tirto.id - Pengunjung bazar durian di Asia Plaza Mall, Tasikmalaya, Jawa Barat, dibuat tercengang oleh keberadaan durian J-Queen. Bentuknya sama saja dengan durian lain: besar, dengan warna kulit cokelat kekuningan. Yang membedakan adalah harganya. J-Queen dibanderol Rp14 juta per buah.
Hebatnya lagi, J-Queen cepat laku. Pada hari pertama bazar, dua dari empat J-Queen sudah laku. Pada hari yang ketiga, dua buah durian J-Queen sisanya ditarik oleh penjual karena sudah mulai merekah dan terlalu masak.
Lantas, apa yang membikin durian J-Queen spesial dan dihargai mahal?
J-Queen dan Jejeran Durian Termahal
J-Queen adalah nama durian varietas lokal yang dikembangkan di Banyumas, Jawa Tengah. Sudarno, Ketua Kelompok Tani Durian Kampung Bogangin Banyumas, mengklaim J-Queen punya rasa manis khas yang menempel tidak mudah hilang di lidah dan tenggorokan meski sudah ditelan. Aromanya, ujar Sudarno, juga lebih menyengat ketimbang durian lain. J-Queen beberapa kali ikut kontes durian tingkat lokal dan termasuk durian langka karena hanya dipanen tiga tahun sekali.
Awalnya, J-Queen amat susah dikembangkan. Kadang panennya prematur. Kadang buahnya tak bagus. Suatu hari Sudarno bertemu dan dibantu Aka, seorang penyuluh budidaya durian lokal asal Tasikmalaya. Dengan bantuan Aka, Sudarno berhasil mengembangkan varietas durian lokal unggulan ini.
“Ketika akan launching (bazar durian), kita survei dulu durian-durian hasil pertanian kami. Kita coba satu-satu sekalian di situ kita buat nama. Nah kebetulan saya dapat durian yang dulunya prematur panennya, sangat susah dikembangkan bisa jadi bagus banget dari segi rasa dan baunya,” ujar Sudarno saat dihubungi Tirto pada Selasa (29/1).
Bisa dibilang Banyumas memang sentra durian di Jawa Tengah. Data Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas tahun 2017 menunjukkan, populasi pohon durian di wilayah tersebut mencapai 191.948 batang dengan total produksi sebanyak 52.837 kuintal per tahun. Selain J-Queen, Banyumas juga punya beberapa varietas durian lokal unggulan lain yang sudah lebih dahulu mewarnai pasar, seperti Bawor, Meriam, Mustika, dan Chery. Harganya bervariatif, mulai dari Rp50 ribu sampai Rp300 ribu per kilogram.
Fenomena durian mahal tapi tetap laku ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Thailand, ada durian Kanyo yang harganya bisa mencapai Rp8 juta per butir. Situs pecinta durian milik pasangan suami istri Lindsay dan Rob asal Amerika Serikat, Year of the Durian pada 2014 pernah menjajal mendatangi langsung perkebunan durian Kanyo di tempat asalnya di Provinsi Nonthaburi, Thailand.
Durian Kanyo disebut punya beberapa keistimewaan sehingga dihargai mahal. Durian ini sangat terbatas, karena setiap pohon hanya mampu berbuah tiga hingga empat butir per masa panen. Keterbatasan jumlah ini membuat pembeli harus memesan beberapa bulan sebelumnya, itupun masih belum tentu bisa dapat jatah. Biasanya hanya pejabat tinggi pemerintahan, lingkungan Kerajaan Thailand dan orang-orang kaya yang mengakses dan menikmatinya.
Nonthaburi juga sudah dikenal sebagai daerah penghasil durian unggulan setidaknya sejak 400 tahun yang lalu. Diyakini, tempat tersebut adalah tempat awal tumbuhnya beberapa varietas durian masyhur saat ini seperti Monthong, Chanee, dan Kanyo.
Selain Thailand, Malaysia juga punya varietas durian lokal yang berharga mahal: Musang King, atau kadang disebut Mao Shan Wang. Durian yang berasal dari Kelantan ini adalah salah satu varian durian paling populer dan mahal di dunia. Rasa durian Mussang King disebut perpaduan antara daging durian yang lembut dan pahit secukupnya. Harga Mussang King beragam, mulai dari Rp1 juta hingga Rp2 juta per buah.
Dalam buku Fruits of Warm Climates (1987) karya J.F. Morton, durian yang punya nama latin Durio zibethinus adalah jenis buah yang diyakini berasal dari kawasan Asia Tenggara seperti Kalimantan dan Sumatra. Selain itu, pohon durian juga dapat ditemui tumbuh liar di daerah Pegunungan Tanintharyi, wilayah Myanmar yang berbatasan dengan Thailand, dan di sekitar desa-desa di Semenanjung Malaya. Durian juga dijumpai di daerah tenggara India, Sri Lanka hingga Papua.
Pada pertengahan abad ke-15, durian sudah menjadi komoditas perdagangan di Myanmar dan dihidangkan di istana kerajaan sebagai hidangan istimewa. Muncul pula istilah durian sebagai “raja dari segala buah.”
Bagi orang-orang Barat, durian bukanlah buah familiar bahkan asing. Baunya yang menyengat membuat buah ini dianggap sebagai makanan ekstrem. Maka tidak heran bila sejumlah praktisi kuliner dunia turut menganggap aneh rasa dan aroma durian. Anthony Bourdain, antropolog kuliner, mendeskripsikan aroma durian seperti, "Kamu mengubur seseorang yang memegang keju Stilton, lantas menggalinya beberapa minggu kemudian."
Sedangkan Andrew Zimmern, tuan rumah program TV Bizzare Foods mengomentari, “Rasanya seperti bawang lembek yang busuk." Richard Sterling seorang penulis makanan menyebut, “Baunya kayak kotoran babi, terpentin dan bawang yang dibalut kaos kaki kotor bekas gym."
Tapi segala sikap buruk orang Barat ketika menghadapi durian, toh tak menghalangi kecintaan orang Indonesia pada buah berduri ini. Kalau musim durian tiba, orang-orang santai duduk di pinggir jalan, membeli durian dari penjaja pinggir jalan. Orang Indonesia tak segan mengeluarkan banyak uang untuk mencari durian terbaik. Termasuk yang paling mahal sekalipun.
Editor: Nuran Wibisono