Menuju konten utama
3 April 2016

Panama Papers & Mengapa Kejahatan Finansial Harus Diketahui Orang?

Sumber anonim yang membocorkan Panama Papers mendasarkan tindakannya atas satu hal: agar kejahatan finansial diketahui warga dunia.

Panama Papers & Mengapa Kejahatan Finansial Harus Diketahui Orang?
Ilustrasi Panama Papers. tirto.id/Nauval

tirto.id - Pilih seseorang yang benar-benar bisa Anda percaya. Persahabatan selama empat dekade mungkin bisa jadi jaminan. Libatkan bank-bank yang para penentu kebijakannya dapat Anda kendalikan sebagaimana kedua tangan Anda. Jalin kerja sama dengan firma hukum yang punya reputasi bagus dalam menangani urusan yang hendak Anda jalankan. Urusan yang jauh dari lepas pantai dan warga negara Anda. Rekomendasi penasihat hukum beken dari Swiss tentu paten belaka. Sila dipertimbangkan.

Firma yang Anda pilih mendirikan dan mengelola perusahaan-perusahaan baru atas nama sahabat Anda. Perusahaan dengan nasib yang lebih buruk ketimbang Benjamin Button: bongsor sejak lahir, tidak punya organ-organ dalam, serta tak punya kemampuan untuk tumbuh maupun layu secara alamiah.

Perusahaan-perusahaan itu mesti dipelihara dalam situasi istimewa. Kepulauan Perawan Inggris, koloni otonom Inggris Raya di kawasan Karibia, adalah salah satu ekosistem buatan pertama dan terbaik untuk perusahaan-perusahaan berjenis “cangkang” alias “kotak surat” itu. Ia adalah wilayah bebas pajak bagi perusahaan asing serta pemberlaku hukum privasi yang memastikan orang-orang cerudik senantiasa berada di luar garis.

Selanjutnya, perusahaan-perusahaan baru itu mengajukan pinjaman lewat firma yang mewakilinya. Bank setuju dan kontrak diteken. Satu miliar dolar Amerika Serikat atau 14,5 triliun rupiah, meninggalkan Rusia yang dingin untuk pelesir ke sebuah pulau tropis di Karibia.

Serba mudah, tentu, selama Anda adalah seorang pejabat tinggi di negara yang punya rekam jejak panjang diperintah secara manasuka oleh para pejabat tingginya.

Agar Kejahatan Diketahui Orang-orang

Skenario di atas diambil dari video infografik berjudul “How to Hide a Billion Dollars in 5 Easy Steps” yang dirilis Guardian. Video itu berisi rangkuman perjalanan dana pinjaman tanpa jaminan dari Bank Rosiyya ke Russian Commercial Bank of Cyprus—anak perusahaan bank VTB milik Rusia—lalu ke perusahaan-perusahaan cangkang di Kepulauan Perawan Inggris yang terdaftar atas nama Sergei Roldugin dan dikelola oleh firma hukum Mossack Fonseca, dalam rentang 2009 hingga 2012. Sebagian dana tersebut, 11,3 juta dolar Amerika Serikat atau 164,27 miliar rupiah, kemudian berpindah lagi.

Sandalwood, salah satu perusahaan cangkang Roldugin, menginvestasikannya pada sebuah resor ski di dekat Saint Petersburg, Rusia. Katerina Putin, putri bungsu Presiden Rusia Vladimir Putin, menikah di resor ski tersebut. Sebagaimana dilaporkan Guardian, hampir seluruh babak cerita perjalanan itu melibatkan, atau setidaknya bersinggungan, dengan orang-orang dekat Vladimir Putin.

Selain statusnya sebagai pinjaman tanpa jaminan, pergerakan dana itu rawan karena tak terlacak. Ia melintas di bawah hidung semua orang, tetapi tidak terendus. Sampai 2015, ketika seorang Robin Hood anonim merampok 11,5 juta dokumen milik Mossack Fonseca dan mengirimkannya kepada koran Jerman Süddeutsche Zeitung (SZ).

Walau mengelola banyak perusahaan cangkang di pelbagai tax haven, yakni yurisdiksi bebas pajak (atau menetapkan pajak amat kecil bagi perusahaan), Mossack Fonseca adalah perusahaan Panama. Maka, himpunan dokumen itu, yang dirilis untuk publik pada 3 April 2016, tepat hari ini 5 tahun lalu, dinamai Panama Papers atau Berkas Panama.

Menurut laporan SZ, sang peniup peluit menyandarkan tindakannya pada sebuah alasan moral: ia ingin kejahatan-kejahatan itu diketahui warga dunia. Sejalan dengan semangat tersebut, Süddeutsche Zeitung pun mengajak International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) serta lebih dari seratus media massa dari seluruh dunia untuk menggarap dokumen-dokumen itu, termasuk Guardian dan BBC. Di Indonesia, Tempo adalah satu-satunya media yang mempunyai akses langsung terhadap Berkas Panama.

Tapi kekuasaan tak akan pernah datang sendirian. Dua hari setelah Berkas Panama disingkapkan di muka publik untuk kali pertama, Global Times, koran Partai Komunis Cina, merilis artikel editorial bertajuk “Powerful force is behind Panama Papers”. Keberatan utama mereka adalah anonimitas sang peniup peluit. Bagi mereka, selubung itu adalah indikator rendahnya kredibilitas. Lain sama sekali dari Wikileaks dan Julian Assange.

Lalu mereka melakukan sebuah lompatan iman menuju kesimpulan: Berkas Panama tak lebih dari siasat buruk orang Barat untuk membikin sengsara pemimpin-pemimpin non-Barat, khususnya Asia, yang merupakan lawan ideologis mereka. “Meski punya kepentingan masing-masing, negara-negara Barat adalah sekutu dekat dalam ideologi.”

Pada paragraf lain: “Sejumlah orang penting dari Barat memang disebutkan juga. Contohnya Perdana Menteri Islandia yang dikabarkan memiliki rekening offshore besar-besaran. Namun, dibanding skandal yang ditudingkan kepada Putin, hal itu ibarat kentang mungil saja.”

Infografik Mozaik Panama Papers

Infografik Mozaik Surga Pajak dalam Panama Papers. tirto.id/Nauval

China Digital Times, situs pengamat internet Cina yang berafiliasi dengan University of California, Berkeley, melaporkan instruksi sensor yang diedarkan pemerintah pada 4 April 2016: “Cari dan hapus laporan-laporan tentang Berkas Panama. Hentikan penyelidikan atasnya tanpa kecuali. Situs-situs internet Cina yang memberi tempat untuk serangan media-media asing terhadap Cina akan ditindak setegas-tegasnya. Imbauan ini disampaikan secara lisan kepada para editor yang bertugas. Harap segera ambil tindakan.”

Sehari setelahnya, pencarian menggunakan kata kunci “Panama” di media sosial Weibo hanya akan menghasilkan laman kosong yang diimbuhi pesan pendek: tak ada hasil yang relevan.

Sedikitnya nama delapan orang pejabat dan anggota keluarga pejabat tinggi Cina terekam Berkas Panama. Antara lain pasangan Li Xiaolin-Liu Zhiyuan, putri dan menantu mantan Perdana Menteri Li Peng, dan Deng Jiagui, ipar Presiden Xi Jinping.

Empat tahun silam, Bloomberg News menerbitkan laporan tentang kekaisaran bisnis Deng Jiagui yang gemah ripah loh jinawi dan terdiri dari rupa-rupa perusahaan di dalam dan luar Cina dengan keseluruhan aset yang diperkirakan bernilai ratusan juta dolar Amerika Serikat. Nama Deng Jiagui juga tercantum dalam dokumen Offshore Leaks yang dirilis ICIJ pada awal 2013.

Berkas Panama penting bukan karena ia dokumen pertama yang dijadikan bahan untuk membongkar soal-soal gelap di seputar perusahaan cangkang, penyembunyian kekayaan, upaya-upaya penghindaran pajak, pencucian uang, dan sebagainya. Sebelumnya, ICIJ sudah berulang kali mendapat dan mengelola bocoran data serupa. Yang menakjubkan sekaligus menjadikan Berkas Panama penting adalah ukurannya, dan dengan demikian, potensinya.

Di hadapan Berkas Panama, gabungan data Offshore Leaks (2013), Luxemburg Leaks (2014), dan Swiss Leaks (2015)—yang masing-masing sebesar 260, 4, dan 3,3 gigabita—ibarat Gulliver yang tersapu ke pulau gergasi dan berjumpa penghuninya. Hampir sepuluh kali lipat lebih besar, Berkas Panama mencapai 2,6 terabita.

Enam tahun sebelum Berkas Panama, Wikileaks membocorkan data dan membuat seisi planet ini takjub. Orang terpesona bukan hanya karena kerahasiaan informasi yang dibocorkan Assange, tetapi juga karena potensi yang diisyaratkan oleh ukuran data tersebut: 1,7 gigabita. Mengenai itu, BBC membuat analogi yang menarik: bocoran Wikileaks adalah populasi San Fransisco, sedangkan Berkas Panama adalah jumlah keseluruhan penduduk India.

==========

Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 8 April 2016 dengan judul "Berkenalan dengan Berkas Panama". Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca juga artikel terkait PANAMA PAPERS atau tulisan lainnya dari Dea Anugrah

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dea Anugrah
Editor: Ivan Aulia Ahsan