Menuju konten utama

Penyebab Gempa 7 SR yang Guncang Turki dan Yunani

Gempa 7 SR yang guncang Turki dan Yunani disebabkan oleh adanya aktivitas Sesar Sisam (Sisam Fault).

Penyebab Gempa 7 SR yang Guncang Turki dan Yunani
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Turki dan Yunani diguncang gempa bumi berkekuatan 7 SR pada Jumat (30/10/2020) waktu setempat. Gempa bumi ini menyebabkan 709 orang terluka.

Dikutip dari Guardian, gempa ini terjadi pada pulul 14.51 waktu setempat. Gempa yang berpusat di Laut Aegean itu terasa hingga Athena Yunani dan Istanbul.

Dua orang dilaporkan tewas di Pulau Samos, Yunani akibat gempa bumi ini. Sementara otoritas Turki mengatakan sebanyak 20 orang tewas di daerah pesisi barat Turki.

Korban tewas diperkirakan akan meningkat, dengan walikota İzmir memberi tahu CNN Türk bahwa setidaknya 20 bangunan telah runtuh di kota itu.

İzmir adalah rumah bagi 4,5 juta orang dan berfungsi sebagai pintu gerbang ke beberapa resor wisata dan liburan.

Gempa tersebut berasal sekitar 11 mil (17 km) dari provinsi İzmir dan delapan mil di utara Samos, pada kedalaman yang relatif dangkal sekitar 10 mil.

Kota Bornova dan Bayraklı juga mengalami kerusakan yang signifikan, kata Menteri Dalam Negeri Turki, Süleyman Soylu.

Gempa ini dipicu oleh adanya aktivitas Sesar Sisam (Sisam Fault), sebuah sesar aktif dengan mekanisme pergerakan turun (normal fault) dengan panjang jalur sesar sekitar 30 km.

Dalam rilis BMKG terkait Gempa Turki dan Yunani ini, Sabtu (31/10/2020) hingga saat ini sudah terjadi lebih dari 100 aktivitas gempa susulan (aftershocks) sejak terjadinya gempa utama (mainshock) dengan magnitudo terbesar 5,1.

Sesar Sisam yang berada dekat Pulau Samos ini “pecah” dekat Menderes Graben, wilayah dengan sejarah panjang gempa dengan sesar turun (normal fault).

Karena mekanisme patahannya yang bergerak turun dan hiposenter gempanya sangat dangkal hanya sekitar 6 km maka wajar jika gempa ini memicu terjadinya tsunami, kata BMKG.

Tsunami akibat gempa ini didokumentasikan dengan baik oleh banyak alat pengukur pasang surut dan saksi mata di beberapa pulau di Yunani dan pantai di Turki.

Tsunami lokal tampak tercatat di stasiun-stasiun tide gauge seperti stasiun Syros ±8 cm, Kos ±7 cm, Plomari kurang lebih 5 cm dan Kos Marina kurang lebih 4 cm.

Sayangnya pantai terdekat pusat gempa tidak ditemukan catatan tide gauge, padahal tsunami ini juga menimbulkan kerusakan ringan di beberapa wilayah pantai Yunani dan Turki.

Tsunami kecil ini terjadi dan melanda daratan akibat kondisi topografi lokal pantai yang landai di dekat garis pantai sehingga mendukung terjadinya genangan di daratan. Hal ini berkaitan dengan morfodinamika pantai dan amplitudo pasang surut.

Wilayah Laut Aegean secara historis adalah kawasan rawan gempa dan tsunami, dengan peristiwa tsunami terakhir adalah tsunami merusak di Bodrum, Turki, akibat gempa berkekuatan 6,6 SR pada tahun 2017 lalu.

Sejarah gempa mencatat bahwa di sekitar Sesar Sisam ini sudah beberapa kali terjadi gempa kuat pada masa lalu seperti gempa tahun 1904 berkekuatan 6,2 SR dan gempa pada tahun 1992 berkekuatan 6,0 SR.

"Gempa ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua yang tinggal di wilayah Indonesia dengan kondisi seismik aktif dan memiliki banyak jalur sesar aktif di dasar laut, sehingga kewaspadaan terhadap gempa dan tsunami perlu terus ditingkatkan dengan memperkuat upaya mitigasinya baik mitigasi struktural dan non struktural," Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Baca juga artikel terkait GEMPA TURKI atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH