Menuju konten utama
Tabrakan Kereta di Bandung

Dugaan Penyebab Kereta Api Tabrakan di Bandung & Apa Solusinya?

MTI berharap temuan KNKT atas kejadian tabrakan KA Turangga dan KA Bandung Raya menghasilkan evaluasi yang bisa dijalankan PT KAI.

Dugaan Penyebab Kereta Api Tabrakan di Bandung & Apa Solusinya?
Petugas mengevakuasi rangkaian kereta yang mengalami kecelakaan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Selama proses evakuasi berlangsung, PT KAI mengalihkan jalur kereta api menuju selatan ke jalur utara . ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/Spt.

tirto.id - Bahala datang bersama mentari terbit di atas langit Cicalengka. Pada Jumat (5/1/2024) sekitar 6:03 pagi, kecelakaan maut yang melibatkan dua kereta api terjadi. Jalur kereta di kecamatan yang terletak di Kabupaten Bandung itu, berubah menjadi lokasi tragedi.

Kereta Api (KA) Turangga jurusan Surabaya Gubeng-Bandung, bertabrakan dengan Commuterline Bandung Raya jurusan Padalarang-Cicalengka di Kilometer 181+700. Lokasi kejadian ini tepatnya berada di kawasan Haurpugur, Kecamatan Cicalengka.

Titi Rohaeti (53), saksi mata dekat lokasi kecelakaan, mengaku mendengar suara tubrukan yang tidak terlalu keras. Rangkaian kereta disebut masih melaju sesaat setelah ‘adu banteng’ atau tabrakan antarmuka kereta terjadi.

“Begitu suara terdengar, rangkaian keretanya juga masih maju. Dua kereta bagian belakang kemudian baru berhenti di depan rumah,” kata Titi dikutip dari Antara, Sabtu (6/1/2023).

Titi mengaku kaget ketika melongok ke luar rumah ada pemandangan kecelakaan kereta. Dia bersama keluarganya mengecek gerbong kereta yang tabrakan dan menjumpai sejumlah korban luka-luka.

“Penumpang yang turun rata-rata berdarah di hidung dan area bibirnya,” ungkap Titi.

Sementara itu, Heri, korban selamat yang menumpangi KA Turangga, mendengar suara benturan yang kencang datang dari arah gerbong depan. Heri saat itu berada di gerbong 3 dan baru saja menunaikan salat subuh.

Dia sempat sedikit terlempar dari kursi yang ditempatinya. Menurut kesaksian Heri, beberapa penumpang bahkan terlempar cukup keras dari tempat duduk mereka.

PT Kereta Api Indonesia (Persero) melaporkan ada empat orang tewas dan 33 orang lainnya luka-luka akibat kejadian ini. Korban meninggal berasal dari petugas KA, yaitu masinis, asisten masinis, pramugara, dan security.

Tidak ada laporan korban jiwa berasal dari penumpang. Sementara itu, 33 orang yang mengalami luka-luka dirawat di RSUD Cicalengka 26 orang, RS AMC Cileunyi 2 orang, RS Edelweiss 2 orang, dan RS Santosa 3 orang.

Vice President Public Relation PT KAI, Joni Martinus, mengatakan penyebab kecelakaan sejauh ini masih ditelusuri. Namun, ia memastikan, 287 penumpang dari KA Turangga dan 191 penumpang dari Commuter Line Bandung Raya selamat.

Dihubungi reporter Tirto, Sabtu (6/1/2023), Joni menyatakan seluruh gerbong sudah berhasil dievakuasi dari jalur kereta pagi ini. Petak jalan antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka sudah steril dan dapat dilewati kereta api dengan kecepatan terbatas 20 km per jam.

“Iya, sudah normal sejak 6:30,” kata Joni kepada reporter Tirto, Sabtu (6/1/2024).

Melalui keterangan tertulis, Joni menyatakan bahwa kereta api pertama yang melintasi jalur tersebut pascakecelakaan adalah KA Cikuray (KA.267) relasi Garut – Pasarsenen pada jam 08:56 WIB. Dalam proses evakuasi, sekitar 200 personel dikerahkan yang terdiri dari tim KAI, KAI Commuter, BTP wilayah Jabar Kemenhub, Basarnas, dan Stakeholders terkait lainnya.

KAI juga mengerahkan alat berat berupa 2 unit crane, 6 unit dongkrak elektrik, serta peralatan pendukung alat berat lainnya. Adapun material yang digunakan dalam proses perbaikan jalur tersebut yaitu 100 buah bantalan rel.

“Sejumlah perbaikan jalur rel dengan memperkuat tubuh jalan rel terus dilaksanakan agar kereta api dapat beroperasi dengan kecepatan normal kembali,” jelas Joni.

Evakuasi rangkaian kereta

Petugas mengoperasikan alat berat untuk mengevakuasi rangkaian kereta yang mengalami kecelakaan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Selama proses evakuasi berlangsung, PT KAI mengalihkan jalur kereta api menuju selatan ke jalur utara . ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/Spt.

Mencari Dugaan Penyebab Kecelakaan

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menjelaskan dalam kecelakaan kereta api, ada tiga faktor umum yang menjadi penyebab. Faktor pertama bisa karena kesalahan manusia (human error) alias dari sumber daya manusia yang terlibat.

Kedua, bisa karena teknologi yang malfungsi atau rusak, seperti sinyal kereta api yang tiba-tiba hilang. Ketiga, bisa juga karena regulasi atau standar operasional pekerjaan (SOP) yang tidak sesuai.

“Kalau secara umum sebabnya tiga itu, nanti semua kemungkinan ini akan didalami oleh KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi),” ucap Djoko kepada reporter Tirto, Sabtu (1/6/2023).

Menurut Djoko, investigasi kecelakaan yang saat ini dilakukan KNKT akan membantu menghasilkan rekomendasi dan evaluasi penyebab peristiwa ini. Dia menilai, biasanya hasil investigasi akan diumumkan dalam waktu satu bulan ke depan.

“Yang jelas langkahnya apa nanti tunggu investigasi KNKT, akan ketahuan. Yang jelas PT KAI lebih harus meningkatkan prosedur keselamatan,” ujar Djoko.

Dia juga menyoroti kecelakaan antara KA Turangga dan KA Bandung Raya yang terjadi di jalur tunggal. Pemerintah, sebetulnya sedang membangun jalur ganda pada rute yang sama. Proyek senilai Rp1,3 triliun, seharusnya sudah dirampungkan akhir tahun 2023.

Namun, Djoko enggan menyebut proyek yang belum rampung itu akan berkontribusi pada keselamatan kereta yang melintas. Dia hanya mengkonfirmasi bahwa proyek ini seharusnya sudah selesai jika mengacu target awal.

“Jalur itu targetnya harusnya sudah selesai akhir tahun, dan sedang dikerjakan memang,” tambah dia.

Menurut Djoko, kecelakaan kereta api di Indonesia angkanya sudah menurun drastis dibanding sepuluh tahun ke belakang. Umumnya, kecelakaan yang terjadi berupa anjlok di stasiun dan tidak begitu membahayakan penumpang.

Dia berharap temuan KNKT atas kejadian tabrakan KA Turangga dan KA Bandung Raya akan menghasilkan evaluasi yang bisa dijalankan PT KAI. Meski demikian, Djoko menyampaikan bahwa temuan KNKT tidak bisa digunakan sebagai fakta hukum.

“Karena tugas KNKT bukan mencari masalah, tapi menyelesaikan masalah,” ujar dia.

Berdasarkan data statistik di laman resmi KNKT, kejadian kecelakaan kereta api periode 2015-2023 ada sebanyak 52 kasus. Dalam periode yang sama, anjlokan menjadi kategori kecelakaan kereta paling banyak. Adapun peristiwa tabrakan dalam periode yang sama, terjadi sebanyak 8 kasus.

Perlu diketahui, KNKT membagi peristiwa kecelakaan kereta api dalam empat kategori, seperti anjlok, tabrakan, terbakar, dan lain-lain. Adapun jumlah korban meninggal akibat kecelakaan kereta api yang diinvestigasi KNKT selama periode 2015-2023, ada 4 orang.

Sementara itu, laporan semester I Tahun 2023 Dirjen Perkeretaapian (DJKA), mencatat 164 peristiwa kecelakaan kereta api periode 2015 sampai semester pertama 2023. Kategori kecelakaan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2013 tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi bahwa jenis kecelakaan Kereta Api terdiri dari tabrakan antar Kereta Api, terguling, anjlok dan terbakar.

Selama periode tersebut, ada 132 korban meninggal, 124 korban luka berat, dan 159 korban luka ringan. Pada semester I 2023, anjlokan menjadi jenis kecelakaan kereta api yang paling sering terjadi.

Ahli transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono Wibowo, menuturkan jalur yang digunakan oleh KA Turangga dan KA Bandung Raya merupakan jalur kereta api tunggal (single track). Dia menuturkan kecelakaan kereta rawan terjadi di jalur tunggal. Saat jalur yang ada berupa single track, KA jarak jauh (KAJJ) sudah pasti diprioritaskan untuk melintas.

Sony pun menduga ada miskomunikasi antara pihak Stasiun Cicalengka dengan KA Commuterline Bandung Raya. Dia menilai KA Turangga seharusnya melintas lebih dulu, bukan sebaliknya.

“Iya, ada kemungkinan seperti itu [ada miskomunikasi]. Artinya KA lokalnya, kan, harusnya enggak boleh jalan dulu sebelum KA Turangga lewat, tapi kenapa [KA lokal] diizinkan jalan, apakah karena memang KA Turangga-nya telat, atau KA lokalnya kecepetan,” kata Sony melalui sambungan telepon, Jumat (5/1/2023) malam.

Sementara itu, mencegah kecelakaan serupa, Sony berharap PT KAI membangun jalur ganda (double track) di selatan Jawa. Dia menilai dengan adanya double track, kecelakaan 'adu banteng' tidak akan terjadi. Akan tetapi, dia mengakui sulit untuk membangun jalur ganda karena alasan geografis.

Tidak hanya itu, proyek tersebut juga bakal mengganggu anggaran dana pembangunan. “Jadi [anggaran pembangunannya] lebih mahal. Jadi akhirnya uang yang ada dibuat yang mana dulu lah, yang gampang,” lanjut dia.

Evakuasi rangkaian kereta

Foto udara petugas yang mengoperasikan alat berat untuk mengevakuasi rangkaian kereta yang mengalami kecelakaan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Selama proses evakuasi berlangsung, PT KAI mengalihkan jalur kereta api menuju selatan ke jalur utara . ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Respons Pemerintah & KAI

Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, mengatakan pihaknya akan menggeber pembangunan jalur ganda di lokasi kecelakaan KA Turangga dan KA Bandung Raya. Dia mengaku hal ini untuk menambah keamanan dan peningkatan layanan.

“Dalam jangka menengah, (Kemenhub) melanjutkan pembangunan double track di ruas ini untuk meningkatkan aspek safety dan layanan,” ujar Adita kepada reporter Tirto, Sabtu (6/1/2023).

Dalam jangka pendek, kata Adita, Kemenhub melalui DJKA akan melakukan evaluasi dan investigasi bersama KNKT dan seluruh unsur terkait untuk segera menemukan penyebab kecelakaan. “Hal ini penting untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali di masa mendatang,” tambah dia.

Sebelumnya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mengambil langkah dengan menerjunkan tim investigasi ke lokasi kejadian.

Tim KNKT tersebut di antaranya, Gusnaedi Rachmanas (IIC), Aditya W. S Yudisthira dan Yogi Arisandi (Anggota), Agus Marson (Tenaga Ahli). Langkah investigasi kejadian ini akan dilakukan selama empat hari, sampai dengan 8 Januari 2024, pekan depan.

“Kami akan melakukan analisis menyeluruh terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian kecelakaan, serta melakukan koordinasi dengan beberapa pihak terkait,” ucap Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, dikonfirmasi reporter Tirto, Jumat (5/1/2024).

Sementara itu, EVP of Corporate Secretary KAI, Raden Agus Dwinanto Budiaji, menyampaikan bahwa manajemen KAI telah melakukan berbagai upaya untuk menekan dan meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan kereta api. Di antaranya, dengan melakukan peningkatan sistem komunikasi perjalanan kereta dan berbagai hal teknis lainnya.

“KAI sangat serius dalam memberikan layanan perjalanan kereta yang aman, nyaman dan tepat waktu bagi penumpang,” kata Agus dalam keterangan resmi.

Agus menegaskan, KAI menerapkan zero tolerance terhadap kecelakaan dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan perjalanan kereta. Pihaknya, kata Agus, berkomitmen segera menyelesaikan kejadian kecelakaan ini sehingga perjalanan penumpang dapat berangsur pulih dan kembali normal.

Baca juga artikel terkait KECELAKAAN KERETA API atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz