tirto.id - Kasus penculikan akhir-akhir ini sering terjadi di tanah air. Psikolog dari Universitas Indonesia sekaligus parenting coach Irma Gustiana menyarankan ketika anak kembali bertemu orang tuanya pasca penculikan, hindari bertanya mengenai peristiwa penculikan atau bahkan menyalahkan anak.
Irma mengimbau agar orang tua pertama perlu mengecek kondisi fisik anak. Hal itu untuk memastikan apakah ada luka atau tanda-tanda lain yang mencurigakan.
"Hindari menanyakan kejadiannya seperti apa atau menyalahkan anak. Itu akan menjadi trigger dan membuat anak menjadi merasa bersalah atau semakin ketakutan," katanta dikutip dari Antara, Sabtu (4/2/2023).
Dia menjelaskan anak korban penculikan akan merasakan trauma dan merasa cemas hingga tidak aman. Hal itu akan mengganggu kegiatan sehari-harinya baik di sekolah, di rumah, maupun di tempat lainnya.
"Trauma itu bisa terlihat secara langsung atau bisa menjadi respon tunda. Jadi kalau secara langsung itu bisa kita lihat dia menangis, terus kelihatan wajahnya ketakutan, kemudian dia bengong, dan terlihat bingung. Itu adalah bentuk manifestasi dari trauma akibat pengalaman penculikan tadi," imbuh Irma.
Senada dengan Irma, Psikolog anak dan remaja dari Universitas Indonesia Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan, korban penculikan sangat rawan mengalami trauma, mengingat peristiwa tersebut merupakan pengalaman yang dapat mengancam keselamatan jiwanya.
"Bisa saja anak mengalami trauma karena penculikan merupakan pengalaman yang membawa perubahan drastis dalam hidup anak dan bisa mengancam jiwanya," bebernya.
Dia menuturkan saat menjadi korban penculikan, anak tentu akan merasa takut, cemas tidak bisa kembali kepada orangtuanya. Dia juga menuturkan anak akan bingung dengan apa yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri.
Vera pun menyarankan ketika anak korban penculikan kembali kepada orangtuanya, seharusnya diperiksa secara menyeluruh. Hal itu untuk mengetahui pendampingan apa saja yang perlu dilakukan.
"Yang jelas anak butuh pendampingan untuk menghilangkan rasa takut dan mengembalikan kepercayaannya pada lingkungan agar dia dapat kembali ke rutinitasnya sebagai anak," pungkasnya.
Editor: Intan Umbari Prihatin