tirto.id - Langit yang kita lihat sehari-hari ternyata terdiri dari beberapa lapisan atmosfer yang memiliki karakteristik unik. Salah satu lapisan yang penting tetapi jarang diperhatikan adalah stratosfer.
Lapisan stratosfer berada di atas troposfer, tempat kita tinggal. Lapisan tersebut berperan besar dalam menjaga keseimbangan kehidupan di bumi.
Stratosfer memiliki karakteristik yang berbeda dari lapisan atmosfer bumi lainnya. Ia dikenal dengan kondisi yang stabil, rendah awan, dan kandungan ozon yang berlimpah. Keberadaan ozon di stratosfer menjadi sangat penting, terutama untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet yang berbahaya.
Mengenal lebih dalam mengenai stratosfer dapat membantu kita memahami peran pentingnya dalam ekosistem bumi. Artikel ini akan membahas lebih lanjut seputar stratosfer, mencakup fungsi, ciri-ciri, serta fenomena stratosfer.
Apa Itu Stratosfer dan Fungsinya?
Dilansir dari laman NASA Space Place, stratosfer adalah salah satu lapisan atmosfer bumi yang terletak di antara troposfer dan mesosfer. Lalu, stratosfer lapisan ke berapa? Stratosfer adalah lapisan kedua dari atmosfer bumi, terletak di atas troposfer dan di bawah mesosfer.
Lapisan stratosfer tebalnya sekitar 22 mil (35 kilometer). Lapisan ini memiliki susunan udara berlapis. Udara dingin dan berat ada di bagian bawah. Sementara itu, udara yang lebih hangat dan ringan berada di bagian atas.
Fenomena tersebut berbeda dari troposfer, yang suhunya justru menurun seiring bertambahnya ketinggian. Pola perubahan suhu ini menjadi salah satu ciri khas stratosfer.
Stratosfer berfungsi melindungi bumi dari radiasi ultraviolet yang menyebabkan kenaikan suhu di dalam stratosfer. Lapisan ozon yang berada dalam stratosfer berperan penting untuk menyerap sebagian besar sinar ultraviolet dari matahari yang membahayakan makhluk hidup.
Apa Saja Ciri-Ciri Lapisan Stratosfer?
Dalam “Modul Hidrometeorologi: Dasar-dasar, Analisis, dan Aplikasi” (2020) yang dipublikasikan Universitas Gadjah Mada disebutkan, stratosfer memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan lapisan atmosfer lainnya.
Lapisan stratosfer mengalami inversi suhu. Artinya, suhu akan semakin meningkat dengan bertambahnya ketinggian, Kondisi ini terjadi karena stratosfer hampir tidak mengandung uap air dan debu, kecuali debu dari letusan gunung berapi yang kuat.
Selain itu, stratosfer tidak mengalami proses cuaca seperti halnya di troposfer, sehingga langit di lapisan ini cenderung stabil dan bebas dari awan. Bagian atas stratosfer dibatasi oleh stratopause, yang terletak di ketinggian sekitar 60 km dengan suhu mendekati 0°C, sebagai pembatas menuju lapisan mesosfer.
Sementara itu, Agus Pratomo dalam “Modul Geografi Dinamika Atmosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan” (2020) menjelaskan ciri-ciri stratosfer secara ringkas sebagai berikut.
- Stratosfer terletak pada ketinggian antara 18 hingga 60 kilometer di atas permukaan bumi.
- Pada ketinggian 35 kilometer, konsentrasi lapisan ozon lebih tinggi dibanding bawahnya, yang berfungsi melindungi bumi dari radiasi ultraviolet.
- Terdapat lapisan isotermal pada ketinggian 18 hingga 22 kilometer, di sini suhu stratosfer mencapai sekitar 60°C.
- Lapisan ini menunjukkan fenomena inversi suhu antara 20 hingga 60 kilometer.
- Stratosfer menjadi tempat bagi pesawat jet untuk terbang.
- Pada bagian atas stratosfer terdapat stratopause, yang berfungsi sebagai batas antara stratosfer dan mesosfer.
- Stratosfer memiliki kondisi hampir bebas dari awan karena minimnya uap air dan rendahnya aktivitas vertikal udara. Hal ini juga membantu dalam stabilitas atmosfer di lapisan ini.
Fenomena Apa Saja yang Terjadi di Lapisan Stratosfer
Fenomena yang terjadi di lapisan stratosfer sangat beragam dan memiliki dampak signifikan terhadap cuaca dan iklim. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa fenomena stratosfer.
1. Lapisan ozon
Manfaat stratosfer sangat penting bagi kehidupan di bumi karena ia mengandung sekitar 90 persen dari semua ozon atmosfer bumi. Fungsinya adalah menyerap sebagian besar sinar ultraviolet tipe B dan sebagian tipe C, yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Penyerapan ini penting untuk melindungi kehidupan di bumi dari efek berbahaya sinar UV.2. Inversi suhu
Pada lapisan stratosfer, suhu justru meningkat seiring bertambahnya ketinggian. Fenomena ini dikenal sebagai inversi suhu dan menciptakan atmosfer yang stabil.Hal ini berbeda dari troposfer yang terletak di bawah stratosfer. Pada troposfer, suhu biasanya menurun seiring ketinggian bertambah.
Inversi suhu di stratosfer diakibatkan oleh lapisan ozon yang menyerap radiasi ultraviolet matahari, yang meningkatkan suhu seiring bertambahnya ketinggian.
3. Jet stream
Jet stream merupakan aliran udara cepat yang bergerak dari barat ke timur pada ketinggian tertentu. Fenomena ini berperan penting dalam memengaruhi pola cuaca global dan dapat menyebabkan perubahan cuaca ekstrem. Aliran ini membantu mendistribusikan udara hangat dan dingin ke seluruh dunia sehingga memengaruhi cuaca di berbagai wilayah.Jet stream berada di sekitar batas atas troposfer dan bagian bawah stratosfer (stratospheric jet streams). Ia memiliki dua aliran utama, yakni subpolar dan subtropis.
4. Efek vulkanik stratosfer
Letusan gunung berapi dapat melepaskan abu dan gas ke lapisan stratosfer, yang berpotensi mengubah pola iklim global.Partikel-partikel aerosol yang dihasilkan dari letusan ini dapat memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa sehingga menyebabkan efek pendinginan sementara di bumi. Fenomena ini menunjukkan bagaimana aktivitas di dalam bumi dapat berdampak luas pada atmosfer dan iklim.
5. Polar Stratospheric Clouds (PSC)
Lapisan stratosfer juga menjadi tempat terjadinya fenomena awan stratosfer kutub (PSC). Fenomena ini berperan dalam reaksi kimia yang menghancurkan ozon, terutama pada daerah kutub. PSC berperan dalam pembentukan lubang ozon yang lebih besar di Antartika, juga muncul di Arktik.Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin