tirto.id - Direktur Politik Dalam Negeri pada Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri Bahtiar mengatakan, pemilihan kepala daerah secara langsung memiliki sejumlah kekurangan, salah satunya adalah para calon kepala daerah rawan disusupi kepentingan modal.
Penyelenggaran pilkada langsung, katanya, juga kerap terjadi penyalahgunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) baik itu dari anggaran bantuan sosial maupun pos anggaran lain oleh petahana untuk kepentingan pribadi karena maju kembali bertarung dalam pilkada.
"Tak jarang daerah abai dalam mempersiapkan kebutuhan anggaran pilkada sehingga membuat daerah kebingungan saat menjelang dimulainya tahapan pelaksanaan pilkada," kata Bahtiar dilansir Antara.
Ia juga menjelaskan, dalam keterangan yang diperoleh dari Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri di Jakarta, Rabu (21/8/2018) sejumlah kekurangan lain dari penyelenggaraan pilkada langsung adalah pemilih akan menjadi individualis dan materialistis.
Sementara, calon kepala daerah hanya mengandalkan ketokohan dan menafikan kemampuan memimpin organisasi yang kelak dibutuhkan saat terpilih menjadi kepala daerah.
Bahtiar juga mengatakan para calon kepala daerah juga harus memiliki modal dana yang cukup besar karena diharuskan berkampanye secara fisik dari pintu ke pintu (door to door) dan rawan disusupi kepentingan pemodal.
Selain itu, ia juga menuturkan, pilkada langsung berpotensi terjadinya konflik horizontal maupun vertikal antarbasis pendukung calon, terlebih, apabila pemahaman politik rakyat di suatu daerah belum cukup matang.
Sementara kelebihan dari penyelenggaraan pilkada langsung yakni membuat pemilih mengenal secara konkret calon kepala daerah yang bakal berlaga.
Masyarakat pun bisa menikmati proses pemilihan dan mengetahui secara pasti visi misi dan program yang digembar-gemborkan calon kepala daerah.
"Kepala daerah yang terpilih tentu akan merepresentasikan aspirasi dari masyarakat di daerah tersebut," katanya.
Kelebihan lainnya, menurut Bahtiar, pilkada langsung juga menjadikan suara pemilih sangat berharga karena kepentingan rakyat atau pemilih bakal menjadi fokus perhatian terbesar bagi calon kepala daerah. Pilkada langsung, kata Bahtiar, terdapat legitimasi yang kuat terhadap kepala daerah terpilih.
"Pemerintah daerah akan kuat dengan legitimasinya karena tidak mudah diguncang oleh DPRD," katanya.
Selain itu, pemberdayagunaan sumber daya yang dimiliki calon kepala daerah bakal menjadi efektif. Pasalnya, keberadaan pihak ketiga akan tereliminasi karena calon kepala daerah langsung melakukan komunikasi dengan masyarakat pemilih.
Menurut Bahtiar, pelaksanaan pilkada langsung bisa menjadi alat ukur partisipasi, pemahaman, serta pentingnya politik bagi masyarakat.
Tak hanya itu, dalam Pilkada langsung, ketokohan seorang calon juga akan jadi daya tarik bagi calon pemilih ketimbang sepak terjang partai pengusungnya.
"Artinya besar kecil parpol yang mengusungnya pada pelaksanaan pemilihan tidak berkorelasi kuat terhadap keberhasilan atau keterpilihan calon kepala daerah," kata Bahtiar.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani