Menuju konten utama

PUPR: Titik Kritis Jalur Fungsional Bisa Dilalui H-10 Mudik Lebaran

Di beberapa ruas tol dari Jakarta hingga Surabaya masih terkendala sejumlah titik kritis dimana jalan fungsional belum tersambung.

PUPR: Titik Kritis Jalur Fungsional Bisa Dilalui H-10 Mudik Lebaran
Kendaraan melintas di jalan tol fungsional (tol darurat) Brebes Timur-Pemalang di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (1/7). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

tirto.id - Untuk mengantisipasi kepadatan arus mudik Lebaran 2018, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berupaya menyediakan akses pemudik melalui Tol Trans Jawa maupun jalan darat melewati jalur Pantai Utara (Pantura). Di beberapa ruas tol dari Jakarta hingga Surabaya masih terkendala sejumlah titik kritis dimana jalan fungsional belum tersambung.

Selain itu, jalan darat yang melalui Pantura juga dipastikan bisa dilalui pemudik. Salah satu titik kritis di jalur Pantura di ruas Lamongan-Tuban yakni Jembatan Cincin Lama. Jembatan ini sebelumnya runtuh pada 17 April 2018 lalu dan Kementerian PUPR mengklaim saat ini perbaikan sudah mencapai 76 persen.

"Progresnya lebih cepat dari rencana. Saat ini dalam tahap pemasangan pipa drainase, penulangan lantai jembatan dan persiapan pengecoran lantai jembatan, mudah-mudahan tidak ada masalah, kami optimistis H-10 dapat beroperasi," jelas Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto melalui rilis kepada Tirto di Jakarta, Rabu (23/5/2018).

Sementara untuk titik kritis di tol fungsional Batang-Semarang yakni pada pembangunan Jembatan Kali Kuto, Arie Setiadi mengatakan pengerjaannya memerlukan tingkat kehati-hatian yang tinggi sehingga membutuhkan waktu lebih lama.

"Pada umumnya memang pengerjaan konstruksi dihentikan pada H-10 Lebaran, tapi pembangunan Jembatan Kali Kuto membutuhkan presisi yang tinggi sehingga ditargetkan bisa dilalui pada H-3 Lebaran. Progresnya saat ini sudah 70%," jelasnya.

Pada saat arus mudik Lebaran ini, Jembatan Kali Kuto belum dibuka, kendaraan pemudik dapat keluar Simpang Susun Gringsing menuju jalur nasional sepanjang satu kilometer lalu masuk kembali ke ruas tol selanjutnya.

Untuk mengantisipasi kepadatan saat keluar Simpang Susun Gringsing, akan dilakukan manajemen lalu lintas oleh Korlantas Polri termasuk persimpangan sebidang di ruas tol fungsional.

"Di tol fungsional masih ada lintasan sebidang dengan jalan lingkungan yang memerlukan penjagaan oleh pihak Korlantas untuk menghindari terjadinya kecelakaan," tambahnya.

Sementara itu, untuk tol fungsional Wilangan-Kertosono, Arie Setiadi juga optimistis bisa digunakan saat mudik. Meskipun pada 21 Mei 2018 lalu terjadi insiden tergulingnya launcher girder (balok beton) saat dilakukan perakitan. Launcher girder tersebut sedianya digunakan untuk pemasangan balok beton pada pembangunan salah satu jembatan di ruas tol Wilangan-Kertosono.

Kementerian PUPR tengah berupaya menggunakan metode lain dan optimis tetap dapat digunakan untuk arus mudik 2018. "Kita berupaya mencari metode pemasangan lainnya seperti menggunakan crane agar dapat digunakan sejak H-10. Apabila belum bisa digunakan, kita telah menyiapkan Jembatan Bailey sebagai alternatif," jelas Arie.

Tol Wilangan-Kertosono sepanjang 37,5 km merupakan Seksi IV Tol Ngawi-Kertosono dengan total panjang 87 km. Ruas tol ini dibangun Kementerian PUPR sebagai bagian dari VGF (Viability Gap Funding) untuk meningkatkan kelayakan investasi ruas tol tersebut.

Seksi I, II dan III yakni dari Ngawi ke Wilangan sepanjang 49,5 km telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 29 Maret 2018 lalu dan telah beroperasi. Pembangunannya merupakan investasi dari PT Ngawi Kertosono Jaya (PT NKJ) sebesar Rp 9,73 triliun.

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2018 atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri