tirto.id - World Breastfeeding Week atau Pekan ASI Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 1 – 7 Agustus.
Hal ini merupakan cara WHO dan UNICEF mendukung ibu menyusui di seluruh dunia.
Peringatan hari ASI yang telah digelar sejak 2016 ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ASI untuk pertumbuhan si kecil.
Air Susu Ibu (ASI) telah ditetapkan sebagai sumber nutrisi yang paling baik untuk bayi terutama pada enam bulan pertama.
Zat bioaktif dalam ASI penting untuk pengembangan sistem kekebalan tubuh bayi yang baru lahir.
Perlengkapan ASI tunggal ini membuatnya semakin penting, terutama bagi bayi lahir prematur dan bayi yang berat badannya rendah yang menyebabkan rendahnya sistem kekebalan tubuh dan sangat vital untuk kelangsungan hidupnya.
Sebagaimana melansir dari NCBI, Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa untuk bayi yang tidak dapat menerima ASI dari ibu mereka sendiri, opsi pilihan lainnya adalah ASI yang disumbangkan.
Namun, rekomendasi ini jarang dipraktikkan di sebagian besar negara berkembang di mana susu donor tidak diterima secara luas.
Bayi yang tidak dapat menerima ASI dari ibu mereka sendiri alternatif lainya adalah ASI yang disumbangkan.
Menurut Institut Kesehatan dan Klinis Keunggulan Nasional (NICE), ASI yang disumbangkan adalah yang diberikan oleh seorang ibu yang kemudian diproses oleh bank pendonor untuk digunakan oleh penerima yang bukan bayi ibu sendiri.
Donor susu dilakukan oleh wanita yang sehat dan menyusui dengan kelebihan susu dan bayi dari segala usia.
Penggunaan ASI pada susu formula pada bayi yang baru lahir sangat rentan dan telah terbukti berdampak signifikan pada tingkat kematian neonatal di negara-negara di seluruh dunia.
Di Brazil misalnya, telah terjadi penurunan drastis pada kematian neonatal dengan 73 persen antara tahun 1990 hingga 2013, karena memasukkan ke bank susu dalam kebijakan kesehatan bayi yang baru lahir.
Sebuah Studi multi pusat cross sectional mendaftarkan ibu yang menghadiri klinik antenatal atau pediatrik di enam lembaga tersier di negara tetangga.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan, penerimaan dan kemauan untuk menyumbangkan ASI atau menggunakan ASI yang disumbangkan untuk bayi mereka. Penelitian ini juga mengeksplorasi faktor-faktor yang menentukan perilaku ini.
Melansir dari Milkbankne, berikut beberapa syarat yang membuat ibu tidak dapat mendonorkan ASI:
- Hasil tes darah positif HTLV, hepatitis B/C atau s sifilis
- Mengonsumsi rutin lebih dari 2 ounce minuman keras, rokok, obat-obatan terlarang dalam 24 jam terakhir
- Mendapat transfusi darah atau produk darah lainnya dalam 6 bulan terakhir
- Melakukan transplantasi organ atau jaringan dalam 12 bulan terakhir
- Ibu penyumbang dan pasangan seksual mempunyai risiko mengidap HIV atau HTL dalam 12 bulan terakhir
- Berpotensi terkena paparan penyakit Creutzfeldt Jakob
Syarat lain yang harus diperhatikan bagi penyumbang maupun penerima adalah alergi yang dialami oleh ibu karena makanan tertentu seperti makanan seafood atau tidak.
Oleh itu pendonor harus benar-benar bebas dari alergi atau penyakit agar bayi tidak mudah terlular penyakit.
Penulis: Wulan Astari
Editor: Yandri Daniel Damaledo