Menuju konten utama

Lahirnya Anak Kahiyang & Salah Kaprah Menghitung Tanggal Persalinan

Ada yang ribut mengapa Kahiyang Ayu melahirkan sebelum usia pernikahannya 9 bulan. Padahal bukan begitu cara menghitung HPL.

Lahirnya Anak Kahiyang & Salah Kaprah Menghitung Tanggal Persalinan
Portrait momen kebahagian Kahiyang Ayu ketika hamil. Instagram/ayanggkahiyang

tirto.id - Kahiyang Ayu telah melahirkan anak pertama pada Rabu, 1 Agustus 2018 pukul 05.50 WIB di Rumah Sakit YPK Menteng, demikian diberitakan Kompas. Namun, di tengah kabar bahagia, ada warganet yang berkomentar ihwal waktu kelahiran cucu kedua Presiden Joko Widodo itu.

Jika dihitung sejak hari pernikahan di 8 November 2017, kelahiran puteri Kahiyang memang baru masuk bulan kedelapan usia pernikahan. Padahal bukan begitu cara menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL). Usia kehamilan secara sederhana dapat diperkirakan dengan berpatokan pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), bukan hari pernikahan atau hari pertama melakukan hubungan seksual.

Laman Stand for Childrens menampilkan perhitungan HPL secara rinci, dengan aturan Naegele.

Pertama, Anda perlu menentukan hari pertama dari periode menstruasi terakhir. Selanjutnya, hitung mundur tiga bulan dari tanggal tersebut. Lalu, tambahkan satu tahun dan tujuh hari ke hitungan tanggal. Aturan ini, ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Yassin Yanuar, MIB, SpOG, berlaku bagi perempuan yang memiliki jadwal menstruasi teratur, yakni 28 hari. Namun, untuk siklus menstruasi 21-35 hari pun masih bisa dihitung menggunakan rumus tersebut.

Jadi, menurut dr. Yassin, bukan tak mungkin seorang perempuan melahirkan bayi sehat saat usia pernikahannya belum mencapai 9 bulan. “Bisa saja memang sewaktu menikah sedang dalam masa subur,” ia menerangkan.

Apabila periode menstruasi terakhir dimulai pada 25 Oktober 2017, HPL dihitung dengan cara tanggal tersebut dikurangi tiga bulan kalender (berarti 25 Juli 2017), lalu ditambah satu tahun dan tujuh hari. Hasilnya, HPL jatuh pada 1 Agustus 2018. Hitungan ini dapat mundur atau maju dua minggu dari perkiraan. Maka dari itu, jika dihitung dengan metode ini, kelahiran putri Kahiyang Ayu dimungkinkan sesuai HPL-nya.

Selain menggunakan HPHT, perhitungan HPL juga bisa menggunakan prosedur USG saat kehamilan muda. Prosedur ini disarankan bagi perempuan yang memiliki periode menstruasi tidak teratur. USG harus segera dilakukan agar prediksinya tepat. Pada trimester pertama, akurasi prediksi HPL lewat USG memiliki selisih maksimal satu minggu. USG pada trimester kedua akan memiliki selisih semakin besar, yakni 1-2 minggu.

Kategori Kelahiran Prematur

Selain cara menghitung HPL, ada hal lain yang perlu diingat: bisa saja bayi lahir sebelum waktunya atau lahir prematur. Laman resmi WHO, Badan Kesehatan di bawah PBB, mengategorikan bayi prematur sebagai bayi yang lahir di bawah usia 37 minggu, atau disebut tidak cukup bulan. Terdapat tiga kategori usia prematur pada bayi.

Pertama, kategori moderate to late preterm yaitu kelahiran bayi di usia 32 minggu sampai kurang dari usia 37 minggu. Sekitar 98 persen bayi yang lahir pada kondisi ini dapat bertahan hidup. Laman Baby Center menyatakan berat badan lahir bayi pada kategori ini mencapai 3-6 pon (1,4-2,7 kg). Sebagian telah mampu bernapas sendiri dan hanya membutuhkan oksigen tambahan untuk bantuan kecil. Masalah kesehatan yang menyertai biasanya cukup ringan, seputar adaptasi pernapasan dan makan, mengatur suhu tubuh, dan penyakit kuning. Umumnya soal ringan dan bisa lekas sembuh.

Kategori kedua adalah very preterm yakni bayi prematur yang lahir di usia 28 minggu sampai kurang dari 32 minggu. Mereka memiliki berat mencapai 2-4 pon (0,9-1,8 kg) dan kemampuan bertahan hidup hingga 96 persen. Tangisan bayi-bayi ini cukup terdengar, meski mereka tak banyak bergerak. Mereka cenderung mengembangkan komplikasi lebih serius ketimbang kategori pertama, tapi masih bisa lebih bertahan dibanding kelompok bayi terakhir.

“Kebanyakan bayi prematur mengalami bayi berat lahir rendah (BBLR), kecuali ibunya ada riwayat penyakit diabetes gestasional,” papar dr. Yanuar.

Kategori ketiga adalah kelompok bayi yang paling memiliki kondisi memprihatinkan, yakni extremely preterm, usia bayi dengan kehamilan kurang dari 28 minggu. Bayi pada kelompok ini lazimnya banyak memiliki komplikasi karena organ-organ di tubuhnya masih sangat muda. “Bayi prematur organnya belum siap hidup tanpa dukungan ibu,” kata dokter Yanuar.

Berat badannya pun tergolong sangat rendah, yakni sekitar kurang dari 2 pon (0,9 kg). Menurut laman Baby Center, persentase bayi yang lahir prematur pada kategori ini tergolong jarang, hanya 1 persen.

Infografik Hari Perkiraan Lahir

Merawat Bayi Prematur

Bayi kategori extremely preterm perlu perawatan khusus dengan oksigen, surfaktan untuk menguatkan paru-paru, dan bantuan mekanis lain untuk bernapas. Mereka masih berada dalam tahap immature untuk mengisap, menelan, dan bernapas bersamaan sehingga harus diberi makan melalui pembuluh darah vena (secara intravena) sampai mereka mengembangkan keterampilan tersebut.

Seringkali, bayi-bayi ini juga tidak terdengar menangis, sangat sedikit bergerak, dan tidur hampir sepanjang hari. “Kulit mereka berkerut, berwarna ungu kemerahan, sangat tipis sehingga pembuluh darah dapat terlihat di bawahnya,” tulis keterangan pada laman tersebut.

Sekitar 80 persen dari mereka yang lahir pada minggu ke-26 dan 90 persen bayi yang lahir di minggu ke-27 dapat bertahan hidup. Namun, 25 persen dari mereka kemungkinan mengalami masalah kesehatan serius seumur hidup. Sementara itu, 50 persennya mengalami gangguan kesehatan ringan seperti kemampuan belajar dan berprilaku.

“Risiko kesehatan itu dibawa sampai dewasa. Mereka cenderung mengembangkan obesitas, diabetes, hipertensi, kemampuan belajar dan daya tahan tubuh rendah,” papar Yanuar.

Menurut WHO, setiap tahun, diperkirakan 15 juta bayi setara 1 dari 10 bayi lahir prematur. Komplikasi kelahiran prematur menjadi penyebab utama kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun. Mereka bertanggung jawab atas sekitar 1 juta kematian pada tahun 2015. Di 184 negara, tingkat kelahiran prematur berkisar dari 5-18 persen dari bayi yang lahir. Indonesia masuk sebagai negara kelima dengan bayi prematur paling banyak dan negara kesembilan yang melahirkan bayi prematur paling tinggi.

Namun, segala risiko kesehatan pada bayi prematur dapat diminimalisir dengan penanganan tepat. WHO menyebut ada tiga-perempat kehidupan mereka diselamatkan oleh perawatan layak saat periode pranatal seperti dengan memberi obat penguat paru dan tindakan medis lainnya. Juga periode pascanatal dengan perawatan medis dan asuhan bayi kanguru. Yang terpenting bagi ibu dalam mempersiapkan masa persalinan adalah memaksimalkan 1.000 hari pertama kehidupan, terutama dari segi gizi dan nutrisi.

Baca juga artikel terkait PERSALINAN atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani