tirto.id - Pemerintah memberikan sinyal akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya harga BBM RON 90 atau Pertalite dan juga Solar Subsidi.
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menjelaskan, rencana kenaikan BBM bisa memicu inflasi melejit. Inflasi tinggi akan memperburuk daya beli dan konsumsi masyarakat.
Kondisi tersebut akan menurunkan pertumbuhan ekonomi yang sudah dicapai dengan susah payah sebesar 5,4 persen.
"Alasannya, kenaikan harga Pertalite menjadi Rp10.000 dan harga Solar menjadi Rp8.500 sudah pasti akan menyulut inflasi," jelas dia dalam keterangan resmi, Selasa (23/8/2022).
Kontribusi inflasi kenaikkan harga Pertalite diperkirakan sebesar 0,93 persen, sedangkan kenaikkan harga Solar diperkirakan sebesar 1,04 persen, sehingga sumbangan inflasi kenaikan Pertalite dan Solar diperkirakan bisa mencapai 1,97 persen.
Padahal inflasi pada Juli 2022 sudah mencapai 5,2 persen yoy, sehingga total inflasi akan mencapai 7,17 persen yoy, bandingkan dengan inlasi pada 2021 hanya pada kisaran 3 persen yoy.
Selain itu Fahmi Radhi mengatakan, inflasi sebesar 7,17 akan menaikkan harga-harga kebutuhan pokok yang memperberat beban rakyat, terutama rakyat miskin. Bahkan, rakyat miskin yang tidak pernah menikmati subsidi BBM lantaran tidak punya kendaraan bermotor juga harus berkorban akibat penaikan harga BBM Subsidi.
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa opsi kebijakan yang akan dipilih terkait subsidi BBM adalah tidak memberatkan beban rakyat miskin. Berdasarkan pernyataan Jokowi itu sesungguhnya mengisyaratkan bahwa Jokowi tidak menaikkan harga BBM
"Subsidi dalam waktu dekat ini, karena pertaruhannya cukup besar. Memang beban APBN untuk subsidi energi semakin membengkak hingga mencapai Rp502,4 triliun," jelas Fahmi Radhi.
Perlu diingat bahwa, beban subsidi Rp502,4 triliun adalah total anggaran subsidi energi, terdiri dari subsidi BBM. LPG 3 Kg, dan listrik yang diperhitungkan berdasarkan beberapa asumsi harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan inflasi.
Sedangkan, realisasi yang benar-benar dikeluarkan per 31 Juli 2022 total subsidi energi baru sebesar Rp88,7 triliun, untuk realisasi anggaran subsidi BBM dan LPG 3 Kg baru sebesar Rp62,7 triliun.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Anggun P Situmorang