tirto.id - Fenomena gerhana bulan dan strawberry full moon akan terjadi di Indonesia pada 6 Juni 2020. Menurut catatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), strawberry full moon dapat diamati di Indonesia.
Puncak fenomena purnama strawberry full moon akan terjadi pada pukul 02.12 WIB pada jarak 369.005 kilomter dari pusat Bumi. Purnama ini dapat disaksikan dari arah Barat Daya.
Purnama ini dinamai strawberry full moon karena pada bulan Juni, buah stroberi telah masak dan siap untuk dipetik. Nama lain dari purnama di bulan ini adalah Hot Moon (Bulan Panas) karena pada bulan Juni di belahan Utara Bumi tepatnya di Garis Balik Utara (23,5 derajat Lintang Utara).
Selain keduanya, berikut ini fenomena astronomi yang akan terjadi di Indonesia selama bulan Juni 2020:
1 Juni: Konjungsi Saturnus dan Jupiter
Saturnus dan Jupiter mendekat dengan jarak sudut pisah sebesar 4,85 derajat pada tanggal 1 Juni 2020 dan semakin menjauh hingga jarak sudut pisahnya menjadi 6 derajat pada 30 Juni 2020.
Mendekatnya Saturnus dan Jupiter dapat diamati sepanjang malam hingga Matahari terbit keesokan harinya. Pada Senin (1/6/2020), Saturnus dan Jupiter dapat diamati mulai pukul 21.30 WIB dari arah Timur hingga Barat.
3 Juni: Bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi (Perigee)
Fenomena ini terjadi pada pukul 10.47 WIB pada jarak 364.390 kilometer dari pusat Bumi. Bulan akan tampak lebih besar jika diamati dari Bumi dengan lebar sudur 32,8 menit busur.
4 Juni: Konjungsi Inferior Venus & Merkurius di Elongasi Timur Maksimum
Puncak fenomena ini terjadi pada pukul 00.42 WIB. Jarak Venus dengan bumi sekitar 43 juta kilometer. Venus terletak di antara Matahari dan Bumi serta berada pada satu garis lurus dengan Matahari dan Bumi. Konjungsi inferior Venus menandai beralihnya kenampakan Venus ketika senja di arah Barat menjadi kenampakan di arah Timur ketika fajar.
Planet Merkurius akan mencapai elongasi timur maksimum 23,6 derajat dari Matahari. Ini adalah waktu terbaik untuk melihat Merkurius karena akan berada pada titik tertinggi di atas cakrawala di langit malam. Cari planet yang rendah di langit Barat setelah Matahari terbenam.
5 Juni: Bulan Memasuki Fase Bulan Purnama
Bulan akan terletak di belakang Bumi bila dilihat dari Matahari dan wajahnya sepenuhnya disinari cahaya Matahari. Fase ini terjadi pada pukul 02.12 WIB.
Bulan purnama ini dikenal oleh suku-suku asli Amerika awal sebagai Bulan Stroberi Penuh karena itu mengisyaratkan waktu tahun untuk mengumpulkan buah yang sudah matang.
Fenomena ini bertepatan dengan puncak musim panen stroberi. Bulan ini juga dikenal sebagai Bulan Mawar Penuh dan Bulan Madu Penuh.
6 Juni: Gerhana Bulan Penumbra dan Strawberry Full Moon
- Gerhana Bulan Penumbra
Gerhana Bulan Penumbra terjadi ketika Bulan melewati bayangan sebagian Bumi atau penumbra. Selama gerhana ini, Bulan akan sedikit lebih gelap dari biasanya.
Gerhana akan terlihat di sebagian besar Eropa, Afrika, Asia, Australia, Samudera Hindia, dan Australia.
Gerhana Bulan Penumbra dimulai 6 Juni 2020 pukul 00.45.51 WIB, puncaknya pukul 02.24.55 WIB, dan berakhir pada pukul 04.04.03 WIB.
- Strawberry Full Moon
Puncak fenomena strawberry full moon akan terjadi pukul 02.12 WIB pada jarak 369.005 kilomter dari pusat Bumi. Purnama ini dapat disaksikan dari arah Barat Daya.
8 Juni: Konjungsi Bulan dan Jupiter
Fenomena ini terjadi pada pukul 22.37.05 WIB dengan sudut pisah sebesar 2,4 derajat. Konjungsi ini dapat teramati dari arah Timur agak ke Tenggara dengan ketinggian sekitar 60 derajat di atas ufuk.
Bulan berjarak 382.420 kilometer dari Bumi (pusat ke pusat) dengan luasan piringan yang terkena cahaya sebesar 90,2 persen atau sudah memasuki fase Cembung Akhir.
8-9 Juni: Konjungsi Tripel Bulan, Jupiter, dan Saturnus
Fenomena ini dapat diamati 8 Juni 2020 pukul 21.00 WIB di arah Timur agak ke Tenggara dengan bentuk menyerupai segitiga tumpul (salah satu sudut tumpul). Sudut tumpul ini terletak di Jupiter.
Kemudian, Bulan bergerak perlahan mendekat Saturnus, sehingga pada 9 Juni 2020 pukul 00.00 WIB membentuk segitiga siku-siku dengan sisi miring Bulan-Saturnus dan sudut siku-siku di Jupiter. Fenomena ini dapat diamati di arah Tenggara dengan ketinggian sekitar 50 derajat di atas ufuk.
13 Juni: Bulan pada Fase Perbani Akhir & Konjungsi Bulan dan Mars
Fenomena ini terjadi pada pukul 13.24 WIB pada jarak 402.575 kilometer dari pusat Bumi. Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 90 derajat atau sudut siku-siku ketika mengalami fase ini.
Bulan akan terbit ketika tengah malam dan berkulminasi ketika Matahari terbit. Bulan dapat disaksikan setelah Matahari terbit hingga terbenam ketika tengah hari.
Puncak fenomena Konjungsi Bulan dan Mars terjadi pukul 11.15 WIB. Akan tetapi, Mars tidak dapat diamati ketika siang hari secara kasat mata, sehingga konjungsi Bulan-Mars baru dapat diamati sebelum Matahari terbenam pukul 05.00 WIB.
Posisi Bulan dan Mars berada di arah Timur dengan ketinggian sekitar 80 derajat di atas ufuk. Fenomena ini dapat diamati dengan mata telanjang selama kondisi cuaca cerah, bebas polusi cahaya dan bidang pandang tidak terhalang apapun.
15 Juni : Bulan berada di titik terjauh Bumi (Apogee)
Fenomena ini terjadi pada pukul 08.00 WIB pada jarak 404.557 kilometer dari pusat Bulan. Bulan akan tampak lebih kecil jika diamati dari Bumi dengan lebar sudut 29,54 menit busur atau 10 persen lebih kecil dibandingkan ketika Perigee.
19 Juni: Konjungsi Bulan dan Venus
Puncak fenomena ini sebenarnya terjadi pada pukul 17.23.40 WIB. Akan tetapi, Bulan dan Venus sudah terbenam di arah Barat Laut sejak pukul 16.00 WIB. Sehingga fenomena ini baru bisa dinikmati ketika Venus terbit di arah Timur Laut pada pukul 04.30 WIB. Konjungsi Bulan dan Venus ini terletak di Rasi Taurus dekat bintang Aldebaran.
21 Juni: Gerhana Matahari Cincin dan Bulan memasuki Fase Bulan Baru
- Fase Bulan Baru
Bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam. Fase ini terjadi pada 13.42 WIB. Ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamati benda-benda redup seperti galaksi dan gugusan bintang. Sebab, tidak ada cahaya bulan yang mengganggu.
- Gerhana Matahari Cincin
Gerhana Matahari cincin terjadi ketika Bulan terlalu jauh dari Bumi sehingga tidak sepenuhnya menutupi Matahari. Fenomena ini menghasilkan cincin cahaya di sekitar Bulan yang gelap. Korona Matahari tidak terlihat selama gerhana cincin.
Jalur gerhana akan dimulai di Afrika Tengah dan bergerak melalui Arab Saudi, India Utara, dan Cina Selatan sebelum berakhir di Samudera Pasifik. Gerhana sebagian akan terlihat di sebagian besar Afrika Timur, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
22 Juni : Konjungsi Bulan dan Merkurius dan Titik Balik Matahari Juni (Solstice Juni)
-Titik Balik Matahari Juni
Titik balik Matahari terjadi pada 04.44 WIB. Kutub Utara Bumi akan condong ke arah Matahari, yang akan mencapai posisi paling utara di langit dan berada di atas garis balik utara pada 23,44 derajat lintang utara.
Ini adalah hari pertama musim panas (solstice musim panas) di Belahan Bumi Utara dan hari pertama musim dingin (solstice musim dingin) di Belahan Bumi Selatan.
-Konjungsi Bulan dan Merkurius
Puncak fenomena ini terjadi pada pukul 17.15.46 WIB. Akan tetapi, Bulan dan Merkurius sulit terlihat ketika Matahari masih berada di atas ufuk sebab cahaya pantulan Bulan dan Merkurius kalah terang dibandingkan cahaya Matahari.
Fenomena ini baru bisa dinikmati ketika Matahari sudah terbenam di arah Barat Laut. Konjungsi Bulan-Merkurius terletak di rasi Gemini. Cukup sulit mengamati Merkurius dengan mata telanjang.
28 Juni : Bulan memasuki Fase Perbani Awal
Fenomena ini terjadi pada pukul 15.16 WIB pada jarak 369.921 kilometer dari pusat Bumi. Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 90 derajat atau sudut siku-siku ketika mengalami fase ini.
Bulan akan terbit ketika tengah hari dan berkulminasi ketika Matahari terbenam, sehingga kita dapat menyaksikan penampakan Bulan sebelum Matahari terbenam hingga tengah malam ketika Bulan terbenam.
30 Juni : Bulan berada di titik terjauh Bumi (Perigee)
Fenomena ini terjadi pada pukul 09.20 WIB pada jarak 368.996 kilometer dari pusat Bumi. Bulan akan tampak lebih besar jika diamati dari Bumi dengan lebar sudut 32,4 menit busur.
Editor: Agung DH