Menuju konten utama

Habitat Satwa Terancam Akibat Aktivitas Pembalakan Liar

Keberadaan satwa dan habitatnya terus terancam akibat aktivitas pembalakan liar dan perambahan hutan. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau telah menerima laporan induk harimau serta anak-anaknya keluar dari kawasan hutan.

Habitat Satwa Terancam Akibat Aktivitas Pembalakan Liar
Pemandangan hutan di wilayah kabupaten Popayato, Gorontalo, yang rusak akibat pembalakan liar, Kamis (15/9). Lebih dari 16.000 hektar hutan lindung dan hutan produksi di wilayah tersebut rusak oleh perambah hutan liar. ANTARA FOTO/ho/Frans.

tirto.id - Keberadaan satwa terus terancam akibat aktivitas pembalakan liar dan perambahan hutan. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau telah menerima laporan induk harimau serta anak-anaknya keluar dari kawasan hutan. Harimau tersebut memasuki kawasan Pekan Heran, Kabupaten Indragiri Hulu.

"Pembalakan liar ini menyebabkan kerugian yang sangat besar. Selain kerugian kehilangan kayu, juga kerusakan ekosistem dan terancamnya keberadaan satwa," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau Mulyo Utomo di Pekanbaru, Rabu, (1/2/2017) seperti dikutip dari Antara.

Mulyo mengatakan keluarnya harimua dari hutan dan mendekat ke kawasan Pekan Heran bisa menjadi salah satu indikasi adanya pembalakan dan perambahan hutan.

Mulyo mengatakan kawasan konservasi yang membentang 120.000 hektare di wilayah Pelalawan dan Indragiri Hulu itu kini terancam rusak akibat masifnya aktivitas ilegalloging.

Terakhir, BBKSDA Riau menemukan ada tiga titik aktivitas pembalakan liar di kawasan Swaka Margastwa Kerumutan. Dalam operasi itu, seorang pelaku berhasil diciduk dari puluhan yang terindikasi terlibat. Sementara 100 meter kubik kayu Meranti diamankan.

Mulyo khawatir, kerusakan habitat asli satwa dilindungi itu akan berdampak luas termasuk mengganggu masyarakat.

Berdasarkan catatan Antara, hewan-hewan dilindungi yang masuk ke pemukiman masyarakat di Riau beberapa kali terjadi. Selain harimau, hewan yang kerap mendekati pemukiman penduduk itu adalah gajah dan beruang. Bahkan, kasus terakhir beruang sempat melukai penduduk di Kabupaten Rokan Hulu.

Pembalakan liar masih menjadi persoalan akut di Provinsi Riau. Terdapat tiga hutan konservasi yang kini terancam keberadaannya. Seperti SM Kerumutan, Taman Nasional Tesso Nilo dan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil.

Padahal pembalakan liar menjadi awal bencana kebakaran hutan dan lahan. Dari pembalakan liar, kemudian bersambung ke perambahan hutan hingga akhirnya pembakaran lahan. Itu yang terus berulang kali terjadi di Riau selama belasan tahun terakhir.

Baca juga artikel terkait SATWA DILINDUNGI atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh