Menuju konten utama

Klarifikasi Almamater Soal Kasus Kebohongan Dwi Hartanto

Selama masa kuliah, Dwi dikenal sebagai mahasiswa yang aktif di kampus, berprestasi dan lulus cumlaude.

Klarifikasi Almamater Soal Kasus Kebohongan Dwi Hartanto
Dwi Hartanto. FOTO/Dwi Hartanto

tirto.id - Rektor Institut Sains & Teknologi (IST) Akprind Yogyakarta, Amir Hamzah menyatakan kekecewaannya terkait kasus kebohongan klaim prestasi dan penelitian yang dilakukan alumni IST, Dwi Hartanto.

“Kami sangat kecewa dan sedih, kami juga minta maaf pada publik atas kejadian ini, namun kami sudah tidak bisa apa-apa lagi. Tindakan yang dilakukan Dwi Hartanto sudah menjadi tanggung jawab dia pribadi, bukan kampus lagi” kata Amir dalam keterangan pers di Yogyakarta, Selasa (10/10/2017).

Dwi Hartanto dinyatakan lulus dari IST Akprind pada 15 November 2005 dengan IPK 3,88. Judul skripsi yang ia tulis adalah “Membangun Robot Cerdas Pemadam Api Berbasis Algoritma Kecerdasan ANN (Artificial Neural Network)”. Dwi tercatat sebagai mahasiswa berprestasi di kampus tersebut dan juga di tingkat Kopertis Wilayah V.

Dosen IST Akprind, Yuliana Rahmawati yang merupakan dosen pembimbing skripsi Dwi mengaku kaget dengan kasus kebohongan yang dilakukan mantan mahasiswa bimbingannya itu.

“Saya mengenal dia [Dwi Hartanto] secara akademis, tapi tidak mengenal secara pribadi. Namun selama bimbingan, dia tidak pernah menunjukkan kendala yang berarti, skripsi dan bimbingan berjalan lancar. Bahkan, dia tergolong anak yang cerdas,” kata Yuli.

Kendati demikian, kejadian ini menjadi bahan evaluasi untuk IST Akprind. Yuli menekankan, nilai akademis yang bagus saja tidak cukup, tapi attitude atau sikap mahasiswa juga harus jadi perhatian kampus-kampus di Indonesia agar kejadian semacam ini tak terulang.

Yuli pun berharap Dwi mempunyai niat baik untuk memperbaiki diri dan datang ke IST Akprind untuk minta maaf.

“Semoga dia bisa memperbaiki sikap, lalu datang ke IST Akprind untuk meminta maaf ke rektor dan jajaran civitas akademika, itu akan lebih baik. Ibu mana yang tidak ingin anaknya jadi baik kan,” tambah Yuli.

Yuli pun masih, saat bimbingan dahulu Dwi pernah menyampaikan cita-citanya untuk kuliah di luar negeri. “Cita-citanya tercapai ya, tapi saya tidak menyangka dia akan bertindak seperti ini.”

Dwi Hartanto, mahasiswa doktoral di Technische Universiteit (TU) Delft Belanda, mengaku melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya selama di Belanda.

"Saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah dirugikan atas tersebarnya informasi-informasi yang tidak benar terkait dengan pribadi, kompetensi, dan prestasi saya," tulis dia melalui surat klarifikasi dan permohonan maaf yang diterima di Jakarta, Minggu (8/10/2017).

Berbagai prestasi yang selama ini diklaim Dwi, membuatnya dianugerahi penghargaan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. Belum lama ini KBRI Den Haag mencabut penghargaan tersebut.

Pencabutan dilakukan setelah alumni dan PPI Delft menginvestigasi berbagai klaim prestasi Dwi. Hasil investigasi itu mementahkan semua klaim pencapaian itu mulai dari fakta soal pertemuannya dengan BJ Habibie, latar belakang pendidikan hingga prestasi di bidang antariksa.

Dwi mengakui dirinya salah, khilaf dan tidak dewasa yang menyebabkan munculnya informasi tidak sesuai kenyataan dan manipulasi fakta.

Baca juga:

Dwi Hartanto Meminta Maaf Soal Klaim Prestasi di Belanda

Dikti: Kasus Dwi Hartanto Contoh Masalah Integritas Akademis

Baca juga artikel terkait DWI HARTANTO atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra