tirto.id - Tingkat pendapatan atau gaji pekerja terampil di Indonesia berada di posisi kedua terbesar setelah Singapura di kawasan Asia Tenggara. Setelah Indonesia, peringkat selanjutnya disusul Malaysia dan Vietnam. Pemeringkatan pendapatan ini dilakukan melalui survei oleh perusahaan spesialis rekrutmen profesional Robert Walters.
Manajer Akuntansi dan Keuangan Robert Walters, Karina Saridewi mengatakan perbandingan pendapatan pekerja terampil di Indonesia dengan Singapura tidak terlalu jauh. Ia menyontohkan, untuk posisi akunting dengan pengalaman lima tahun di Singapura mendapatkan gaji Rp20-25 juta.
"Kalau di kita Rp15-20 juta. Itu gap-nya enggak terlalu banyak. Tapi, kita jump increasing-nya tinggi sekali," kata Karina di Jakarta pada Rabu (22/11/2017).
Tiga tahun lalu, posisi Indonesia berada di level tiga atau empat peringkat di kawasan Asia Tenggara, sama seperti Vietnam pada saat ini.
Pada 2018, aktivitas rekrutmen dan pendapatan pekerja profesional dapat semakin kuat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di sekitar lima persen yang makin membaik. Hal lain yang memicu adalah stabilitas politik.
Menurut Karina, pekerja dengan pengalaman kerja lima tahun dapat digaji Rp15-20 juta, dan lulusan awal dapat digaji sekitar di bawah Rp10 juta. Asumsi kenaikan pendapatan dengan perpindahan dari satu perusahaan ke perusahaan lain, gaji rata-rata diharapkan naik sekitar 30 persen.
"Untuk rata-rata kisaran Rp15 juta untuk lima tahun pengalaman," sebutnya.
Sentimen positif dalam meningkatnya level pendapatan pekerja terampil Indonesia pada 2018, didongkrak di sektor teknologi, dan pelayanan keuangan atau perbankan. Kenaikan keduanya sekitar 45 persen.
"Financial service perbankan itu tinggi, karena perbankan market-nya bagus jadi bisa 45 persen. Perusahaan teknologi banyak juga yang minta sebesar 45 persen karena high demand," ungkapnya.
Direktur Pengelolaan untuk Asia Tenggara Robert Walters, Toby Fowlston mengungkapkan ke depan, akan lebih banyak perusahaan konvensional yang mengembangkan bisnisnya ke ranah digital, semisal transportasi online, e-commerce hingga financial technology (fintech). Maka tenaga yang ahli di bidang teknologi informasi (TI) banyak dicari oleh perusahaan-perusahaan digital.
"Sebagai hasil dari transformasi ini, banyak perusahaan yang ingin mempekerjakan para profesional dengan keahlian digital, baik di bidang pemasaran dan teknologi informasi, terutama mereka yang mahir dalam menjalankan infrastruktur digital back office atau dengan keahlian teknologi khusus," kata Tony.
Survei tersebut, lanjut dia, juga mencatat bahwa fokus pada transformasi bisnis ke platform digital turut memicu permintaan sumber daya manusia (SDM) profesional yang memiliki pengalaman terhadap perubahan manajemen, terutama yang terbukti sukses mengelola transformasi budaya perusahaan.
"Selain itu, profesional Tl di bidang komputasi cloud, keamanan siber dan big data juga diminati karena sub-sektor Tl ini menjadi area pertumbuhan utama, dan tren ini diperkirakan akan berlanjut pada 2018," tambah Toby.
Sehingga, dibutuhkan banyak pekerja dengan kualitas keterampilan tinggi, dan harga tawar harus berani bersaing untuk dapat merekrut dan mempertahankan kandidat pekerja terbaik.
"Kami mengharapkan pertumbuhan dan aktivitas perekrutan yang stabil di Indonesia untuk 2018. Perusahaan yang ingin merekrut kandidat terbaik harus jelas mengenai harapan kandidat dan bersiap untuk membayar gaji premium untuk menarik orang yang tepat," ujarnya.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri