tirto.id - Ada keterkaitan erat antara biografi sosok Ki Hajar Dewantara, sejarah Taman Siswa, dan Hari Pendidikan Nasional termasuk pada peringatan tahun 2021 ini. Hardiknas diperingati setiap 2 Mei yang merupakan tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara, sang pendiri Taman Siswa.
Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Perjuangan Ki Hajar melalui edukasi dan pengajaran untuk rakyat Indonesia bersama Taman Siswa pada era penjajahan Belanda merupakan alasan tanggal lahirnya diabadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional alias Hardiknas.
Selain itu, Ki Hajar Dewantara menjabat sebagai Menteri Pendidikan RI yang pertama. Usai Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, Presiden Sukarno mempercayakan Ki Hajar Dewantara untuk menempati posisi sebagai Menteri Pengajaran RI karena ia adalah Bapak Pendidikan Nasional.
Pejuang Pergerakan Nasional
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang kelak dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara berasal dari keluarga ningrat Jawa. Ia adalah pangeran dari Kadipaten Pakulaman di Yogyakarta, salah satu dari kerajaan pecahan Wangsa Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran.
Sebelum tampil sebagai tokoh pendidikan, Soewardi Soerjaningrat merupakan aktivis pergerakan nasional. Ia sempat bergabung dengan Boedi Oetomo (BO) yang didirikan di Batavia pada 1908. Kemudian, bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ernest Douwes Dekker, Soewardi Soerjaningrat mendirikan Indische Partij (IP).
Soewardi Soerjaningrat di masa muda tidak sekalem yang tampak pada sosok Ki Hajar Dewantara. Ia amat berani menentang atau mengkritisi pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Soewardi Soerjaningrat bahkan pernah diasingkan ke Belanda sejak 1913 hingga 1919.
Sepulangnya ke tanah air, Soewardi Soerjaningrat masih sering berurusan dengan aparat hukum Hindia Belanda. Ia kerap keluar-masuk penjara lantaran aksi dan tulisan-tulisannya yang dianggap kurang ajar terhadap pemerintah kolonial kala itu.
Hingga akhirnya, atas saran istrinya, Sutartinah, dan setelah melalui pertimbangan matang, Soewardi Soerjaningrat berubah haluan perjuangan. Dari yang semula keras dan trengginas, berubah menjadi kalem dan penuh pemikiran. Soewardi memutuskan berjuang melalui pendidikan demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta, Soewardi Soerjaningrat mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Cita-cita Taman Siswa adalah untuk membahagiakan bangsa dan manusia serta merupakan panggilan nurani untuk ikut memajukan kehidupan bangsa.
Soewardi Soerjaningrat menawarkan gagasan untuk pendidikan nasional. Jadilah Taman Siswa sebagai tonggak awal kebangkitan masyarakat terpelajar bumiputera yang mempelopori kebangkitan rakyat melawan penjajahan.
Tanggal 3 Februari 1928, Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Sang istri, Sutartinah, juga mengikuti jejaknya dengan berganti nama menjadi Nyi Hajar Dewantara.
Pahlawan Nasional Pendiri Taman Siswa
Berjuang melalui pendidikan bersama Taman Siswa ternyata tidak sepenuhnya mengubah karakter keras Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara. Ketika pemerintah kolonial Hindia Belanda menerapkan aturan Ordonansi Sekolah Liar pada 1932, Ki Hajar Dewantara berontak dan menentang kebijakan tersebut.
Ordonansi Sekolah Liar adalah kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang membatasi gerak lembaga-lembaga pendidikan milik orang Indonesia, termasuk Taman Siswa. Ki Hajar Dewantara tidak sudi menaati aturan tersebut meskipun harus kembali berurusan dengan jerat hukum kolonial.
Dengan Ordonansi Sekolah Liar, pemerintah kolonial ingin memisahkan pendidikan antara anak-anak Belanda/Eropa dengan anak-anak bumiputera/pribumi. Regulasi ini juga memaksakan kehendak kepada lembaga pendidikan milik orang Indonesia untuk memakai model edukasi ala Belanda.
Penerapan Ordonansi Sekolah Liar menuai banyak protes sehingga hanya bertahan sebentar saja, yakni cuma sampai tahun 1933 sejak mulai diterapkannya dari tahun 1932.
Dihapuskannya aturan tersebut membuat Taman Siswa semakin berkembang. Memasuki dekade 1940-an, perguruan ini sudah mendirikan 166 sekolah yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan memiliki lebih dari 11 ribu murid.
Konsep pendidikan yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara dan dipraktikkan melalui Taman Siswa diarahkan pada tujuan nasionalisme, semangat perjuangan, dan kerakyatan menghadapi kolonialisme.
Setelah Indonesia merdeka, Presiden Sukarno menunjuk Ki Hajar Dewantara untuk menjabat sebagai Menteri Pengajaran sejak 2 September 1945. Ki Hajar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta pada 2 April 1959 dalam usia 70 tahun.
Atas jasa-jasanya, pemerintah RI menetapkan Soewardi Soerjaningrat sebagai pahlawan nasional serta menyematkan gelar Bapak Pendidikan Nasional. Hari kelahiran Ki Hajar Dewantara pun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
_________________________
Referensi
- Abdurrachman Surjomihardjo, Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern, 1986.
- Bambang Sokawati Dewantara, Ki Hajar Dewantara Ayahku, 1989
- Frances Gouda, Dutch Cultures Overseas: Colonial Practice in the Netherlands Indies 1900-1942, 2006.
- Najamuddin, Perjalanan Pendidikan di Tanah Air, 2005.
Editor: Agung DH