Menuju konten utama

Menkes Tiru Penanganan Stunting Berbasis Elektronik ala Sumedang

Menkes Budi Gunadi Sadikin akan menerapkan penanganan stunting dengan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di seluruh Indonesia.

Menkes Tiru Penanganan Stunting Berbasis Elektronik ala Sumedang
Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menjawab pertanyaan pembawa acara Podcast Antara Rully Yuliardi di Gedung Adhyatma Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (10/11/2022). ANTARA FOTO/Fauzan/YU

tirto.id - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin akan menerapkan penanganan stunting (kekerdilan/gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis) dengan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di seluruh Indonesia.

Hal itu disampaikan Budi setelah meninjau langsung pemanfaatan SPBE untuk percepatan penanganan stunting oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Pada lima tahun terakhir, angka prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang turun dari 32,2 persen pada tahun 2018 menjadi 8,27 persen pada 2022.

Budi menyebut Sumedang sebagai kabupaten yang berhasil menerapkan SPBE dan menjadikannya sebagai basis data untuk menurunkan stunting.

"Pemerintah Sumedang berhasil memberdayakan semua potensi yang ada di wilayahnya dengan sistem elektronik sebagai alatnya," kata Budi melalui keterangan tertulis yang dikutip pada Sabtu (11/2/2023).

SPBE menyajikan sejumlah data dan informasi yang jelas seperti desa dengan angka prevalensi stunting yang tinggi, data statistik anak yang terkena stunting, hingga penyebab terjadinya stunting di desa tersebut.

Dengan data yang ada, penanganan stunting di setiap desa akan berbeda sesuai dengan kendala yang dihadapi.

Budi menambahkan hal utama dalam pencegahan stunting adalah dengan intervensi spesifik pada ibu sejak remaja dan intervensi spesifik pada anak di usia 6 bulan sampai 24 bulan.

Pada ibu sejak remaja yang paling penting adalah jangan sampai mengalami anemia. Intervensi dilakukan dengan memberikan tablet penambah darah.

Upaya lain yang juga penting adalah dengan memberikan protein hewani melalui MPASI sejak anak usia 6 sampai 24 bulan.

Makanan tambahan ini merupakan makanan yang mengandung protein hewani seperti ikan, ayam, daging sapi, dan yang paling gampang adalah telur.

"Kalau anak sudah stunting itu sudah telat untuk diobati. Jadi jangan tunggu sampai stunting. Caranya adalah jika berat badan anak tidak naik maka harus langsung kirim ke Puskesmas untuk diintervensi dan diberi makanan tambahan selama 14 hari," ucapnya.

Sementara itu, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengatakan SPBE merupakan bagian dari kolaborasi seluruh komponen untuk menangani stunting.

"Kami menggunakan teknologi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Kami punya platform Sistem Informasi Penanganan Stunting Terintegrasi atau Simpati," kata Dony.

Platform Simpati menghubungkan berbagai kepentingan mulai dari kader Posyandu, Puskesmas, desa, dinas terkait, dan pimpinan daerah dalam mendapatkan laporan stunting. Masyarakat umum dan orang tua juga dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk melakukan pengecekan status gizi anak.

Platform ini berisi data spasial, data spasial kewilayahan, nama kecamatan dengan desa tertinggi stunting. Platform ini juga berisi data statistik by name by address, siapa yang stunting dan penyebabnya.

Tak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Sumedang juga memiliki Sistem Informasi Geospasial Online (Sigeon). Teknologi ini digunakan untuk memetakan berbagai data sampai di masing-masing rumah penduduk.

"Sigeon ini berguna untuk berbagai kepentingan yang salah satunya terkait kesehatan," terangnya.

Baca juga artikel terkait STUNTING PADA ANAK atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan