Menuju konten utama

Risiko di Masa Depan Bagi Bayi Prematur

Setelah lolos dari ancaman kematian akibat lahir prematur, seorang bayi harus kembali berjuang mempertahankan kehidupan hingga dewasa. Bayi yang lahir prematur memiliki beragam risiko penyakit berat di masa depan.

Ilustrasi. Bayi yang baru terlahir prematur sedang dalam inkubator. Foto/iStock

tirto.id - Lolos dari kematian tak berarti menjadikan anak-anak yang lahir prematur bisa hidup normal layaknya anak-anak pada umumnya. Bayi prematur harus menanggung kemungkinan buruk terserang berbagai macam penyakit setelahnya, mulai dari penyakit biologis, hingga penyakit mental.

Kemajuan medis memang membuat persentasi lahir selamat dan bertahan hidup bayi prematur menjadi lebih tinggi. Ketersediaan alat penghangat, Neonatal Intensive Care Unit (NICU) atau tabung inkubator bayi di rumah sakit juga bisa dibilang mencukupi, walau harga sewanya masih mahal. Program sewa gratis inkubator bisa jadi solusi mahalnya inkubator.

Sebanyak 90 persen bayi yang lahir sebelum 33 minggu, bisa selamat, dan pulang ke rumahnya. Namun, sayangnya mereka yang pulang ini masih harus menanggung dampak kelahiran prematur hingga dewasa, yakni risiko sakit parah di kemudian hari. Mereka yang kategori prematur adalah hanya 32-34 minggu di dalam kandungan dari seharusnya 40 minggu.

Penelitian dari Department of Medicine di Imperial College London menunjukkan remaja yang lahir prematur memiliki beberapa tanda bahaya biologis terhadap kesehatan di masa depan. Terdapat 48 sukarelawan berusia 18-27 yang berpartisipasi, komposisinya terdiri dari 23 pria serta wanita sehat yang lahir sebelum 33 minggu (prematur) dan 25 pria serta wanita sehat yang lahir pada usia penuh (normal).

Responden prematur direkrut dengan bantuan Bliss, sebuah badan amal untuk membantu bayi prematur di Inggris. Para peneliti menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan teknik pembuatan profil kimia lanjutan untuk menyelidiki perbedaan biologis pada remaja yang lahir prematur.

Spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR) menunjukkan perbedaan dalam susunan kimia urin mereka. Subjek prematur menghasilkan lebih banyak metabolit yang terkait dengan peradangan, tekanan darah tinggi, dan penumpukan lemak yang lebih besar. Relawan yang lahir prematur, memiliki tekanan darah lebih tinggi dibanding mereka yang lahir normal.

Orang dewasa yang lahir prematur juga memiliki lebih banyak jaringan lemak walaupun indeks massa tubuhnya normal, serta punya lebih banyak lemak di otot dan hatinya. Perbedaan lemak di sekitar perut paling banyak terjadi pada responden pria. Ciri-ciri tersebut merujuk pada kemungkinan penyakit jantung dan diabetes tipe 2.

Profesor Neena Modi, peneliti utama dalam studi ini menyarankan pemantauan kesehatan bayi prematur saat masa kanak-kanak dan remaja. Pria dan wanita prematur mungkin berisiko lebih besar terkena penyakit kardiovaskular dan metabolik. Namun, kemungkinan tersebut dapat diminimalisir dengan melihat tanda-tanda penyakit sejak dini dan menjaga mereka tetap sehat dengan mengatur pola hidup, dan pengobatan yang sesuai.

"Ini hanya sebuah penelitian kecil tapi perbedaan yang kami temukan cukup mengejutkan," katanya.

src="//mmc.tirto.id/image/2017/04/24/BayiPrematur-01.jpg" width="860" alt="Infografik Bayi Prematur" /

Berisiko Sakit Mental

Selain memiliki risiko sakit biologis, orang dewasa yang lahir prematur juga rawan terkena gangguan kejiwaan. Institute of Psychiatry di King's College London dan Institut Karolinska di Swedia menganalisis 1,3 juta orang yang lahir di Swedia antara 1973 hingga 1985 dan tinggal di Swedia pada usia 16 tahun di Desember 2002.

Sebanyak 10.523 orang yang lahir di tahun tersebut dirawat di rumah sakit jiwa, 580 di antaranya lahir prematur. Mereka yang lahir prematur dan dirawat di rumah sakit jiwa dikaitkan dengan gangguan psikosis nonaffective, afektif bipolar, depresi, gangguan makan, ketergantungan obat, atau ketergantungan alkohol.

Kelahiran prematur secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan risiko rawat inap psikiatri di usia dewasa (≥16 tahun). Mereka yang lahir pada usia kehamilan 32-36 minggu memiliki peluang 1,6 kali lebih besar terkena psikosis nonaffective, 1,3 kali cenderung memiliki gangguan depresi, dan 2,7 kali lebih mungkin untuk memiliki gangguan afektif bipolar.

Risiko sakit mental lebih besar menimpa mereka yang lahir kurang dari 32 minggu. Psikosis nonaffective 2,5 kali lebih mungkin diderita pada kelompok ini, mereka juga 2,9 kali lebih mungkin menderita gangguan depresi, dan 7,4 kali lebih mungkin menderita gangguan afektif bipolar.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences, mengungkapkan penyebab gangguan kognitif seperti autis pada orang dengan kelahiran prematur. Para ilmuwan dari Imperial College London dan King's College London ini menggunakan magnetic resonance imaging untuk melihat bagaimana otak berkembang antara 63 bayi prematur dengan bayi normal di Inggris.

Ciri umum pada otak mamalia adalah memiliki sebuah jaringan di otak yang disebut “rich club”. Jaringan ini berfungsi menghubungkan jaringan otak lainnya agar menjadi kesatuan dan memungkinkan bagian otak yang berbeda berkomunikasi secara efisien satu sama lain.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa struktur “rich club” terbentuk pada 30 minggu masa kehamilan, dan terus mengembangkan jaringan dengan otak lainnya selama masa menjelang kelahiran. Jaringan “rich club” terbentuk sempurna pada umur kehamilan mencapai 39 minggu dan menjadi struktur dasar fungsi neurologis yang kompleks.

Pada bayi prematur, para peneliti menemukan bahwa meskipun jaringan “rich club” tetap utuh, terdapat gangguan dalam jalur komunikasi yang menghubungkan jaringan. Kondisi ini disebut koneksi cortical-subcortical dan corticocortical jarak pendek. Inilah alasan orang dewasa yang dulunya lahir prematur cenderung mengalami masalah kognitif .

Baca juga artikel terkait BAYI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Suhendra