Menuju konten utama

Dwi Hartanto Meminta Maaf Soal Klaim Prestasi di Belanda

Mahasiswa doktoral di Technische Universiteit Delft Belanda, Dwi Hartanto mengaku melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya selama di Belanda.

Dwi Hartanto Meminta Maaf Soal Klaim Prestasi di Belanda
Dwi Hartanto. FOTO/Dwi Hartanto

tirto.id - Dwi Hartanto, mahasiswa doktoral di Technische Universiteit (TU) Delft Belanda, mengaku melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya selama di Belanda.

"Saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah dirugikan atas tersebarnya informasi-informasi yang tidak benar terkait dengan pribadi, kompetensi, dan prestasi saya," tulis dia melalui surat klarifikasi dan permohonan maaf yang diterima di Jakarta, Minggu (8/10/2017).

Berbagai prestasi yang selama ini diklaim Dwi, membuatnya dianugerahi penghargaan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. Belum lama ini KBRI Den Haag mencabut penghargaan tersebut.

Pencabutan dilakukan setelah alumni dan PPI Delft menginvestigasi berbagai klaim prestasi Dwi. Hasil investigasi itu mementahkan semua klaim pencapaian itu mulai dari fakta soal pertemuannya dengan BJ Habibie, latar belakang pendidikan hingga prestasi di bidang antariksa.

Dwi mengakui dirinya salah, khilaf dan tidak dewasa yang menyebabkan munculnya informasi tidak sesuai kenyataan dan manipulasi fakta.

"Saya mengakui dengan jujur kesalahan/kekhilafan dan ketidakdewasaan saya, yang berakibat pada terjadinya framing, distorsi informasi atau manipulasi fakta yang sesungguhnya secara luas yang melebih-lebihkan kompetensi dan prestasi saya," paparnya.

"Perbuatan tidak terpuji/kekhilafan saya seperti yang tertulis di dokumen ini adalah murni perbuatan saya secara individu yang tidak menggambarkan perilaku pelajar maupun alumni Indonesia di TU Delft secara umum," tulis Dwi.

Dalam surat itu dia pun berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan serupa, tetap berkarya dan berkiprah sesuai bidang kompetensinya, serta akan menolak memenuhi pemberitaan dan undangan berbicara resmi yang di luar kemampuannya.

"Informasi mengenai posisi saya sebagai Post-doctoral apalagi Assistant Professor di TU Delft adalah tidak benar," tulis Dwi dalam rilisnya.

Selain itu, Dwi juga menjelaskan terkait pemberitaan di beberapa media massa nasional, bahwa dirinya adalah kandidat doktor di bidang space technology & rocket development. "Saya adalah kandidat doktor di bidang Interactive Inteligence (Departemen Intelligent Systems)," jelasnya.

Ia juga memberikan klarifikasi terkait bahwa dia dan tim telah merancang bangun Satellite Launch Veiiicle. "Yang benar adalah bahwa saya pernah menjadi anggota dari sebuah tim beranggotakan mahasiswa yang merancang salah satu subsistem embedded flight computer untuk roket Cansat V7s milik DARE (Delft Aerospace Rocket Engineering), yang merupakan bagian dari kegiatan roket mahasiswa di TU Delft," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, proyek ini adalah proyek roket amatir mahasiswa. "Proyek ini bukan proyek dari Kementrian Pertahanan Belanda, bukan proyek Pusat Kedirgantaraan dan Antariksa Belanda (NLR), bukan pula proyek Airbus Defence ataupun Dutch Space. Mereka hanya sebagai sponsor-sponsor resmi yang memberikan bimbingan serta dana riset," katanya.

Menurut pengakuan Dwi Hartanto dalam rilis, per 25 September 2017 pihak TU Deflt melakukan serangkaian sidang kode etik terhadap dirinya terkait hal ini. "Sampai saat ini, TU Delft masih berada dalam proses pengambilan sikap keputusan," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait DWI HARTANTO atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri