tirto.id - Pada awal 1965, situasi Indonesia memanas. Beberapa ketegangan terjadi, mulai dari Operasi Trikora di Irian Barat (Papua) hingga konfrontasi antara Indonesia-Malaysia. Hal itu membuat Partai Komunis Indonesia (PKI) mengusulkan pembentukan Angkatan Kelima yang kemudian tidak disetujui oleh TNI Angkatan Darat (AD).
Angkatan Kelima merupakan angkatan bersenjata yang rencananya bakal diisi oleh kaum buruh dan tani. Subandrio dalam Kesaksianku Tentang G30S (2000) mengatakan bahwa Presiden Sukarno yang mulanya punya ide membentuk Angkatan Kelima.
Subandrio yang merupakan mantan Wakil Perdana Menteri Indonesia serta pernah menjadi kader Partai Sosialis Indonesia melanjutkan, tujuan dibentuknya Angkatan Kelima adalah untuk menampung bantuan senjata dari Republik Rakyat Tiongkok atau Cina.
Namun, harian sore Warta Bhakti edisi 14 Januari 1965 dalam artikel berjudul "PKI Usulkan 15 Djuta Massa Tani dan Buruh Dipersendjatai" menyebutkan bahwa PKI adalah pencetus ide tersebut. Usulan itu disampaikan oleh Ketua Comite Central (CC) PKI D.N. Aidit pada awal 1965.
Awal Gagasan Angkatan Kelima Dicetuskan PKI
Dalam rentang 1962 hingga 1965, kondisi perpolitikan Indonesia terombang-ambing. Bermula dari Operasi Trikora (Tiga Komando Rakyat) yang dilancarkan pada 1961 dengan tujuan mengusir pendudukan Belanda dari Irian Barat.
Dua tahun kemudian, Indonesia terlibat konfrontasi dengan negara tetangga, yakni Malaysia. Hal ini bermula ketika pemerintah Malaysia yang dibantu oleh Inggris membentuk Federasi Malaysia pada 16 September 1963. Tujuannya adalah menggabungkan Semenanjung Malaya dan wilayah koloninya yakni Sabah.
Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno menolak gagasan tersebut dan menciptakan ketegangan antara dengan negeri jiran. Puncaknya adalah ketika Sukarno menginstruksikan Operasi Dwikora yang bertugas mengoordinasi perang melawan Malaysia di perbatasan Kalimantan.
Gejolak itulah yang menjadi alasan utama PKI untuk mengusulkan Angkatan Kelima. Catatan John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto (2007) menyebut bahwa PKI berani menuntut agar ribuan, jika bukan jutaan, rakyat sipil dipersenjatai dan diorganisasi sebagai Angkatan Kelima.
Alasan AD Menentang Angkatan Kelima PKI
Sejak 1962, militer Indonesia sudah memiliki empat angkatan yang disebut sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Unsur pertahanan keamanan tersebut terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Kepolisian.
Angkatan Darat menolak gagasan pembentukan Angkatan Kelima yang diusulkan PKI. Letnan Jenderal Ahmad Yani selaku Menteri/Panglima Angkatan Darat kala itu, menyebut bahwa Angkatan Kelima tidak efisien. Menurutnya, satuan Pertahanan Sipil (Hansip) sudah cukup sebagai representasi pasukan sipil bersenjata.
Letjen Ahmad Yani dan sejumlah jenderal Angkatan Darat pada umumnya memang anti-komunis. Maka tidak heran jika kemudian mereka melayangkan penolakan secara tegas terhadap usulan PKI mengenai Angkatan Kelima.
Di samping dalih efisiensi, Ahmad Yani juga mengungkapkan potensi bahaya dari Angkatan Kelima. "Bukan tidak mungkin Angkatan Kelima juga bisa berbahaya bagi Angkatan Darat," tandasnya dikutip Sundhaussen dari Pikiran Rakjat edisi 26 Juni 1965.
Memoar yang ditulis Yayu Rulia Sutowiryo -istri Ahmad Yani- bertajuk Ahmad Yani, Suatu Kenang-kenangan (1981) juga mengungkapkan hal serupa. Yayu Rulia Sutowiryo mengatakan bahwa suaminya sudah lama gerah dengan kampanye PKI
"Satu tangan pegang bedil, satu tangan pegang pacul," demikian ungkapan Ahmad Yani terhadap maksud PKI. Ahmad Yani, menurut kesaksian Yayu Rulia Sutowiryo, curiga bahwa PKI memiliki maksud politik tersembunyi di balik gagasan pembentukan Angkatan Kelima.
Pada akhirnya, Angkatan Kelima yang amat diimpikan PKI memang tidak pernah terwujud. Gagalnya Gerakan 30 September (G30S) 1965 menjadi awal dari kehancuran PKI dan seluruh harapan mereka, termasuk dibentuknya Angkatan Kelima.
Penulis: Fadli Nasrudin
Editor: Iswara N Raditya