tirto.id - Pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di berbagai daerah sampai dengan 2 Agustus 2021. Asisten I Sekretaris Daerah Provinsi DI. Yogyakarta, Sumadi, mengatakan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus berupaya mencegah peningkatan kasus COVID-19, termasuk mematuhi PPKM Level 4.
“Kalau kita lihat, kondisi di jalan wilayah Yogyakarta selama PPKM Darurat dan PPKM Level 4 tidak seramai biasanya. Karena untuk mencegah penyebaran COVID-19 memang dilakukan pembatasan-pembatasan,” ujar Sumadi dalam Dialog Produktif seperti dilansir laman Satgas Covid-19.
Menurut Sumadi, PPKM Level 4 cukup efektif dalam membatasi mobilitas warga. “Kami libatkan tokoh masyarakat di masing-masing daerah, RT, RW dan kelurahan untuk memberikan pengertian bahwa pembatasan aktivitas ini demi kepentingan bersama, sehingga jika ada penyekatan masyarakat akan memahaminya,” tuturnya.
Upaya yang dilakukan Pemda DIY dalam menanggulangi lonjakan kasus, kata Sumadi, meningkatkan kapasitas layanan kesehatan, termasuk menambah persediaan oksigen di RS serta layanan dukungan untuk tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat.
Sumadi menjelaskan, bed occupancy ratio (BOR) di DIY juga mengalami penurunan usai pemberlakuan PPKM dan penanganan di sektor hilir. “Selain tingkat keterisian tempat tidur yang menurun, kami juga membuka RS darurat di berbagai lokasi," ungkapnya.
"BOR sempat di atas 80 persen, dan kami tambahkan fasilitas kamar tidurnya sehingga berhasil menurunkan BOR. Strateginya, pasien yang masuk RS hanya yang membutuhkan penanganan darurat, pasien yang sembuh dipindah ke shelter yang juga dilengkapi nakes dan akomodasi sesuai kebutuhan sehingga beban RS berkurang,” jelas Sumadi.
Selain hal-hal tadi, kata Sumadi, Pemerintah DI Yogyakarta juga menggencarkan 3T (Tracing, Testing, Treatment) terutama setelah ada kenaikan kasus angka kematian akibat Covid-19.
Testing adalah pengecekan kesehatan melalui tes swab jika diperlukan, tracing adalah penelusuran kontak kasus positif, sementara treatment adalah perawatan dengan benar apabila merasakan gejala Covid-19. Harus #IngatPesanIbu, vaksin memang melindungi kita semua, namun tetap harus 3M, mencuci tangan, menjauhi kerumunan dan memakai masker.
“Banyak yang meninggal dalam isolasi mandiri. Saat itu ada sekitar 25 ribu orang yang melakukan isolasi mandiri yang tidak dikontrol karena mereka tidak lapor RT atau puskesmas. Saat saturasi oksigen menurun, penanganan menjadi terlambat,” ujar Sumadi.
Ia juga menjelaskan, Pemda Yogyakarta juga siap menyalurkan bansos berupa uang, sembako, obat-obatan dan vitamin ke masyarakat terdampak. “Kami sudah mendapat lampu hijau dari pusat terkait penggunaan Dana Keistimewaan untuk penanganan COVID-19. Semua upaya penanganan COVID-19 diupayakan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat bisa menggunakan bantuan permodalan dengan menjalankan bisnis sesuai prokes,” ungkap Sumadi.
Sementara itu, Dokter Konsultan RSDC Wisma Atlet, dr. Andi Khomeini Takdir SpPD-KPsi, mengatakan, sebagai dokter, ia tidak hanya membantu dan merawat pasien di RSDC Wisma Atlet, tetapi juga ikut berupaya mengurangi jumlah pasien yang dirawat di RS.
“Tujuannya adalah bagaimana agar kurva pandemi selandai mungkin. Untuk itu perlu dilakukan upaya preventif promotif,” ujarnya.
Editor: Iswara N Raditya