tirto.id - Keluarga Mukarromah yang mengalami persalinan dengan kondisi kepala bayi tertinggal di dalam rahim membeberkan adanya upaya paksa dari bidan di Puskesmas Kedundung, Bangkalan, Jawa Timur. Bidan itu sendiri disebut pihak keluarga bernama Mega.
Paman Mukarromah, Faisol, menjelaskan saat itu keponakannya memeriksakan kandungan ke bidan posyandu kampung dan dinyatakan kondisi janinnya melemah. Bidan lalu meminta Mukarromah untuk ke puskesmas meminta rujukan ke rumah sakit.
Mukarromah pun pergi bersama suami dan bibinya ke Puskesmas Kedundung untuk meminta rujukan, namun dokternya tidak ada di tempat. Saat itu, kata Faisol, kondisi Mukarromah baru pembukaan dua.
“Itu kan terus disuruh tanda tangan surat rujukan, sudah tanda tangan, dokternya datang. Nah diperiksa, malah dibilang kalau tidak apa-apa melahirkan di sini (puskesmas). Mukarromah itu sudah tidak mau, minta dirujuk saja. Tapi ditakut-takuti sama pihak puskesmas,” ungkap Faisol saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (15/3/2024).
Menurut Faisol, Mukarromah sudah diberitahu bahwa kondisi bayinya sungsang, sehingga bersikeras minta dirujuk. Lalu, dokter menyatakan karena masih pembukaan dua, tidak akan ditangani di rumah sakit rujukan.
“Itu kan yang kerja di sana cowok semua badannya gede-gede. Nah dibilang, nanti kalau ada apa-apa kami tidak tanggung jawab kalau tetap dirujuk," tutur Faisol.
Lebih lanjut, Faisol menceritakan, bidan akhirnya melakukan tindakan dengan menyuntikan perangsang. Setelah itu, badan bayi ditarik hingga keluar hanya setengah badan tanpa bagian kepalanya.
“Nah terus itu Bidan Mega memasukkan tangannya ke dalam rahim untuk mengambil kepala bayinya. Ya kan enggak bisa. Itu Mukarromah sudah jerit-jerit kesakitan minta dirujuk saja,” kata Faisol.
Setelah itu, kata Faisol, Mukarromah dibawa ke RSIA Gelamor Bangkalan untuk proses operasi pengangkatan kepala bayi. Sementara, suaminya tidak terima dan melaporkan kejadiannya ke Polres Bangkalan.
Faisol mengaku, saat ini proses penanganan di Polres Bangkalan masih berjalan. Suami Mukarromah dan perwakilan keluarga, Bidan Mega, serta tenaga medis sudah menjalani pemeriksaan sebagai saksi.
Autopsi kepada jasad bayi, kata Faisol, juga sudah dilakukan dan keluar hasilnya. Kendati demikian, pihak keluarga belum diberitahukan hasilnya hingga saat ini.
“Saya sudah telepon kanitnya karena pihak dinkes sepertinya sudah tahu lebih dahulu hasilnya. Hari ini katanya mau dikirim, tapi ngga jadi lagi, bilangnya besok. Saya berharap kasus ini cepat segera dituntaskan pihak kepolisian, khususnya Polres Bangkalan," tutur Faisol.
Penjelasan Diskominfo Bangkalan
Kepala Diskominfo Bangkalan, Agus Sugianto Zain, menyebut pada 20 Februari 2024, bidan desa menggelar pemeriksaan di Posyandu Desa Bealang. Akan tetapi, Mukarromah tak kunjung datang pula.
“Tanggal 21 Februari 2024, pasien datang menghadiri kelas ibu hamil di balai Desa Pangpajung. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien mengalami darah tinggi tensinya 150/100 mmHg,” kata Agus.
Petugas di kelas itu memberitahu bahwa Mukarromah mengalami darah tinggi. Bidan desa menyarankan pasien untuk diperiksa di poli desa di Desa Pangpujang. Akan tetapi, sang pasien tak melakukan saran tersebut.
Hingga akhirnya, Mukarromah memeriksakan diri pada 4 Maret 2024 di bidan desa di Serambi Barat. Sayangnya, detak jantung bayi sudah tak lagi terdengar.
“Baru pada 4 Maret 2024 pukul 03.00 WIB pasien datang ke Bidan Desa di Serambi Barat dan saat itu telah terdeteksi denyut jantung bayi sudah tidak terdengar. Bidan Desa kemudian memberikan rujukan ke puskesmas," tutur Agus.
Mukarromah lalu diperiksakan di Puskesmas Kedungdung. Hasil pemeriksaan, sang bayi telah meninggal dunia. Di saat yang bersamaan, Mukarromah mengalami sakit perut dan dinyatakan telah pembukaan lengkap.
Kata Agus, pasien kemudian diberikan tindakan dengan tatalaksana persalinan letak sungsang. Pada saat itu, diketahui bahwa badan leher terlilit tali pusar serat dua kali.
Bidan tersebut lantas melonggarkan tali pusar dan memotong tali pusar untuk memudahkan pertolongan persalinan.
Persalinan kepala dibantu dengan menekan perut agar mempermudah pengeluaran lahirnya kepala. Kondisi bayi itu sendiri sudah rapuh sehingga kepala bayi terlepas dari badan.
“Saat itu, tim segera memastikan kondisi umum ibu baik untuk kemudian segera melakukan rujukan ke rumah sakit,” tutur dia.
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Abdul Aziz