Menuju konten utama

Indonesia Jajaki Perancis Jadi Pintu Gerbang Ekspor ke Eropa

Indonesia mempertimbangkan Perancis sebagai pintu gerbang utama untuk mengekspor produk dari Tanah Air ke pasar non-tradisional di negara-negara Eropa. Hal itu dilakukan dengan landasan Perancis memiliki industri yang dinamis dan merupakan salah satu negara dengan industri paling kompetitif di dunia.

Indonesia Jajaki Perancis Jadi Pintu Gerbang Ekspor ke Eropa
Wakil Duta Besar Perancis Charles Henri Brosseau (kanan) melihat-lihat ruang lobi kantor Gubernur Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (16/12). ANTARA FOTO/Didik Suhartono.

tirto.id - Indonesia mempertimbangkan Perancis sebagai pintu gerbang utama untuk mengekspor produk dari Tanah Air ke pasar non-tradisional di negara-negara Eropa. Hal itu dilakukan dengan landasan Perancis memiliki industri yang dinamis dan merupakan salah satu negara dengan industri paling kompetitif di dunia. Perancis menempati peringkat kedua, ketiga dan keempat Eropa untuk industri kimia, industri makanan, serta industri informasi dan telekomunikasi.

"Perancis mempunyai bidang industri yang dinamis dan merupakan salah satu yang paling kompetitif di dunia," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat bertemu Duta Besar Perancis untuk Indonesia Jean-Charles Berthonnet di Kementerian Perindustrian di Jakarta, Sabtu, (17/12/2016).

Melalui siaran pers, seperti dikutip dari Antara, Airlangga menerangkan upaya ini perlu dijajaki melalui kerja sama kedua negara di sektor industri serta bidang standardisasi dan pertukaran informasi terkait regulasi teknis (non-tariff measures) guna menembus pasar tersebut.

Airlangga juga memandang Perancis sebagai mitra penting Indonesia dalam hubungan perdagangan karena dapat meningkatkan pertumbuhan industri dan ekonomi nasional.

Pada tahun 2015 ekspor Indonesia ke Perancis mencapai 972 juta dollar AS yang meliputi mesin elektronik, alas kaki, karet dan produk karet, furniture, pakaian dan aksesoris, kopi, serta teh dan rempah-rempah.

Sementara itu, berdasarkan data BKPM, realisasi investasi Perancis di Indonesia pada periode tahun 2011 sampai September 2016 secara total mencapai 783 proyek dengan nilai investasi sebesar 771,2 juta dollar AS.

Adapun 174 proyek investasi yang bergerak di sektor manufaktur bernilai investasi 323,7 juta dollar AS.

"Diperlukan peningkatan kerja sama ekonomi bagi kedua negara untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dan investasi," ujarnya.

Sementara itu, tahun 2015, nilai impor Indonesia dari Perancis mencapai 1,3 miliar dollar AS untuk komponen pesawat terbang, kendaraan, dan mesin elektronik, serta produk susu dan farmasi.

Indonesia juga menjadi basis produksi terbesar untuk Schneider Electric di kawasan Asia Tenggara serta ketiga terbesar di Asia setelah RRT dan India

"Perusahaan asal Perancis yang saat ini beroperasi di Indonesia antara lain perusahaan peralatan listrik PT. Schneider Indonesia, yang saat ini telah mengekspor 75 persen dari produksi mereka ke negara-negara ASEAN, Amerika Serikat dan Eropa,” ungkap Airlangga.

Selanjutnya, PT. Weda Bay Nickel (ERAMET), perusahaan pertambangan asal Perancis ini bekerja sama dengan Mitsubishi Corporation, Pacific Metals Co Ltd, dan PT Aneka Tambang Tbk serta didukung oleh Pemerintah Daerah telah membangun industri strategis dalam pengolahan nikel di Halmahera, Maluku Utara.

Dengan investasi 6 miliar dollar AS, pabrik ini akan menghasilkan sekitar 4,5 juta ton per tahun dari nikel dan 4000 ton per tahun kobalt, serta menyerap tenaga kerja 2.400 orang di lokasi tersebut.

"Selain itu, ada PT. Saint-Gobain Construction Products Indonesia GYPROC Saint-Gobain, Michelin, Airbus Group, Galleries Lafayette, TOTAL, dan lain-lain,” sebut Airlangga.

Bahkan, perusahaan pelayaran asal Perancis, CMA dan CGM Group akan berinvestasi di Indonesia serta adanya potensi kerja sama kegiatan penelitian dan pengembangan antara Center of Excellence Toulouse White Bio-Technology dengan Balai Riset dan Lembaga Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian

Baca juga artikel terkait EKSPOR atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh