tirto.id - Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa bulan Januari terasa lama dan waktu berjalan lambat. Meski tidak ada perubahan jumlah hari, waktu di awal tahun ini seperti berlangsung lebih panjang dibandingkan bulan-bulan lainnya. Lalu, kenapa Januari terasa lambat?
Januari merupakan bulan pertama dalam kalender Masehi dan menjadi awal dari setiap tahun. Januari sering dianggap sebagai simbol permulaan, harapan baru, serta kesempatan untuk memulai kembali berbagai hal dalam kehidupan.
Di sisi lain, sebagian orang rupanya tidak terlalu bersemangat di bulan ini sehingga merasakan waktu berjalan lambat. Meski baru awal tahun, banyak yang merasa bahwa mereka sudah melewati puluhan hari hingga akhirnya dikejutkan oleh kenyataan bahwa bulan Januari masih belum berakhir.
Penjelasan Ilmiah Kenapa Januari Terasa Lama
Anggapan tentang bulan Januari terasa lama ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah. Perasaan bahwa waktu berjalan lambat ini merupakan kombinasi antara transisi emosional, rutinitas baru, hingga kondisi lingkungan sekitar.
Mengutip dari laman New York Post, ada beberapa faktor yang membuat Januari terasa lambat, mulai dari efek pasca liburan, cuaca, hingga keuangan. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa masih ada sebagian orang yang justru merasa Januari berjalan dengan cepat.
Berakhirnya Euforia Liburan dan Berkurangnya Hormon Bahagia
Bulan Januari bulan ke-1 atau bulan pembuka di awal tahun. Di bulan ini, terjadi transisi yang cukup mencolok dari akhir tahun yang identik dengan musim liburan menuju ke awal tahun yang dipenuhi dengan rutinitas harian.
Fenomena Januari terasa lambat mungkin mirip dengan anggapan bahwa Senin adalah hari terburuk di sepanjang pekan. Keduanya memiliki kemiripan, yaitu hari dan bulan pertama yang harus dijalani seusai liburan.
Psikolog Chloe Carmichael mengungkapkan bahwa di bulan Desember, euforia liburan begitu terasa sehingga menciptakan banyak kegembiraan. Di saat inilah dopamin atau hormon bahagia meningkat dan membuat kita merasa senang. Setelah liburan usai, jumlah dopamin pun menurun sehingga berpengaruh pada suasana hati.
Di pihak lain, suasana hati rupanya akan memengaruhi persepsi waktu. Psikolog Pauline Wallin mengungkapkan bahwa ketika kita merasakan ketidaknyamanan, baik itu sakit, cemas, atau bosan, kita justru lebih fokus pada ketidaknyamanan tersebut sehingga membuat waktu terasa berjalan lebih lama.
Hal ini sering terjadi ketika kita sedang menunggu sesuatu atau seseorang. Rasa bosan yang menyiksa membuat waktu terasa begitu lambat meskipun sebenarnya berjalan dengan kecepatan normal seperti biasa.
Pengaruh Cuaca di Awal Tahun
Cuaca secara tidak langsung memainkan peran terhadap persepsi kita tentang waktu. Cuaca juga bisa memengaruhi mood yang akhirnya membuat kita beranggapan bahwa bulan Januari terasa lama.
Di bulan Januari, Indonesia masih mengalami musim penghujan sehingga aktivitas ke luar rumah lebih terbatas dari sebelumnya. Selain karena rutinitas seperti sekolah dan bekerja, suasana hati akhirnya memburuk ketika rencana berlibur di akhir pekan terpaksa ditunda akibat kendala cuaca.
Bagi orang-orang yang aktif, suka bersosialisasi, dan menemukan kesenangan dengan petualangan, cuaca buruk tentu menjadi hal yang mengecewakan. Hal-hal seperti inilah yang bisa membuat seseorang tidak menyukai Januari dan menganggapnya berjalan lambat.
Masalah Keuangan Pasca Liburan
Faktor lain yang membuat bulan Januari terasa lama adalah masalah finansial. Libur akhir tahun yang cukup panjang, ditambah dengan pesta tahun baru yang meriah, membuat banyak orang tak segan mengeluarkan uang untuk bersenang-senang.
Sebagian dari kita mungkin beralasan bahwa belanja besar-besaran ini hanya dilakukan setahun sekali. Namun, saat Januari tiba dan rutinitas kembali seperti semula, dompet yang semakin tipis justru lebih terasa.
Keuangan yang menipis turut berimbas pada menurunnya frekuensi aktivitas yang rekreatif seperti jalan-jalan. Hal ini membuat suasana hati makin berantakan dan akhirnya kembali ke poin sebelumnya, yakni berubahnya persepsi waktu dan menganggap Januari terasa lambat.
Januari Terasa Lebih Cepat untuk Sebagian Orang
Meski banyak orang menganggap bulan Januari terasa lama, sebagian orang nyatanya justru berpendapat sebaliknya. Ada yang berpikir bahwa Januari berjalan sangat cepat dan pikiran seperti ini biasanya muncul pada mereka yang sedang mengejar target tertentu di tahun yang baru.
Tahun baru identik dengan resolusi baru, tapi beberapa orang mungkin belum mencapai target resolusinya di tahun yang lalu. Oleh karena itu, di bulan Januari yang merupakan awal tahun, mereka langsung tancap gas untuk segera memenuhinya.
Ketika kita mendapat tekanan dan berkejaran dengan waktu, hal ini otomatis membuat persepsi kita terhadap waktu ikut berubah menjadi lebih cepat.
Hal yang Bisa Dilakukan untuk Meningkatkan Mood di Januari
Bulan Januari yang terasa berjalan lambat menciptakan perasaan negatif yang membuat kita tidak bersemangat. Alih-alih fokus pada rasa tidak nyaman, sebaiknya kita menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan.
Tidak perlu sesuatu yang mewah seperti liburan ke luar negeri atau staycation di hotel berbintang, tapi cukup lakukan hal yang digemari seperti menonton film, membaca buku, atau sekadar bersepeda di pagi hari saat weekend untuk membuat hati terasa lebih bahagia.
Kita juga bisa memfokuskan perhatian pada tanggal merah atau libur weekend di Januari atau bulan-bulan setelahnya. Jadi, meskipun waktu berjalan lambat, kita tetap merasa senang karena memiliki harapan atau ada hal yang ditunggu-tunggu.
Bulan Januari terasa lama adalah hal yang normal, mengingat transisi dari suasana liburan ke rutinitas seringkali membutuhkan penyesuaian. Alih-alih memandangnya sebagai sesuatu yang membosankan, sebaiknya kita isi dengan aktivitas yang produktif dan menyenangkan agar Januari bisa lebih bermakna dan tidak lagi terasa begitu lambat.
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani