tirto.id - Ketua Indonesia Institute for Society Empowerment Ahmad Syafii Mufid menyebut rembuk penting dilaksanakan baik dalam skala nasional, daerah, maupun skala-skala yang lebih kecil dari itu.
“Untuk memelihara dan mengembangkan sikap toleransi, baik toleransi antarsuku, antargolongan, antaragama, maupun antarras, bisa dilakukan melalui rembuk,” kata Syafii yang didaulat sebagai salah satu pembicara dalam Rembuk Gerakan Indonesia Bersatu—salah satu mata acara di hari kedua Pekan Kerja Nyata (PKN) Revolusi Mental di Manado, Sabtu (27/10/2018).
Menurut Syafii, rembuk adalah jiwa bangsa Indonesia yang digali dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa lewat sila keempat Pancasila, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. “Permusyawaratan itulah yang saya maksud dengan rembuk tadi,” jelasnya kepada Tirto.
Saat ini, menurut Syafii, rembuk jarang sekali dilakukan masyarakat Indonesia sehingga aksi tuntut-menuntut, demonstrasi, hingga aksi silih balas memberi laporan ke polisi, lebih banyak ditempuh untuk menyalurkan aspirasi atau menyelesaikan persoalan.
Dalam konteks Revolusi Mental, Syafii menyarankan agar pemahaman, pola pikir, serta perilaku semacam itu diubah. “Kekuatan tidak bisa menyelesaikan persoalan. Dalam rembuk, persepsi disamakan sehingga para pihak bisa mencari titik temu atas persoalan yang mereka hadapi,” pungkasnya.”
Hari kedua PKN Revolusi Mental diisi dengan Rembuk Nasional GNRM (Gerakan Nasional Revolusi Mental), Rapat Koordinasi Pengendalian dan Pembangunan Perbatasan Tahun 2018, serta pemutaran sejumlah film bertema Revolusi Mental.
Rembuk Nasional dibagi ke dalam lima tema besar, yakni Gerakan Indonesia Melayani (di bawah koordinator Kemenpan RB), Gerakan Indonesia Tertib (Kemenko Polhukam), Gerakan Indonesia Bersih (Kemenko Kemaritiman), Gerakan Indonesia Mandiri (Kemenko Perekonomian), dan Gerakan Indonesia Bersatu (Kemendagri).
Kelima acara tersebut digelar di lima tempat berbeda di Manado, yakni Swissbell Hotel, Novotel, Hotel Arya Duta, Four Points, dan Hotel Peninsula. Peserta rembuk adalah perwakilan pemerintah daerah se-Indonesia, akademikus, ormas/kelompok masyarakat, mahasiswa, dan umum.
Penulis: Zulkifli Songyanan
Editor: Irwan Syambudi