tirto.id - Ratusan warga Rohingya banyak yang terdampar di Aceh selama beberapa tahun terakhir. Apa yang membuat provinsi tersebut begitu diukai para pengungsi Rohingya sehingga menjadi tujuan utama mereka?
Gelombang pengungsian Rohingya ke Aceh terus bertambah sejak pertengahan Maret hingga November 2023. Para pengungsi Rohingya diketahui berlayar untuk bisa berlabuh ke wilayah Pidie dan Aceh Utara.
Berdasarkan catatan pemerintah setempat, pada Maret 2023 Gedung Mina Raya, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Aceh telah menampung 277 orang Rohingnya.
Dikutip dari Antara, 174 pengungsi ditemukan terdampar di pantai Ujong Pie Laweung Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh. Sementara itu, 76 lainnya kabur dan tinggal menyisakan 98 orang.
Di waktu yang berdekatan, terdapat 179 orang Rohingya lagi yang mendarat di perairan Kuala Matang Peulawi, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.
Gelombang pengungsian masif lainnya kembali terjadi sepanjang 14-21 November 2023. Menurut Divisi Keimigrasian Kemenkumham Aceh, pengungsi Rohingya yang datang ke Aceh sepanjang November sudah mencapai 1.084 orang.
Mereka mencapai pesisi Aceh setelah terombang-ambing selama berhari-hari di kapal kayu. Para pengungsi yang terdata terdiri dari 278 pria dewasa, 341 perempuan, dan 465 anak-anak.
Sebanyak 511 orang pengungsi kini ditempatkan di bekas gedung Imigrasi Lhokseumawe, 341 orang di kamp Mina Raya Padang Tiji, dan 232 orang di kawasan Kulee Kabupaten Pidie.
Komite tinggi PBB untuk pengungsi, UNHCR menyatakan sedang bekerja sama dengan sejumlah pihak dalam menangani para pengungsi. UNHCR menyebut telah menggandeng pemerintah tingkat daerah, provinsi, hingga pusat.
Pertengahan November 2023, UNHCR sempat menyatakan banyak kapal yang berangkat dari Bangladesh dan Myanmar. Mereka membawa pengungsi Rohingya yang sedang mencari keamanan dan tempat berlindung.
Alasan Aceh Jadi Favorit Rohingya
Aceh merupakan wilayah Indonesia yang menerima sebagian besar para pengungsi Rohingya. Masih dikutip dari Antara, wilayah Aceh juga menampung para pengungsi yang ditolak dari Malaysia, seperti yang terjadi pada November lalu.
Tingginya gelombang pengungsi Rohingya ke Aceh menyebabkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat. Mengapa Aceh begitu disukai oleh pengungsi Rohingya sebagai tempat berlabuh?
Salah satu alasan mengapa Aceh sering didatangi oleh pengungsi Rohingya adalah karena faktor letak wilayahnya yang berada di jalur pelayaran. Wilayah Aceh terhubung langsung dengan Laut Andaman.
Laut Andaman adalah jalur pelayaran para pengungsi Rohingya yang kabur dari Myanmar menggunakan perahu kayu. Perahu-perahu yang ditumpangi para pengungsi Rohingya itu banyak yang terdampar hingga masuk wilayah perairan Aceh.
Selain faktor geografis, pengungsi Rohingya menyukai Aceh sebagai tempat pengungsian karena sikap penerimaan warga Aceh.
Melansir NU Online, antropolog STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Tgk Muhajir Al-Fairus menyebut bahwa masyarakat Aceh pada awalnya cukup menerima keberadaan etnis Rohingya.
Hal ini dilandasi atas dasar identitas asli orang Aceh yang selalu menghormati tamu. Mereka juga bersimpati lantaran tamu yang datang itu mengalami penindasan di negara asal, yakni Myanmar.
Warga Aceh juga mau menerima masyarakat Rohingya karena dilandaskan keyakinan yang sama sebagai saudara sesama Muslim. Namun, situasi belakangan ini malah sebaliknya.
Banyaknya masalah sosial dan moral yang dilakukan orang Rohingya membuat warga Aceh tidak bersimpati lagi. Bahkan, mereka kini berbalik menolak kedatangan para pengungsi.
Apakah Aceh Tujuan Akhir Rohingya?
Sejumlah pihak mencurigai bahwa Aceh bukanlah tujuan akhir para pengungsi Rohingya. Dugaan ini muncul setelah ada laporan bahwa terdamparnya warga Rohingya ke Aceh lantaran melibatkan agen. Mereka hanya memanfaatkan Aceh sebagai lokasi transit saja.
Pada akhir 2022, Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Iskandar Usman Al Farlaky, pernah meminta kepada pemerintah pusat melalui Kementerian Luar Negeri serta aparat penegak hukum agar segera melakukan investigasi terkait orang Rohingya yang banyak menuju Aceh.
"Apakah murni mereka ini sebagai pencari suaka politik atau hanya mereka menjadikan Aceh sebagai daerah transit saja yang kemudian akan masuk ke Malaysia," tutur Iskandar seperti yang dikutip dari Antara.
Selain itu, ia juga menyoroti tentang perilaku warga Rohingnya yang justru melarikan diri selama berada di lokasi penampungan. Kasus ini menimbulkan kecurigaan adanya indikasi perdagangan manusia.
"Apakah benar indikasi misalnya terlibat para sindikat human trafficking, mereka punya agen di Aceh atau di Indonesia, kemudian akan dibawa melalui Sumut dan masuk kembali ke Malaysia mencari kerja. Ini juga harus dilakukan proses penyelidikan lebih lanjut," tegasnya.
Belum diketahui secara jelas ke mana tujuan akhir para pengungsi Rohingya jika dugaan human trafficking ini terbukti benar.