Menuju konten utama
Menlu RI Retno Marsudi:

Kesenjangan Vaksinasi Global Tinggi, Negara Miskin Hanya Dapat 0,4%

Menlu Retno Marsudi menjelaskan kesenjangan vaksinasi global masih tinggi, negara berpendapatan rendah hanya dapat 0,4 persen.

Kesenjangan Vaksinasi Global Tinggi, Negara Miskin Hanya Dapat 0,4%
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengikuti rapat bersama Komisi I DPR RI di kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.

tirto.id - Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menegaskan bahwa harapan akan pemulihan pascapandemi yang lancar dan berkelanjutan akan bergantung pada kemampuan memastikan akses yang setara untuk vaksin bagi semua penduduk dunia.

Hal tersebut dikatakan Menlu dalam pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) ke-14 yang dipantau dari Jakarta, Kamis (9/12/2021).

“Kita harus menjaga kesetaraan untuk memastikan pemulihan yang berjalan cepat. Dalam demokrasi, kesetaraan adalah tentang keadilan dan dalam konteks pandemi, ini artinya memberikan semua orang kesempatan yang sama untuk memenangkan peperangan melawan COVID-19,” kata Menlu dalam pidatonya.

Dia menjelaskan bahwa dengan 28 vaksin yang kini telah disetujui penggunaannya, dunia telah memiliki senjata yang dibutuhkan untuk mengakhiri pandemi global dan mempercepat pemulihan.

Meski demikian, kesetaraan akses vaksin bagi semua orang sangat diperlukan untuk memastikan pemulihan itu dapat berjalan.

“Sayangnya, saat ini kesenjangan vaksinasi global masih sangat lebar. Sebanyak 8,2 miliar dosis telah didistribusikan dalam skala global namun 80 persen masuk ke negara-negara G20 sementara negara-negara berpendapatan rendah mendapatkan 0,4 persen,” ujar Menlu.

Melihat ketimpangan yang masih terjadi, dia menekankan bahwa demokrasi diperlukan dalam distribusi vaksin, dengan fokus yang khusus bagi mereka yang belum menerima suntikan vaksin pertama.

Di dunia, sebanyak 64,94 persen masyarakat negara berpendapatan tinggi telah divaksin dengan setidaknya satu dosis, sementara di negara-negara berpenghasilan rendah angka tersebut hanya mencapai 8,06 persen.

Retno pun menjelaskan bahwa di Indonesia, pemerintah berupaya untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat memiliki akses setara terhadap vaksin, di mana sebanyak 142 juta orang telah menerima vaksinasi.

“Ini adalah upaya yang sangat besar, namun komitmen kami tak pudar. Kami memangkas hambatan-hambatan birokratis guna memastikan ada akses yang lebih mudah terhadap vaksin. Kami juga melibatkan berbagai pihak untuk mempercepat kampanye vaksinasi kami,” tambahnya.

Komitmen Indonesia terhadap kesetaraan akses vaksin global juga dilakukan di tingkat global melalui perannya sebagai co-chair COVAX AMC Engagement Group serta presidensi G20 yang dipegang RI pada 2022, di mana Indonesia akan mengangkat isu penguatan arsitektur kesehatan global.

Perhelatan BDF ke-14 dilakukan secara hybrid pada Kamis dengan melibatkan 50 perwakilan negara dan organisasi internasional untuk hadir secara fisik di Bali dan secara virtual.

Tema yang diangkat tahun ini yakni Democracy for Humanity: Advancing Economic and Social Justice during the Pandemic yang menyoroti berbagai ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terdapat di masyarakat sebagai salah satu dampak dari pandemi.

Forum ini juga bertujuan untuk menemukan jalan yang dapat diambil ke depan terkait isu yang dihadapi tersebut.

BDF sendiri, secara keseluruhan, bertujuan untuk membangun arsitektur demokrasi yang kuat di kawasan, melalui praktik saling berbagi pengalaman dan praktik terbaik, dengan menganut prinsip-prinsip persamaan, saling pengertian, dan menghargai.

Baca juga artikel terkait VAKSINASI

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Editor: Maya Saputri