Menuju konten utama

Energy Watch: Premium Masih Dibutuhkan Rakyat Miskin

Terlepas dari persoalan kualitas dan lingkungan, saat ini Premium masih dibutuhkan masyarakat kurang mampu.

Energy Watch: Premium Masih Dibutuhkan Rakyat Miskin
Truk pengangkut bahan bakar memasok bahan bakar di SPBU Kramat, Jakarta Pusat, Selasa (29/8). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium masih dibutuhkan, khususnya oleh rakyat miskin untuk mendorong ekonominya. Ia menilai penghapusan Premium tidak serta-merta dilakukan tanpa mempertimbangkan hal tersebut.

“Terlepas dari sisi kualitas dan lingkungan, saat ini Premium masih dibutuhkan untuk menjangkau masyarakat yang betul-betul miskin, sehingga bisa menggerakkan ekonominya. Jadi, Premium sebaiknya tetap ada hingga ekonomi rakyat miskin meningkat nantinya,” kata Mamit, di Jakarta, Jumat (24/11/2017).

Menurut Mamit, rencana penghapusan BBM jenis Premium oleh pemerintah Jokowi-JK mesti dilakukan secara bertahap mengikuti tingkat kesejahteraan masyarakat miskin.

Mamit menambahkan, sudah menjadi tugas pemerintah untuk menjamin ketersediaan energi termasuk BBM bagi masyarakat di penjuru nusantara dengan harga yang terjangkau.

Alasan keterjangkauan harga dan ketersediaan menjadikan Premium yang merupakan bensin dengan angka oktan (RON) 88 saat ini masih menjadi primadona masyarakat miskin. Mamit memberi contoh, banyak nelayan yang menggunakan Premium dan Solar.

“Juga para buruh yang kesehariannya banyak menggunakan Premium untuk sepeda motornya. Selain itu, transportasi umum juga masih banyak yang menggunakan Premium dan Solar sebagai bahan bakar,” kata dia.

Mamit mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2017 yang mencatat 27,77 juta jiwa atau 10,64 persen masyarakat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan per kapita di bawah Rp385.000 per bulan.

Lalu, sebanyak 17,1 juta di antaranya adalah masyarakat perdesaan yang sebagian besar menghuni daerah-daerah yang sulit dijangkau. “Mereka-mereka itu masih perlu Premium yang harganya terjangkau,” kata dia.

Oleh karena itu, ia memberikan dukungan atas program BBM Satu Harga, sebuah kebijakan prorakyat yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk menyediakan BBM dengan sama hingga di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

"Sudah seharusnya semua masyarakat bisa menikmati harga Premium sebesar Rp6.450 per liter dan Solar Rp5.150 per liter,” kata dia.

Mamit menambahkan konsumen masih memakai Premium juga dikarenakan perbedaan harga dengan Pertamax lumayan jauh. “Jika ada kualitas BBM yang lebih baik dengan harga terjangkau, masyarakat pasti akan membelinya,” kata dia.

Selanjutnya, dari sisi teknis, Premium juga masih diproduksi sebagian besar kilang milik PT Pertamina (Persero). “Wajar bila Premium masih diproduksi dalam jumlah besar karena spesifikasi kilang kita itu memang untuk menghasilkan premium,” kata Mamit.

Saat ini, kata Mamit, tercatat bahwa Premium masih diproduksi di Kilang Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Sorong. Khusus Kilang Sorong, hanya memproduksi Premium.

Baca juga artikel terkait BBM

tirto.id - Ekonomi
Sumber: antara
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz