Menuju konten utama

Gagal Panen Bukan Soal Iklim, tapi Minim Pupuk & Konversi Lahan

Serikat petani membantah klaim Jokowi yang menyebut iklim menjadi penyebab utama gagal panen beras.

Gagal Panen Bukan Soal Iklim, tapi Minim Pupuk & Konversi Lahan
Sejumlah petani merontokkan bulir padi organik di Agro Eduwisata Organik (Aewo) Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/12/2023). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.

tirto.id - Ketua Umum Serikat Petani Indonesia, Henry Saragih, membeberkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) salah kaprah memahami persoalan gagal panen dan defisit beras yang terus terjadi karena perubahan iklim. Menurut Henry, faktor tersebut berefek kecil, justru banyak persoalan yang luput diperhatikan.

Henry menyebut bahwa penyaluran pupuk tidak dilakukan. Sebab itu, ketersediaan pupuk di tingkat petani minim dari jumlah yang diharapkan.

Situasi ini patut dipertanyakan mengingat pada awal tahun Jokowi diketahui menambah anggaran pupuk subsidi hingga Rp 14 triliun. Alokasi ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak petani.

“Permasalahannya bukan tunggal ya, bukan karena iklim. Pertama, memang ada perubahan iklim tapi kecil dan seharusnya bisa diantisipasi, tapi produksi menurun karena pupuk tidak tersedia dari jumlah yang diharapkan petani, pupuk kimia,” ucap Henry kepada Tirto, Kamis (22/2/2024).

“Lalu, pupuk organik yang diusulkan juga tidak direalisasikan,” imbuhnya.

Kemudian, permasalahan lain yang signifikan memengaruhi penurunan produksi beras adalah masifnya dilakukan konversi lahan. Presiden Jokowi gencar membangun Proyek Strategis Nasional (PSN), namun membabat habis lahan pertanian warga.

“Lahan pertanian itu menyusut akibat konversi ke Proyek Strategis Nasional dan juga konversi ke lahan non pangan misalnya kebun kelapa sawit,” kata Henry.

Permasalahan berikutnya, menurut Ketua Umum Serikat Petani Indonesia itu dikarenakan lahan yang juga banyak dikonversi ke komoditas tanaman lain seperti jagung.

“Lahan itu juga banyak dikonversi ke tanaman lain, jagung ya, sebagaimana diketahui lahan pertanian kita kan sedikit untuk kebutuhan pangan, cuma 7,4 juta hektare,” ucapnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengeklaim bahwa harga beras naik karena adanya perubahan iklim seperti el nino, dan membuat sejumlah wilayah harus mengalami gagal panen. Dia pun mengungkap kondisi demikian terjadi di seluruh dunia.

"Kenapa naik? Karena ada yang namanya perubahan iklim, ada yang namanya perubahan cuaca sehingga gagal panen, produksi berkurang sehingga harganya jadi naik," kata Jokowi di Gedung Kawasan Pertanian Terpadu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (19/2/2024).

Baca juga artikel terkait FLASH NEWS atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Dwi Ayuningtyas