tirto.id - Beberapa waktu lalu, aksi kekerasan kembali terjadi di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor Sumedang. Seorang praja IPDN diduga telah menjadi korban pemukulan 10 orang rekan seangkatannya.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo meminta agar IPDN bisa memberikan sanksi tegas kepada para pelaku. Menurutnya, hal semacam ini mengganggu kehormatan kampus yang dinilai seharusnya menjadi contoh bagi revolusi mental tersebut.
"Jangan diberi kesempatan, jangan diberi kelonggaran sanksi. Ini mengganggu kehormatan IPDN khususnya Kemendagri," tutur Tjahjo di kantornya, Selasa (28/8/2017), seperti diberitakan situs kemendagri.go.id.
Tjahjo meminta para praja untuk patuh dan taat kepada aturan yang berlaku. Tjahjo menegaskan sekarang ini sudah bukan lagi jamannya menerapkan kekerasan dalam pendidikan.
Apalagi siswa IPDN, menurut dia, adalah calon aparatur sipil negara yang nantinya menjadi pamong. Hal ini sudah menjadi pelanggaran disiplin, karena itu perlu ketegasan dalam menyikapi masalah tersebut.
"Harus dijaga kehormatan harga diri sebagai lembaga revolusi mental khususnya calon pegawai negeri sipil," tambah dia.
Rektor IPDN Ermaya membenarkan kabar pemukulan tersebut, dikutip dari situs kemendagri.go.id.
Pihak kampus IPDN menyatakan telah menerapkan sanksi terhadap 10 praja IPDN yang memukul temannya.
Selain terhadap anak didik, sanksi juga diberikan pengurus kampus IPDN terhadap pendamping siswa. Menurut Ermaya, satu pendamping siswa langsung diberhentikan atas kejadian tersebut.
"Pemukulan ringan karena pacaran, yang dipukul memar bibir dan sudah aktif kuliah. Pemukul lima orang diturunkan pangkat dan tingkat, serta lima orang diskorsing 6 bulan dan satu pengasuh diberhentikan," ujar Ermaya.
Insiden pemukulan ini diduga terjadi karena dilatarbelakangi oleh kisah asmara dua calon praja dari daerah berbeda. Disinyalir calon praja yang menjadi korban pemukulan dari Riau, sedangkan pihak perempuan adalah anak didik dari Kalimantan Barat. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pihak yang mengungkapkan kronologis mengenai kejadian tersebut secara rinci.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri