tirto.id - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan, publik semakin khawatir dengan aksi terorisme di beberapa daerah di Indonesia beberapa waktu lalu. Temuan LSI, persentase kekhawatiran publik sangat tinggi hingga mencapai 82 persen, sedangkan yang menyatakan "biasa saja" hanya sebesar 9,3 persen.
"Nyaris tidak ada yang menyatakan semakin tidak khawatir, karena angka nya hanya nol koma saja. Sisanya menyatakan tidak tahu tidak jawab," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa saat memaparkan hasil survei "Isu Terorisme dan Harapan Publik", di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (31/7/2018).
Kekhawatiran ini menyebabkan publik berharap munculnya civil society power full guna menanggulangi isu terorisme. Alasannya, terorisme di Indonesia sudah berada di titik nadir karena aksi teror sudah melibatkan ibu rumah tangga dan anak-anak.
LSI Denny JA juga merilis, dibandingkan pria, perempuan Indonesia cenderung lebih khawatir dengan aksi teror. Rinciannya 80,5 persen untuk laki-laki, dan 83,5 persen untuk perempuan.
"Perempuan sedikit lebih khawatir dibandingkan dengan laki-laki," ujar Ardian.
Dari sisi pemeluk suatu agama, lanjut dia, di semua pemeluk agama mayoritas merasa semakin khawatir dengan aksi terorisme ini. Di atas 80 persen semua pemeluk agama, semakin khawatir dengan aksi terorisme.
Untuk segmen pendidikan, memperlihatkan hal yang sama. Apapun jenjang pendidikannya, kata dia, semakin khawatir dengan aksi terorisme ini. Yang lulus SD atau di bawahnya, Tamat SLTP/Sederajat, tamat SLTA/sederajat di atas 80 persen menyatakan semakin khawatir dengan aksi terorisme ini.
Sedangkan jenjang pendidikan pernah kuliah atau di atasnya, yang semakin khawatir juga mayoritas berada pada angka 76,9 persen.
Hasil serupa juga terjadi dalam kategori kelas sosial masyarakat. Menurut Ardian, wong cilik maupun wong berada (menengah ke atas) mayoritas menyatakan semakin khawatir dengan aksi terorisme ini.
Mayoritas pemilih partai menyatakan semakin khawatir dengan aksi terorisme ini. Partai pendukung pemerintah, maupun partai yang berada di luar pemerintah, pemilih-pemilihnya menyatakan semakin khawatir dengan aksi terorisme.
Survei itu dilakukan pada 28 Juni hingga 5 Juli 2018 melalui face to face interview menggunakan kuesioner. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin of error sekitar 2,9 persen.
Survei dilaksanakan di 34 provinsi di Indonesia. LSI Denny JA juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif melalui analisis media, FGD, dan in depth interview.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH