Menuju konten utama

Mendag: Kerja Sama Dagang Indonesia-Mozambik Segera Diteken

Rampungnya IM-PTA sendiri telah diinisiasi sejak adanya pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Mozambik, Filipe Jacinto Nyusi, Maret 2017 lalu.

Mendag: Kerja Sama Dagang Indonesia-Mozambik Segera Diteken
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan materinya pada Seminar Nasional "Call for Paper" di Hotel Jayakarta, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB, Senin (22/10/2018). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/hp.

tirto.id - Pemerintah telah menyelesaikan perundingan kerjasama dagang Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Mozambik.

Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita mengatakan, saat ini tim teknis kedua negara yakni Indonesia dan Mozambik tengah berkoordinasi menentukan waktu penandatanganan kesepakatan tersebut.

Perundingan Indonesia Mozambik-PTA ini merupakan perundingan pertama yang diselesaikan dengan kawasan Afrika. Negosiasi tersebut juga relatif cepat karena baru diluncurkan April 2018 dan kini telah selesai.

"Bagi Indonesia, perundingan IM-PTA adalah tindak lanjut kebijakan dan instruksi Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan akses ke pasar nontradisional guna mendorong ekspor," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Rabu (21/8/2019).

Mendag juga menyampaikan, Mozambik merupakan pasar potensial karena memiliki pelabuhan laut dan zona perdagangan bebas, sehingga diharapkan dapat menjadi hub masuknya produk Indonesia ke kawasan Afrika bagian Selatan.

Rampungnya IM-PTA sendiri telah diinisiasi sejak adanya pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Mozambik, Filipe Jacinto Nyusi, yang berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Indian-Ocean Rim Association (IORA) pada Maret 2017 lalu.

Kala itu, kedua Pemimpin Negara sepakat meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara. Perundingan IM-PTA dimulai pada April 2018 di Bali dan berhasil diselesaikan dalam tiga putaran.

Nantinya, IM-PTA terbatas pada perdagangan barang yang hanya mencakup produk-produk prioritas serta unggulan kedua negara dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional.

Indonesia, misalnya, akan memberikan tarif preferensi terhadap sekitar 200 pos tarif kepada Mozambik, diantaranya kapas, tembakau, produk perikanan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan.

Sementara Mozambik memberikan tarif preferensi sekitar 200 pos tarif kepada Indonesia, diantaranya produk perikanan, buah-buahan, minyak kelapa sawit, margarin, sabun, karet, produk kertas, alas kaki, serta produk tekstil.

"Dengan diselesaikannya perundingan PTA dengan Mozambik, kami mendorong agar pelaku usaha Indonesia dapat mulai melihat peluang pasar baru dan memanfaatkan potensi pasar nontradisional," imbuh Enggartiasto.

Mozambik sendiri merupakan negara tujuan ekspor ke-17 dan sumber impor ke-18 bagi Indonesia di benua Afrika.

Total perdagangan Indonesia-Mozambik tahun 2018 sebesar USD 91,88 juta dengan ekspor Indonesia tercatat senilai USD 61,4 juta dan impor sebesar USD 30,5 juta. Dengan demikian, Indonesia surplus USD 30,9 juta.

Produk ekspor utama Indonesia ke Mozambik pada 2018 adalah minyak kelapa sawit dan turunannya (27,3 juta dolar AS), sabun (9,8 juta dolar AS), industrial monocarboxylic fatty acids (7,9 juta dolar AS), organic surface-active agents (3,3 juta dolar AS), kertas dan karton (2,8 juta dolar AS), karung dan tas (1,5 juta dolar AS), margarin (1,5 juta dolar AS), semen portland (1,1 juta dolar AS).

Sedangkan, produk impor utama Indonesia dari Mozambik adalah kacang tanah (22,6 juta dolar AS), tembakau tidak diolah (4,1 juta dolar AS), kapas (2,8 juta dolar AS), bijih mangan dan konsentrat (417 ribu dolar AS), besi paduan (246 ribu dolar AS), kacang polong kering (197 ribu dolar AS).

Sementara itu, total perdagangan Indonesia dengan kawasan Afrika pada 2018 hanya mencapai 11,25 miliar dolar AS, terdiri dari ekspor Indonesia sebesar USD 4,76 miliar dan impor Indonesia sebesar miliar dolar AS.

"Dengan populasi Afrika yang sebanyak 1,2 miliar penduduk, total perdagangan Indonesia dan Afrika masih rendah. Pasar Afrika juga masih sangat potensial bagi produk-produk Indonesia guna memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dengan Afrika," kata Mendag.

Baca juga artikel terkait KERJASAMA BILATERAL atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Bisnis
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali