tirto.id - Pada Minggu, 5 Agustus lalu gempa bumi berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR) mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dirasakan hingga sebagian wilayah Bali. Sampai hari ini gempa susulan pun masih terjadi di wilayah Lombok.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat hingga Kamis (9/8/2018) pagi tercatat sudah lebih dari 350 kali terjadi gempa susulan. Meski demikian, magnitudonya semakin hari dirasakan kian melemah.
Pada Rabu (8/8/2018), misalnya, gempa susulan yang terjadi pukul 18.30 WIB tercatat berkekuatan 3,9 SR. Pusat gempa berada di laut 80 km timur laut Lombok Timur, dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa dirasakan (MMI) III di Mataram.
"Hingga tanggal 9 Agustus 2018 pukul 08.00 WITA telah terjadi 355 gempa susulan dari gempa M=7.0 (5 Agustus 2018), dan 17 diantaranya gempa dirasakan," demikian penjelasan BMKG.
Selain magnitudonya, periode gempa bumi susulan yang terjadi juga semakin jarang. Berdasarkan data BMKG, sejak Kamis dini hari pukul 00.00 WITA hingga pukul 08.00 WITA gempa terjadi enam kali yaitu masing-masing tiga kali pada pukul 02.00 dan 03.00 WITA.
Gempa bumi 7,0 SR yang melanda Pulau Lombok dan Sumbawa disebut BMKG sebagai gempa utama dari rangkaian gempa sebelumnya. Pada 29 Juli 2018, gempa yang juga terjadi di Lombok, jika dianalisis memiliki episenter yang relatif sama.
Berdasarkan data dari BMKG, titik energi terbesar telah keluar pada Minggu yang menyebabkan getaran hingga 7,0 SR. Dan setelah kejadian energi besar tersebut lazim masih menyisakan energi yang kecil, namun kecil kemungkinan untuk besar kembali.
"Justru akan sangat berbahaya jika setelah gempa besar terjadi namun tidak ada gempa susulan kecil setelahnya, berarti masih ada potensi energi besar," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Mataram, NTB, Kamis (9/8/2018), seperti dikutip Antara.
Namun di Lombok, potensi energi besar tersebut telah terlewati. Ia menginformasikan kepada seluruh masyarakat Lombok diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing.
"Warga sudah boleh jika ingin kembali ke rumah, keadaan sudah berangsur aman," kata Dwikorita.
Editor: Yuliana Ratnasari