Menuju konten utama

Pengertian Muamalah, Contoh, & Macam-Macamnya dalam Agama Islam

Pengertian muamalah, contoh, dan macam-macamnya dalam Agama Islam. Simak lengkap artikel ini untuk mengetahui juga prinsip muamalah.

Pengertian Muamalah, Contoh, & Macam-Macamnya dalam Agama Islam
Ilustrasi penagihan utang. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Muamalah menjadi salah satu pembahasan penting yang perlu diketahui oleh umat Islam, khususnya bagi mereka yang biasa bertransaksi. Lantas, apa pengertian muamalah, prinsip, dan macam-macamnya dalam agama Islam?

Sebelum berbicara jauh tentang muamalah, hablum minannas atau hubungan manusia dengan manusia lainnya menjadi topik yang perlu diperhatikan. Muamalah memperlihatkan bagaimana transaksi horizontal antara satu individu dengan individu lain terjadi berdasarkan syariat.

Oleh sebab itu, pelaksanaan yang muamalah mengharuskan kedua belah pihak mendapatkan hak secara adil maupun sesuai perjanjian. Untuk mengetahui pengertian, prinsip, dan contoh muamalah, Anda dapat membaca penjelasan berikut.

Pengertian Muamalah

Pengertian muamalah adalah aturan-aturan Islam yang mengatur manusia dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial. Namun konteks muamalah di Indonesia merujuk pada hukum Islam yang mengatur ketentuan transaksi dua atau lebih pihak.

Menurut Asrian HC dalam dokumen bertajuk Muamalah (2015) yang diterbitkan Universitas Lampung, muamalah diklaim sebagai hubungan manusia dengan manusia lain atau sesama. Hukum ini tidak membatasi hubungan sesama manusia, meskipun berbeda agama, ras, dan suku.

Secara etimologi, muamalah berasal dari kata ‘aamala-yu’amilu-mu’amalat yang berarti saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Sementara dalam pandangan fikih dimaknai sebagai tukar-menukar barang maupun jasa yang bermanfaat melalui proses jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, dan usaha lainnya.

Beberapa contoh muamalah tersebut dijalankan sebagai bentuk hubungan manusia dengan manusia lain, namun tidak meninggalkan syariat Islam itu sendiri. Adapun semua transaksi barang atau jasa yang dilakukan umat Islam harus sesuai ketentuan muamalah.

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2017) karya Mustahdi dan Mustakim, beberapa hal yang dilarang untuk dilakukan ketika bermuamalah sebagai berikut:

  • Larangan menggunakan cara-cara batil.
  • Muamalah harus dilakukan tanpa unsur riba.
  • Cara yang digunakan dalam muamalah tidak boleh zalim (aniaya).
  • Larangan mempermainkan takaran, terutama mengurangi timbangan, kualitas, dan kehalalan,
  • Muamalah tidak boleh menggunakan spekulasi (judi).
  • Muamalah melarang transaksi jual-beli barang haram.

Prinsip Muamalah

Sesuai dengan penjelasan di atas, lingkup muamalah dijalankan berdasarkan prinsip beretika atau adabiyah. Lebih tepatnya mengarah pada prinsip seseorang beretika ketika melakukan transaksi di dunia.

Adapun dalam buku Ensiklopedi Islam (2005), terdapat lima prinsip muamalah berikut.

1. Transaksi bersifat mengikat pihak-pihak yang melakukan transaksi tersebut, pengecualian jika salah satunya melanggar syariat.

2. Perjanjian transaksi bisa dibuat kedua belah pihak secara bebas, penuh tanggung jawab, tidak bertentangan dengan syariat, dan tak melanggar kesopanan.

3. Transaksi terjadi ketika kedua pihak sukarela, yakni tidak ada unsur paksaaan maupun intimidasi dari pihak lainnya.

4. Syar’I atau pembuat hukumnya wajib memastikan rencana dan pelaksanaan transaksi berdasarkan itikad baik, demi menghindari perbuatan curang atau penipuan.

5. Penentuan hak atas suatu transaksi diserahkan oleh syar’a pada ‘urf atau adat, demi menemukan kriteria maupun batasan tertentu.

Macam atau Contoh Muamalah

Macam-macam muamalah dalam Islam di antaranya jual-beli, utang-piutang, dan sewa-menyewa. Setiap jenis muamalah tersebut memiliki aturan, syarat, dan ketentuannya masing-masing menurut syariat.

Berikut ini contoh muamalah yang kerap dijumpai.

1. Jual-Beli

Jual-beli adalah suatu kesepakatan tukar-menukar benda untuk memiliki barang terkait selamanya. Muamalah jenis ini dibenarkan Islam sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 275 sebagai berikut:

“...dan Allah Swt, telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba…”(QS. Al-Baqarah [2]: 275).

Dalam muamalah jual-beli, Islam mengenal 3 poin penting pelaksanaanya meliputi syarat-syarat jual beli, khiyar, dan riba. Syarat-syarat jual-beli mencakup pelaku, barang, dan uang transaksi. Penjual dan pembeli muamalah harus balig, berakal sehat, dan bertindak atas kehendak sendiri.

Kemudian, uang dan barang yang dipergunakan jual-beli di antaranya harus halal, suci, bermanfaat, keadaan barang diketahui kedua belah pihak, hingga barang serta uang milik sendiri. Setelah syarat dipenuhi, transaksi dapat dilakukan melalui ijab qobul (akad serah terima).

Dalam muamalah jual-beli, kedua belah pihak dapat memutus atau meneruskan transaksinya. Islam memperbolehkan hal ini karena muamalah jual-beli harus benar-benar dilaksanakan atas dasar suka sama suka dan tanpa unsur paksaan.

Di samping itu, pedagang dilarang melakukan riba ketika melakukan muamalah jual-beli. Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang.

Enzus Tinianus dan kawan-kawan dalam buku Pendidikan Agama Islam Berbasis General Education (2021), menuliskan bahwa Islam mengharamkan umatnya melakukan riba, dan Allah Swt. akan memberikan dosa besar kepada mereka yang menjalankannya.

Hal ini sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim berikut.

“Rasulullah mengutuk orang yang mengambil riba, orang yang mewakili, orang yang mencatat, dan orang yang menyaksikannya.”(HR. Muslim).

2. Utang-piutang

Utang-piutang merupakan jenis muamalah Islam berupa menyerahkan harta kepada seseorang, namun harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu tanpa mengubah besaran asalnya. Memberi utang kepada orang lain dianjurkan dalam Islam.

Pada prinsipnya, memberi utang adalah tindakan menolong kepada sesama. Muamalah utang-piutang dalam Islam dapat dilakukan apabila memenuhi 3 rukun sebagai berikut:

  • Ada pihak yang berpiutang dan berutang.
  • Ada harta yang diutangkan.
  • Ada lafal kesepakatan kedua belah pihak.

3. Sewa-menyewa

Sewa-menyewa atau ijarah merupakan imbalan yang wajib diterima seseorang atau jasa: penyedia tenaga, pikiran, tempat tinggal, hingga hewan yang diberikannya.

Muamalah jenis ini diperbolehkan dalam Islam sebagaimana firman Allah Swt dalam Al Quran surah Al-Baqarah ayat 233 sebagai berikut:

“...dan jika kamu ingin anakmu disusukan orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut...”(QS. Al-Baqarah [2]: 233).

Dalam melakukan muamalah sewa-menyewa, terdapat beberapa syarat dan rukun yang harus dipatuhi.

Di antaranya pihak pemohon dan pemberi sewa harus balig dan sehat, sewa-menyewa dilakukan atas dasar kemauan sendiri, manfaat barang yang disewakan telah diketahui jelas manfaatnya, hingga waktu, harga, serta cara pembayaran sewanya.

Baca juga artikel terkait MUAMALAH atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Yuda Prinada