Menuju konten utama

Peluang Gerindra di Pilgub Jatim: Usung Kader Dampingi Khofifah

Khofifah Indar Parawansa dinilai masih memiliki pengaruh untuk Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo-Gibran di Jawa Timur.

Peluang Gerindra di Pilgub Jatim: Usung Kader Dampingi Khofifah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kedua kanan) menyapa warga saat mengikuti Kirab Budaya Grebeg Tutup Suro di Sumoroto, Kauman, Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (15/8/2023). ANTARA FOTO/Siswowidodo/rwa.

tirto.id - Partai Gerindra memprioritaskan kader sendiri untuk berlaga di pemilihan kepala daerah atau Pilkada 2024. Partai yang dinakhodai Prabowo Subianto kini sedang menyiapkan data para kader bakal maju dalam kontestasi dan diserahkan kepada DPP.

Gerindra pun masih terbuka untuk mengusung tokoh lain di luar internal. Tetapi hal itu melihat situasi dan kondisi di lapangan nantinya.

"Untuk calon lain yang di luar internal tentunya akan kita lihat juga apa namanya bagaimana kemudian situasi dan kondisi di daerah masing-masing terhadap kader internal di Partai Gerindra," kata Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/4/2024).

Pernyataan Dasco pun menimbulkan tanda tanya pilkada di sejumlah daerah. Salah satunya di Jawa Timur. Gerindra sudah memberikan rekomendasi mantan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa untuk berlaga di pemilihan kepala daerah.

Berdasarkan hasil pileg 2024, Gerindra kini mengalami kenaikan suara signifikan. Gerindra memperoleh 21 kursi DPRD Jatim dengan suara 3.589.052 suara.

Perolehan suara Gerindra naik dibandingkan 2019 yang hanya 15 kursi. Walaupun suara Gerindra masih kalah dengan PKB yang mencapai 27 kursi dengan 4.517.228 suara dan PDIP yang meraih 21 kursi dengan perolehan suara 3.735.865 suara.

Ahmad Sufmi Dasco

Ketua Harian DPP Partai Gerindra Ahmad Sufmi Dasco saat diwawancara awak media di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2023). Tirto.id/Fransiskus Adryanto Pratama

Khofifah Indar Parawansa pun dinilai masih memiliki pengaruh untuk Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo-Gibran di Jawa Timur. Analis politik Unair, Suko Widodo, menuturkan, hal itu juga tidak lepas dari upaya partai KIM memberikan surat rekomendasi gubernur, baik Golkar, Gerindra, PAN dan Demokrat.

Tetapi, Suko tidak memungkiri akan ada pergulatan antar-partai KIM untuk menentukan nama wakilnya. Hal itu berpengaruh pada kestabilan koalisi Khofifah.

"Apa lagi karena Khofifah tidak punya partai maka harus ada perbincangan itu secara bersama-sama terhadap keputusan waktu itu. Memang kalau mengajukan sendiri dilemanya kan waktu itu Demokrat juga mengajukan Emil satu pasang misalnya. Hal itu saja perlu segera dibicarakan agar tidak terjadi konflik antar-parpol di dalam pengajuan Ibu Khofifah dalam running pilkada Jawa Timur," kata Suko.

Suko mengingatkan, suara perolehan pileg tidak serta-merta sejalan dengan suara pilkada. Dia mengingatkan tidak sedikit partai bersuara besar gagal maju pilkada. Esensi maju pilkada untuk memenangkan kandidatnya. Dia pun menilai Gerindra perlu berhitung dengan cermat.

Selain perhitungan, Gerindra juga perlu melihat situasi politik seperti kelompok fanbase. Seperti kemenangan komedian Komeng di Pileg 2024 yang ditopang oleh kelompok penyuka. Selain itu, publik saat ini mulai tidak dekat dengan partai sejak 2011-2024 ini.

Suko menilai masih ada kader potensial yang bakal diusung Gerindra untuk menjadi pendamping Khofifah yakni Ketua DPD Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad. Sada memiliki pengaruh di Jawa Timur tetapi bakal bersaing dengan kader Golkar yang juga mantan Sekda Jawa Timur, Heru Tjahjono, dan Bupati Sumenep cum kader PDIP, Ahmad Fauzi.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, opsi keluar juga masih mungkin diambil Gerindra dan membentuk koalisi sendiri. Namun Suko melihat Gerindra perlu menggandeng partai lain untuk maju Pilkada. Jika dilihat dari situasi saat ini, Gerindra masih fokus bersama Khofifah daripada keluar.

"Ya kalau merujuk perjanjian dalam tahun ini pada februari kemarin masih bareng-bareng. Saya enggak tahu kalau ada perubahan. Gak tahu saya. tapi dilihat hasilnya partai mungkin besar terus beda. Namanya politik kan serba kemungkinan," kata Suko.

Gerindra Berpeluang Lepas Khofifah

Analis sosial-politik ISESS, Musfi Romdoni, melihat peta politik masih cair. Hasil pileg 2024 dinilai akan membuat Gerindra semakin mantap di Jawa Timur. Terlihat kursi Gerindra naik dari 15 menjadi 21 kursi DPRD provinsi Jatim untuk periode 2024-2029. Jumlah itu hanya kurang 3 kursi untuk mengusung calon sendiri di Pilgub Jatim 2024 (syarat mengusung 24 kursi).

"Atas hasil signifikan itu, tidak heran ada isu yang menyebutkan Gerindra bisa saja mencabut dukungan dari Khofifah. Namun, isu itu saya rasa tidak masuk akal dalam kacamata matematika politik," ungkap Musfi.

"Di atas kertas, peluang terbesar bagi Gerindra untuk ikut menang di Pilkada Jatim ya dengan tetap mengusung Khofifah. Saya kira, daya tawar Gerindra akan digunakan untuk merebut posisi wakil Khofifah," kata Musfi.

Namun, peta koalisi dan strategi partai dalam pilkada tidak bisa dilihat secara parsial. Komunikasi lintas partai sangat memungkinkan terjadinya barter dukungan. Musfi mencontohkan Gerindra menghitung peluang kadernya lebih kuat di Jateng.

Dia menilai bisa saja Gerindra akan lepas peluang sebagai calon wakil gubernur, Khofifah dan sebagai gantinya meminta parpol koalisi lainnya untuk ikut mengusung kadernya di Jateng.

Gelar prestasi pembangunan peternakan Jawa Timur

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kedua kanan) melihat kucing di salah satu stan pameran saat Gelar Prestasi Pembangunan Peternakan Jawa Timur di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (25/11/2023). ANTARA FOTO/Moch Asim/aww.

Lantas, siapa kader yang potensial?

Musfi mengakui Anwar Sadad adalah kader kuat. Namun, secara popularitas mungkin tidak begitu besar. Sadad hanya kuat di Pasuruan, Probolinggo dan tapal kuda. Di luar itu, hanya mengandalkan mesin partai dan jaringan alumni Ponpes Sidogiri.

"Jika bicara popularitas yang tinggi, nama Ahmad Dani sekiranya yang terdepan. Demokrasi telah memasuki era yang disebut dengan budaya selebriti (culture of celebrity)," kata Musfi.

Musfi mengingatkan, selebriti saat ini lebih memegang berbagai peranan dalam kehidupan bermasyarakat. Jika sebelumnya hanya sebagai penghibur, saat ini selebriti dapat menjadi pembawa suara kelompok marginal, sarana marketing, hingga simbol politik negara.

"PDIP kemungkinan besar mengusung Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Partai Demokrat dapat mengusung Emil Dardak, dan PKB disebut-sebut akan mengusung Muhaimin Iskandar," kata Musfi.

"Saya kira, munculnya nama Cak Imin membuat Pilgub Jatim jadi begitu menarik. Ini sekaligus akan menjadi pembuktian atas klaim Jatim sebagai kandang PKB," tambah Musfi.

Rekomendasi dari Gerindra untuk Khofifah Masih Berlaku

Ketua DPD Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad, menuturkan arah politik partai akan berupaya sejalan dengan Koalisi Indonesia Maju. Tetapi tetap membuka peluang untuk komunikasi dengan partai lain.

"Arahan dari Ketua Harian, kami akan berkomunikasi dengan teman-teman koalisi, baik KIM maupun partai lain," kata Sadad kepada Tirto.

Sadad menjelaskan, rekomendasi memajukan Khofifah tetap berlaku. Pembahasan nama wakil tetap menjadi perbincangan di koalisi. Tetapi, sikap partai di level kabupaten kota tetap mengedepankan kader partai.

Rakornas Partai Gerindra

Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (tengah) menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra di Jakarta Internasional Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta, Jumat (15/12/2023). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/Spt.

"Sampai hari ini rekomendasi untuk mengusung Bu Khofifah masih berlaku, tidak ada arahan lain. Sedangkan untuk Wakil Gubernur tentu harus menjadi bagian dari strategi kemenangan bersama, tetapi untuk Pilkada Kabupaten Kota kita punya prioritas," kata Sadad.

"Kita optimistis mengusung kader di 24 Pilkada Kabupaten dan kota," tutup Sadad.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin