Menuju konten utama

Fakta Baru Kematian Mahasiwa STIP: Dipukul 5 Kali di Ulu Hati

Pelaku Tegar Rafi Sanjaya (21) sempat memukul korban, Putu, sebanyak lima kali dengan tangan mengepal ke arah ulu hati.

Fakta Baru Kematian Mahasiwa STIP: Dipukul 5 Kali di Ulu Hati
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan saat diwawancara awak media di lokasi kejadian, Jumat (4/5/2024).Foto/ Dok Humas Polres Jakut

tirto.id - Pihak kepolisian mengungkap fakta baru di balik kematian mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara, Putu Satria Ananta Rustika (19) tewas akibat dugaan penganiayaan oleh seniornya.

Insiden nahas itu terjadi sekira pukul 08.00 WIB di Toilet Kelas KALK Lantai 2, STIP, pada Jumat (3/5/2024).

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan pelaku bernama Tegar Rafi Sanjaya (21) sempat memukul korban sebanyak lima kali dengan tangan mengepal ke arah ulu hati. Pukulan pelaku membuat korban langsung terkapar lemas.

Hal itu terungkap setelah pihak kepolisian memeriksa pelaku dan para saksi.

"Korban dipukul dengan tangan mengepal oleh Tegar sebanyak 5 kali ke arah ulu hati, setelah itu korban lemas langsung terkapar," kata Gidion kepada wartawan, Sabtu (4/5/2024).

Tegar dan kawan-kawan kemudian meninggalkan korban yang jatuh lemas dan keluar dari kamar mandi untuk mengikuti kegiatan lain.

Semula korban mengajak kawan-kawannya bernama Angga, Dicky, Jeremy, Reski ke ruang kelas untuk membubarkan ruang kelas. Korban dan kawan-kawan kemudian turun ke lantai dua. Lalu, pelaku Tegas dan teman-temannya memanggil korban beserta keempat temannya.

"Kemudian Tegar nanya siapa yang nyuruh pakai baju olahraga ke gedung pendidikan lantai 3 masuk ke kelas-kelas," kata Gidion menirukan keterangan saksi.

Korban dan teman-temannya pun diajak ke kamar mandi lantai dua. Tegar dan teman-temannya menyuruh berbaris. Posisi korban paling depan. Paling pertama korban, kedua Angga, disusul Dicky dan Jeremy, terakhir Reski. Singkat cerita, Tegar memukul korban hingga jatuh terkapar lemas.

"Tiba tiba datang ramai angkatan saya (saksi) tingkat 2 selesai merokok melihat korban," kata Gidion.

Kasus ini terungkap setelah mereka mendapatkan laporan dari Rumah Sakit Taruma Jaya ihwal adanya mahasiswa yang meninggal dunia. Polisi juga menerima laporan polisi yang dilayangkan oleh keluarga korban penganiayaan, Putu Satria.

"Ada dugaan akibat kekerasan yang dilakukan oknum seniornya tingkat II dalam kegiatan," kata Gideon kepada wartawan, Jumat (4/5/2024).

Polisi lantas melakukan penyelidikan kasus ini dengan memeriksa sejumlah bukti yang ada, termasuk CCTV alias kamera pengawas. Selain itu, penyidik juga memeriksa 10 saksi dalam kasus ini.

Hasil pemeriksaan dan bukti yang ada bahwa dugaan penganiayaan dilakukan di kamar mandi.

"Saya rasa CCTV cukup clear untuk menceritakan rangkaian peristiwa itu. Kejadian di salah satu kamar mandi," ucap Gidion.

"Ini kegiatan perorangan mereka, tidak dilakukan secara terstruktur maupun kurikulum, tapi ini kegiatan inisiasi para siswa," tutur Gidion.

Ia mengatakan usai kejadian penganiayaan, korban sempat diperiksa di klinik kampus, tetapi kemudian dibawa ke rumah sakit. Sayangnya, nyawa korban tak bisa diselamatkan ketika tiba di rumah sakit.

Korban mengalami sejumlah luka bekas kekerasan akibat penganiayaan oleh pelaku.

Baca juga artikel terkait KASUS KEKERASAN atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Hukum
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Maya Saputri