tirto.id - Ekonom sekaligus mantan penasihat kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 2016, Arthur Laffer, menyarankan agar Indonesia tidak membalas tarif perdagangan yang dikenakan AS.
Pasalnya, sebagai seorang negosiator, Trump menghendaki negara-negara mitra dagang yang terkena pukulan tarif untuk bernegosiasi alih-alih membalas dengan kebijakan tarif serupa.
“Jadi, ketika Donald Trump mengancam Anda dengan tarif dan Anda membalas, itu jawaban yang salah. Itu bukan strategi yang jitu,” katanya dalam Economic Outlook 2025, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (18/6/2025).
Laffer menjelaskan, sejak periode pertama kepemimpinannya, Trump mengharapkan negara-negara di dunia dapat menerapkan perdagangan bebas yang saling menguntungkan.
Demikian pula ketika menerapkan kebijakan tarif perdagangan tinggi di awal periode keduanya, di mana Trump lebih berharap negara-negara mitra dagangnya dapat menyikapi dengan baik dan tenang.
Berkaca dari masa jabatan sebelumnya, Laffer memperkirakan Trump bakal menurunkan tarif perdagangan kepada para mitra dagangnya, sehingga mencapai tarif paling rendah di akhir periode kepemimpinannya.
“Melalui lima kesepakatan dagang yang dilakukannya pada masa jabatan pertamanya selalu menurunkan tarif. Pastikan Anda memperhatikan apa yang dilakukan pria itu,” tambahnya.
Kesepakatan yang pernah dicapai AS terkait tarif perdagangan pada periode pertama kepemimpinan Trump, antara lain adalah kesepakatan perdagangan Kanada-Meksiko-AS, yang memangkas tarif secara drastis.
Kemudian, ada pula kesepakatan dengan Jepang yang juga pada akhirnya dapat menurunkan tarif perdagangan dari dan ke negara tersebut.
“Kami melakukan hal yang sama dengan Korea. Kesepakatan Korea adalah tarif yang lebih rendah. Kami melakukannya dengan Brasil dan Kolombia,” tutur Laffer.
Sementara itu, jika Indonesia atau negara mitra dagang lainnya membalas tarif perdagangan yang sudah dikenakan pada awal tahun ini, Trump berpotensi menambah tarif kepada negara itu, seperti yang pernah terjadi pada Cina sebelumnya. Namun, ia memastikan tarif untuk negara negara mitra dagang akan semakin turun pada akhir masa jabatan Trump.
“Anda harus memperlakukan Donald Trump dengan serius. Jika Anda melakukannya, tetapi tidak secara harfiah, maksud saya, saya tidak tahu bagaimana menggambarkan kepribadiannya. Dia tidak seperti presiden lain yang sangat serius, memiliki pidato tertulis, atau presiden lain seperti Joe Biden yang tidak pernah muncul di depan publik,” jelasnya.
“Namun Donald Trump adalah dirinya sendiri. Dia duduk di sana dan berbicara dengan Anda. Dia mengadakan konferensi pers setiap hari, sepanjang hari. Tidak ada yang disembunyikan. Tidak ada agenda yang disembunyikan. Jadi ketika Anda melihat pria ini, anggaplah pria ini sebagai teman Anda,” tukas Laffer.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana