin terlibat.
“Dua tahun lagi saya kira, kalau stainless steel, katode, lihtium bisa saya lihat enggak ada masalah lagi,” ucap Luhut.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Ringkang Gumiwang