tirto.id - Cina dan Amerika Serikat berniat kembali membicarakan kerja sama dagang yang sempat terhenti selama beberapa bulan.
Meskipun tidak dapat melanjutkan pembicaraan yang dahulu, Cina-AS dapat memulai fase baru perbincangan kerja sama dagang antar dua negara, Aljazèera melaporkan.
Perbincangan ini diharapkan dapat memulai kembali komitmen dagang antar dua negara, di tengah tegangnya situasi ekonomi yang terjadi antara Cina-AS, sebagaimana harapan Presiden trump dan Xi pada pertemuan yaang akan digelar minggu depan.
Sebelumnya, ketegangan terjadi antara dua negara karena AS menyebut Cina melanggar komitmen yang telah disepakati bersama.
Kedua negara saling serang dalam tarif impor. Cina berjanji untuk tidak melonggarkan prinsip dalam.situasi apapun, termasuk di bawah tekanan AS.
Donald Trump, melalui akun Twitternya mengatakan bahwa, Presiden Cina, Xi Jinping berinisiatif meneleponnya dan mengajak berbincang sebelum pertemuan G20 diadakan di Osaka Juli nanti.
“Tim kami masing-masing akan memulai pembicaraan sebelum pertemuan [G20],” tulisnya.
Langkah ini mengejutkan berbagai pihak, BBC menyebut, karena ini artinya akan ada persetujuan baru antara Cina-AS.
Trump menaikkan tarif impor barang Cina senilai 200 miliar dolar AS menjadi 25%, dan Cina membalasnya dengan menaikkan nilai impor senilai 300 miliar dolar AS karena keduanya gagal meraih kesepakatan dagang di percakapan sebelumnya.
Kenaikan tarif tersebut tentu saja berdampak bagi ekonomi glibal dan pasar finansial. Para pebisnis memperingatkan Trump untuk segera mengakhiri perang dagang, takut kalau kalau naiknya pajak dapat berimbas ke AS sendiri.
Perusahaan AS, mulai dari retailer hingga elektronik memperingatkan pemerintah bahwa kenaikan pajak dapat memperburuk bisnis dan melukai konsumen, karena biaya akan dibebankan kepada konsumen.
“Saya pikir kita punya kesempatan. Saya tahu Cina ingin membuat kesepakatan. Mereka tidak suka dengan [kenaikan] tarif, dan banyak perusahaan meninggalkan Cina untuk menghindari tarif,” kata Trump melalui rilis Gedung Putih, Selasa (18/6/2019).
Poin utama yang diharapkan dari perbincangan ini adalah mengenai tarif dagang yang diterapkan oleh masing-masing negara.
Perkembangan terbaru dalam langkah menuju persetujuan dagang adaalah ketika Xi mengunjungi Korea Utara untuk bertemu Kim Jong-un, yang emnjadi pertemuan resmi pertama Cina ke Korea Utara sejak 2005.
Kunjungan tersebut, Los Angeles Times menyebut, bertujuan untuk membahas denuklirisasi Korea Utara untuk keamanan semenanjung Korea, sekaligus mengirimkan sinyal ke AS, bahwa denuklirisasi tidak akan berhasil tanpa kooperasi Cina, sebagai rekan ekonomi terbesar Korea Utara.
Oleh karenanya, pertemuan tersebut tentu menawarkan kesempatan bagi Xi untuk memberikan intervensi yang membantu melancarkan pertemuannya dengan Trump di Osaka mendatang.
Editor: Yandri Daniel Damaledo