Menuju konten utama

Di World Parrot Day, KKI: Setop Perdagangan Satwa Endemik Maluku

Burung paruh bengkok dan kakatua termasuk paling banyak dieksploitasi sebagai hewan peliharaan dan diperdagangkan karena keunikan dan kecerdasannya.

Di World Parrot Day, KKI: Setop Perdagangan Satwa Endemik Maluku
Konservasi Kakatua Indonesia (KKI) menggelar aksi damai menggunakan topi burung di Lampu Merah Jalan Merdeka, Ambon, Jumat (31/5/2024). FOTO/Dok.KKI

tirto.id - Konservasi Kakatua Indonesia (KKI) bekerja sama dengan Jurusan Biologi F MIPA Universitas Pattimura, menggelar aksi damai memperingati hari ‘World Parrot Day’, Jumat (31/5/2024) di Baguala, Ambon.

“Aksi damai anggota KKI di lampu merah lapangan Merdeka dengan menggunakan topi kepala kakatua dan niri ini cukup menarik perhatian masyarakat di Ambon,” kata Ketua KKI, Dudi Nandika saat dihubungi Tirto via pesan singkat, Sabtu (1/6/2024).

Dudi menjelaskan, agenda aksi hari ini, KKI menyebarluaskan informasi berupa poster, stiker, leaflet dan dan pantun. Kampanye ini menyuarakan upaya konservasi untuk menumbuhkan rasa kesadaran dan kebanggaan atas satwa unik dan eksotis khas Maluku.

“Upaya konservasi perlu terus dilakukan sehingga dapat membantu memberikan manfaat kepada kehidupan masyarakat dan berdampak pada penurunan perdagangan burung paruh bengkok dan kakatua ilegal di Maluku,” lanjut Dudi.

Burung paruh bengkok dan kakatua, kata Dudi, merupakan aset ikon menarik di Maluku dan selalu menjadi incaran wisatawan mancanegara untuk melakukan wisata ‘birdwatching’.

“Sayangnya, burung paruh bengkok dan kakatua merupakan jenis burung yang paling banyak dieksploitasi sebagai hewan peliharaan dan diperdagangkan karena keunikan dan kecerdasannya,” ucap Dudi.

Selain itu, Dudi mengatakan, tingginya permintaan global dan domestik terhadap burung paruh bengkok sebagai hewan peliharaan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan jumlah burung jenis ini di dunia.

“Konsekuensi pemindahan dari alam liar untuk perdagangan gelap telah memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan tajam jumlah burung ini di seluruh dunia,” ujar Dudi.

Lebih lanjut, Dudi mengatakan, perburuan dan penyelundupan ilegal merupakan ancaman terbesar pada spesies ini.

Kata Dudi, Indonesia diidentifikasi sebagai negara dengan prioritas tertinggi dalam konservasi burung paruh bengkok dan kakatua berdasarkan jumlah spesies, endemisitas ancamannya, penangkapan dan penyelundupan.

Provinsi Maluku, kata Dudi, memiliki banyak burung paruh bengkok dan kakatua yang terisolasi menjadi spesies dan sub-spesies tersendiri sehingga rentan terhadap kepunahan dengan populasi yang kecil dan risiko perkawinan sedarah inbreeding yang tinggi.

“Burung paruh bengkok yang hidup tersebar di Kepulauan Maluku tidak kurang dari 24 jenis dan 80 persen di antaranya merupakan spesies dan sub spesies endemik Maluku,” tutur Dudi.

Terakhir, Dudi berharap, sebagai jenis yang endemik dan memiliki warna-warni yang indah dan banyak dikagumi penduduk dunia, burung paruh bengkok seharusnya dapat menjadi aset pariwisata besar bagi Provinsi Maluku.

Aksi Damai World Parrot Day

Konservasi Kakatua Indonesia (KKI) menggelar aksi damai menggunakan topi burung di Lampu Merah Jalan Merdeka, Ambon, Jumat (31/5/2024). FOTO/Dok.KKI

Baca juga artikel terkait PERLINDUNGAN SATWA atau tulisan lainnya dari Auliya Umayna Andani

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Auliya Umayna Andani
Penulis: Auliya Umayna Andani
Editor: Maya Saputri