Menuju konten utama

Kutil yang Menyebar dan Derita Manusia Akar

Ketika seseorang didiagnosis epidermodysplasia verruciformis, akan tumbuh kutil yang tampak seperti akar pohon dari kulit-kulitnya.

Kutil yang Menyebar dan Derita Manusia Akar
Sahana Khatun (kiri) bersama ayahnya, Mohammad Shahjahan (kanan). Sahana Khatun diperkirakan menderita gejala epidermodysplasia verruciformis. Foto/AFP/GETTY IMAGES

tirto.id - Empat bulan lalu, kutil tumbuh di wajah seorang anak perempuan di Bangladesh. Melihat itu, ayahnya tak khawatir sebab berpikir itu hanya kutil biasa. Ayahnya baru mengusahakan membawanya ke dokter ketika kutil itu tampak menyebar dan semakin banyak.

Namanya Sahana Khatun, usianya masih 10 tahun. Dokter mendiagnosis dia menderita epidermodysplasia verruciformis, sebuah penyakit langka yang jika dibiarkan akan membuat Sahana seperti batang pohon dengan kutil mirip akar memenuhi tubuhnya.

Jika diagnosis dokter itu benar, Sahana akan menjadi perempuan pertama di dunia yang tercatat menderita salah satu penyakit langka itu. BBC melaporkan, selain Sahana, semua penderita epidermodysplasia verruciformis semuanya adalah laki-laki.

Canada Drug Center menyebutkan Dede Koswara, pemuda asal Indonesia sebagai salah satu penderita sindrom manusia akar yang paling terkenal di dunia medis. Dede meninggal dunia tahun lalu, namun sebelum dia menghembuskan nyawa terakhir, kisah tentang Dede pernah tayang di TLC dan Discovery Channel.

Kutil mulai muncul di kaki Dede sejak usianya 15 tahun. Kutil yang mulanya hanya kecil, dengan cepat menyebar dan membesar. Tahun 2008, Dede menjalani operasi, kutil di tubuhnya seberat 5,9 kilogram diangkat. Setelah operasi itu kutil tetap tumbuh di tubuh Dede, tetapi tak berbahaya.

Dalam film dokumenter berjudul Half Man Half Tree yang ditayangkan Discovery Channel pada 2007, seorang ahli dermatologi dari University of Maryland Medical Center di Baltimore, Amerika Serikat bernama Anthoni Gaspari memeriksa kondisi Dede.

Dari hasil uji sampel darah yang dilakukan Gaspari, Dede disebutkan terpapar virus Human Papillomavirus (HPV) tipe 2. Ini adalah tipe tak ganas. Meski begitu, virus itu menyebabkan tumbuhnya kutil di tubuh Dede. Sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik membuat kondisinya kian parah. Kerentanan terhadap HPV adalah salah satu ciri-ciri epidermodysplasia verruciformis.

Selain Dede dan Sahana, di dunia ini, ada sejumlah nama yang tercatat menderita penyakit serupa. Tahun 2007, seorang pria asal Rumania bernama Ion Toader didiagnosis menderita sindrom ini. Toader menjalani operasi pada akhir 2013. Sejak operasi itu, ia sama sekali tak mengalami gejala tumbuhnya kutil di sekujur tubuh. Kondisi Toader memang tak separah Dede.

Di Bangladesh, Sahana bukan satu-satunya. Januari tahun lalu, seorang lelaki berusia 25 tahun bernama Abul Bajandar mengalami gelaja serupa. Kutil tumbuh di kaki dan tangannya. Tangan Abul tampak persis seperti tangan Dede sebelum operasi. Sampai saat ini, hanya ada 200 kasus di seluruh dunia yang terakam.

Infografik Tree Man Syndrome

Apa sebenarnya penyakit langka ini dan mengapa ia bisa terjadi?

Felix Lewandowsky dan Wilhelm Lutz adalah dua orang yang pertama kali mendokumentasikan penyakit ini. Sebelum nama tree man syndrome popular, penyakit ini kerap disebut Lewandowsky–Lutz dysplasia, sesuai nama kedua dermatologis asal Jerman itu.

Dalam International Journal of Allied Medical Sciences and Clinical Research (IJAMSCR) yang terbit April 2016, disebutkan bahwa sekujur tubuh penderita epidermodysplasia verruciformis akan ditumbuhi kutil raksasa. Bagian tangan dan kaki adalah bagian tubuh yang paling sering ditumbuhi. Gangguan ini kerap dihubungkan dengan infeksi HPV tipe 5 dan 8.

Infeksi virus HPV sebenarnya terdapat pada sekitar 80 persen populasi. Hanya saja, sebagian besar tak menunjukkan gejala apa-apa. Nah, di sebagian orang, ia bisa menimbulkan kutil hingga kanker. Keadaan akan semakin memburuk jika terkena pada orang dengan mutasi pada kromosom 17q25. Merekalah yang akan mengalami kelainan genetik epidermodysplasia verruciformis (EV) dan paling rentan terhadap virus HPV.

Sampai saat ini, belum ada penyembuhan yang bisa dilakukan. Tim medis biasanya hanya mengangkat kutil melalui operasi. Setelah itu, salep cidofovir akan dioleskan di bekas kutil yang diangkat. Salep cidofovir itu mengandung cito megalo, suatu virus yang bisa membunuh virus HPV. Akan tetapi, langkah itu tak bisa benar-benar mengobati sebab kutil akan tumbuh lagi seiring waktu.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Maulida Sri Handayani