tirto.id - Kepala Studi Pusat Keamanan dan Perdamaian UGM Muhammad Najib Azca berpendapat negara harus lebih banyak mendengarkan aspirasi masyarakat untuk mewujudkan cita-cita besar Revolusi Mental.
“Revolusi Mental sesungguhnya adalah mengubah mindset bahwa pemerintah bukan lagi aktor terpenting dalam banyak hal, aktor penting untuk menyelesaikan banyak masalah, dalam upaya-upaya membangun republik, “ kata Najib di acara Rembuk Nasional Gerakan Indonesia Bersatu, Sabtu (27/10).
Terkait pandangan itu, Najib menjelaskan, berkaca dari berbagai konflik besar pascareformasi, penanganan dan penyelesaian konflik-konflik tersebut justru lebih banyak berasal dari peran aktif masyarakat.
“Saya kira, ketika demokrasi semakin terkonsolidasi—di masa awal reformasi kondisi negara begitu lemah dan kacau balau—kita mampu menurunkan tempo tingkat konflik secara signifikan,” jelas Najib kepada Tirto.
Saat ini, seiring membaiknya keadaan negara dan kanal aspirasi masyarakat dibuka seluas-luasnya, konflik bukan berarti tidak ada sama sekali. Konflik tetap ada namun bentuknya lebih kecil, belum sampai menimbulkan perang saudara.
Menyebut dua contoh, konflik yang ada saat ini menurut Najib berkisar di isu politik identitas dan sumber daya alam.
“Saya kira inilah momentum yang tepat untuk meletakkan masalah-masalah itu dalam konteks Revolusi Mental. Konsolidasi antara negara dan masyarakat sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Jadi, dengan Revolusi Mental ini mestinya kita memiliki pendekatan yang baru, strategi yang baru, dalam konteks penanganan konflik yang tidak bisa diselesaikan sendiri oleh negara,” tambahnya.
Najib menekankan pentingnya kolaborasi, kerjasama antara pihak pemerintah dengan masyarakat. Dan berkaca dari pengalaman masyarakat menginisiasi penyelesaian konflik, negara cukup menjadi fasilitator yang baik.
“Negara perlu lebih banyak mendengar, perlu lebih banyak belajar dari rakyat. Jangan seperti dulu, negara jadi lembaga yang serbatahu kegiatan rakyatnya, lembaga yang memutuskan segalanya,” tambah Najib.
Terakhir, Najib menyebut Revolusi Mental sebagai suatu hal yang simultan dan berkelanjutan. “Revolusi Mental adalah inovasi tanpa henti untuk kemajuan publik dan Republik,” katanya
Lepas dari pernyataan Najib di atas, Menko PMK Puan Maharani menyebut Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang diinisiasi pihaknya sudah membuahkan hasil.
“Menginjak 3,5 tahun pelaksanaan GNRM di Indonesia telah banyak perubahan terjadi, antara lain semakin baiknya layanan publik, disiplin ASN dan masyarakat, kemandirian bangsa, keberhasilan lingkungan, serta semakin kokohnya NKRI di tengah berbagai ideologi dunia,” kata Puan, saat memberi sambutan pembukaan Pekan Kerja Nyata (PKN) Revolusi Mental di Lapangan Koni, Manado, Jumat (26/10).
Penulis: Zulkifli Songyanan
Editor: Irwan Syambudi