tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatatkan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia per Februari 2017 adalah sebesar 7,01 juta orang. Apabila dilihat secara year-on-year, angka tersebut menurun sebanyak 0,17 persen poin dibandingkan Februari 2016.
Dari angka hasil temuan BPS tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di perkotaan jumlahnya lebih tinggi daripada yang di pedesaan. Pada Februari 2017, TPT di perkotaan ada sebesar 6,50 persen, sementara TPT di pedesaan hanya sebesar 4 persen.
“Selain itu jika dibandingkan dengan saat Februari 2016, tingkat pengangguran di desa turunnya lebih tajam. Pada Februari 2016, TPT di desa sebesar 4,35 persen, sehingga jika dibandingkan dengan Februari 2017 angkanya turun 0,35 persen. Sedangkan untuk TPT di kota, besarannya pada Februari 2016 itu sebesar 6,53 persen dan hanya turun 0,03 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di kantornya, Jumat (5/5/2017).
Adapun faktor pesatnya penurunan angka pengangguran di desa tersebut ternyata merupakan imbas dari absennya kejadian alam dalam tiga bulan terakhir ini.
Kepada Tirto, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan Nurma Midayanti mengungkapkan terjadinya el nino pada triwulan I 2016 menyebabkan angka pengangguran di pedesaan jadi naik. “Dengan adanya el nino, di sektor pertanian saat itu tidak ada kenaikan tenaga kerja. Karena tidak ada musim panen raya,” ungkap Nurma.
Lebih lanjut, Nurma menjelaskan pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di pedesaan. “Soalnya kan aktivitas pertanian banyaknya dilakukan di pedesaan. Jadi kalau tidak ada faktor cuaca seperti tahun lalu itu, ya jumlah tenaga kerjanya bisa meningkat, sehingga angka pengangguran di pedesaan jadi cepat menurun,” kata Nurma.
Berdasarkan data yang dihimpun BPS, dari peningkatan tenaga kerja sebesar 3,69 juta jiwa, sebanyak 1,39 juta di antaranya berada dalam sektor pertanian. “Karena tahun ini tidak ada masalah cuaca, jadi banyak meningkat,” ujar Nurma lagi.
Tidak hanya di sektor pertanian, kenaikan jumlah tenaga kerja rupanya juga terjadi pada sektor informal. Menurut Deputi Bidang Statistik BPS Sairi Hisbullah, peningkatan di sektor informal tersebut salah satunya merupakan dampak dari bertambahnya pekerja keluarga. “Seperti industri rumahan yang bergerak di bidang kuliner. Pada Februari 2017, UMKM semacam itu memiliki lebih tinggi daya serap tenaga kerja,” ujar Sairi.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto