Menuju konten utama

Jelang Mudik Lebaran 2018, Masyarakat Diimbau Unduh Aplikasi Magma

Aplikasi Magma dapat digunakan untuk mengetahui kondisi cuaca hingga potensi bencana.

Jelang Mudik Lebaran 2018, Masyarakat Diimbau Unduh Aplikasi Magma
Foto aerial simpang susun Waru di Surabaya. FOTO/Istimewa

tirto.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat untuk mengunduh aplikasi Magma Indonesia menjelang mudik Lebaran 2018. Aplikasi itu dapat digunakan untuk mengetahui kondisi cuaca hingga potensi bencana.

Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah dari PVMBG, Agus Budianto menyebutkan aplikasi tersebut berisikan informasi mengenai pemetaan rawan bencana dan hasil pengawasan kondisi alam juga disertai rekomendasi untuk masyarakat.

"Kami mempermudah masyarakat untuk dapat mengakses dengan mudah aktivitas ancaman geologi di seluruh Indonesia, gempa bumi dan tsunami, gunung api dan tanah longsor dengan aplikasi Magma ini. Informasi kebencanaan diperlukan untuk bisa mengatasi dengan cepat," ujar Agus di BPH Migas, Jakarta pada Jumat (25/5/2018).

Ia mengatakan, sejumlah gunung api yang diwaspadai adalah Gunung Sinabung di Sumatera dengan status Level 4 (Awas); Gunung Agung di Bali Level 3 (Siaga) dengan radius 3 kilometer; Gunung Merapi di Yogyakarta Level 2 (Waspada) dengan radius 3 kilometer.

"Level 2 Waspada ada 19 gunung berapi di seluruh Indonesia seperti Gunung Kerinci, Gunung Karangetang dan sebagainya," ucapnya.

Untuk bencana tanah longsor, menurut Agus, ada kecenderungan bergerak ke arah timur karena hujan dengan curah hujan tinggi sekitar di atas 100 mililiter (mm), yaitu di Sulawesi, NTT, Maluku, Papua.

"Ancaman bergerak pindah ke arah timur, curah hujan cukup tinggi. Ini daerah untuk Mei, Juni, Juli, Agustus, daerah berpotensi tanah longsor," sebutnya.

Meski demikian, masyarakat di Pulau Jawa juga mesti mewaspadai bencana tanah longsor, sebab adanya anomali cuaca.

"Di wilayah Pulau Jawa terutama wilayah tengah dan selatan, daerah perbukitan dan perbukitan yang telah dialih fungsikan menjadi jalan atau permukiman," terangnya.

Indikator suatu daerah berpotensi terkena tanah longsor dikatakan dalam status waspada, siaga, atau awas, diterangkannya tidak hanya dipengaruhi oleh cura hujan yang tinggi, melainkan juga dari keberadaan jalan permukiman yang menggantikan fungsi hutan hutan di perbukitan.

"Kontrol kerawanan adanya tanah longsor itu tidak curah hujannya saja, tapi adanya daerah permukimannya. Curah hujan di atas 100 milimeter udah tinggi sebenarnya, semakin jadi ancaman ketika wilayah itu perbukitan jadi jalan dan hunian," jelasnya.

Pihaknya juga telah bekerja sama dengan kementerian terkait untuk melakukan pengawasan dan kesiapsiagaan terhadap bencana alam.

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2018 atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Dipna Videlia Putsanra