Menuju konten utama

Hadapi Krisis, ASEAN Deklarasikan Perkuat Ketahanan Pangan

Negara anggota ASEAN didorong untuk memperkuat cadangan pangan berbasis sumber daya lokal sebagai fondasi dalam menghadapi krisis pangan dan gizi.

Hadapi Krisis, ASEAN Deklarasikan Perkuat Ketahanan Pangan
Presiden Joko Widodo (keenam kiri) berfoto bersama Premier of the People’s Republic of China Li Qiang (kelima kiri) dan (dari kiri) Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Head of Delegation Thailand Sarun Charoensuwan, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Anwar Ibrahim, dan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao sebelum KTT ke-26 ASEAN-China di Jakarta, Rabu (6/9/2023). ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Zabur Karuru/aww.

tirto.id - Kepala negara yang tergabung dalam keanggotaan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) mendeklarasikan komitmen bersama dalam membangun ketahanan pangan dan gizi di kawasan ASEAN, pada 5 September 2023 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.

Deklarasi ini merupakan usulan ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF). Para menteri pertanian kawasan ASEAN melihat perlunya merespon tantangan global mulai dari pesatnya pertumbuhan populasi, pemulihan dampak pandemi covid-19, ketegangan geopolitik, dan peningkatan intensitas perubahan iklim.

Menteri Pertanian Republik Indonesia Syahrul Yasin Limpo atau sapaan akrabnya SYL menyampaikan sesuai dengan kesepakatan dengan seluruh Negara ASEAN, deklarasi ini menitikberatkan pada dua strategi penanganan krisis pangan.

Strategi ASEAN yang pertama ialah dalam menghadapi krisis pangan dan gizi. Kedua, meningkatkan kesiapsiagaan ASEAN dalam mengantisipasi krisis pangan di masa datang melalui penguatan ketangguhan dan keberlanjutan sistem pertanian dan pangan.

“Strategi aksi cepat ketahanan pangan dan gizi dalam merespon krisis, akan dilakukan melalui beberapa langkah, salah satunya dengan mendorong setiap negara anggota ASEAN untuk memperkuat cadangan pangan berbasis sumber daya lokal (Local Resource-based Food Reserve/LRBFR) sebagai fondasi untuk membangun cadangan pangan bersama di wilayah ASEAN yang didedikasikan bagi kesiapsiagaan dan tanggap darurat,” ungkap SYL dalam keterangannya, Rabu (6/9/2023).

Pertemuan the 45th AMAF Meeting yang akan diadakan pada Oktober 2023 mendatang, seluruh negara ASEAN sepakat untuk mulai melakukan pembahasan secara komprehensif rencana aksi konkrit membangun LRBFR ini.

"Perlu adanya peningkatan pasokan pangan guna menjamin ketersediaan pangan yang memadai, terjangkau, dan bergizi khususnya bagi kelompok masyarakat yang paling rentan di ASEAN. Selain itu, kami akan menguatkan program bantuan pangan darurat dan mekanisme pelepasan cadangan beras darurat dibawah kerangka ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserves (APTERR),” jelasnya.

Untuk mendukung hal itu, ASEAN akan menjamin kelancaran perdagangan, arus produk pangan dan pertanian.

Strategi lainnya dalam memperkuat produktivitas sistem pertanian dan pangan akan dilakukan melalui ketersediaan hingga keterjangkauan input-input pertanian seperti benih, pupuk dan fasilitas logistik seperti cold chain akan terus diperkuat.

Menurut SYL, para anggota AMAF sendiri telah sepakat untuk menyusun rencana aksi ASEAN Regional Guideline on Sustainable Agriculture sebagai panduan implementasi panduan pertanian berkelanjutan di masing-masing negara ASEAN.

“Fasilitasi akses pembiayaan bagi petani skala kecil, pasokan pupuk yang memadai, dan investasi yang ditujukan untuk ketangguhan terhadap dampak perubahan iklim dan pertanian berkelanjutan juga akan terus ditingkatkan,” tegasnya.

Kendati begitu, program-program lainnya seperti mengatasi food loss and waste (FLW) seperti Food Rescue, Save Food, dan Food Bank juga akan terus digalakan secara intensif.

SYL memandang isu ketahanan pangan yang dihadapi para negara ASEAN dalam menghadapi krisis pangan ini sangat kompleks. Maka sinergi antara seluruh pemangku kepentingan ASEAN di sektor perdagangan, transportasi, keuangan dan sektor terkait lainnya perlu dioptimalkan.

SYL menyebut, ada beberapa negara mitra dialog ASEAN yang telah menyatakan komitmennya untuk mendukung implementasi deklarasi ini. Pemerintah Inggris melalui kantor Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO) di Jakarta, telah menyampaikan dukungannya melalui pelaksanaan kajian dan perumusan metodologi untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan dan gizi, serta kaitannya dengan ketergantungan perdagangan pangan di ASEAN.

Di sisi lain, pemerintah Cina juga telah menyatakan komitmennya melalui Action Plan on Green Agricultural Development dan Pemerintah Jepang melalui Midori Cooperation Plan.

Kedua program tersebut telah mencakup berbagai rencana kegiatan kerjasama yang menitikberatkan kepada kesesuaian dan kebutuhan teknologi dalam mewujudkan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan.

Baca juga artikel terkait KTT ASEAN 43 atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Reja Hidayat