Menuju konten utama
Dago Elos di Kota Bandung

Duduk Perkara Kericuhan Dago Elos: Berawal dari Sengketa Lahan

Kericuhan yang terjadi di Dago Elos, Kota Bandung merupakan buntut panjang dari sengketa lahan. Bagaimana duduk perkaranya?

Duduk Perkara Kericuhan Dago Elos: Berawal dari Sengketa Lahan
Situasi permukiman di Dago Elos. Selasa, 15 Agustus 2023. Dikdik Ripaldi/Tirto.id

tirto.id - Senin malam, 14 Agustus 2023, kericuhan pecah di daerah permukiman warga Dago Elos, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Polisi melontarkan sejumlah tembakan gas air mata, menyisir gang-gang, diduga mendobrak pintu rumah dan melakukan penangkapan disertai tindak kekerasan. Sejumlah lansia, anak-anak bahkan balita turut berada di pusaran kekerasan, menyisakan sesak dan trauma di antara mereka.

Malam itu sekira pukul 23.00 WIB, Fira (25), salah seorang warga Dago Elos, tengah di lantai dua rumahnya bersama anak perempuannya yang baru berusia 10 bulan. Dari sana, Fira mendengar bising suara teriakan warga di antara deru serine mobil polisi, juga rentetan bunyi letusan.

Sesaat, Fira kemudian mendengar suara benda keras seperti membentur dinding rumahnya. Sambil menggendong anaknya yang tidur, Fira membuka pintu, dan seketika saja ia disambut kepulan asap.

Mata Fira langsung perih, dadanya sesak, sementara anaknya terbangun dan mulai menangis. Fira saat itu tak menyangka, benda yang membentur dinding rumahnya itu ternyata tembakan gas air mata. Kepulan asap itu masuk ke dalam rumah.

Fira mengaku sangat panik saat anaknya yang baru berusia 10 bulan itu terlihat mulai sulit bernapas. Fira sempat mencoba keluar rumah, tapi kepulan gas air mata itu terasa tebal, menutup jalur tangga menuju lantai bawah.

"Saya sambil telpon ke suami saya. Suami saya masih kejebak macet di Jalan Dago,” kata dia saat ditemui kontributor Tirto di Bandung, Selasa (15/8/2023).

Sambil menahan perih, sesak, dan menggendong anak, Fira berupaya untuk tetap sadar. Fira mengaku serasa akan pingsan. Di saat-saat krusial, untungnya sejumlah warga datang menolong. Mereka memanjat pagar rumah dan merangsek masuk lewat lantai dua.

Ibu dan anak itu berhasil selamat dari situasi mengerikan itu, keluar dari rumah meski harus dibopong.

“Saya hampir tak sadar diri, sudah enggak kuat jalan. Saya dipangku warga, dibawa ke balai RW. Kepikiran anak saya, gimana kalau saat itu saya pingsan. Saya belum masuk ke rumah sampai sekarang, kami ngungsi ke kosan kakak suami saya," kata Fira. "Panik banget, kalau telat mungkin bisa fatal juga ya ke pernapasan anak," lanjutnya.

Buntut Panjang dari Sengketa Lahan

Kejadian yang dialami Fira merupakan buntut panjang dari sengketa lahan antara warga Elos berhadapan dengan keluarga Muller bersama PT Dago Inti Graha. Kericuhan Senin malam itu bermula pada rentang pukul 22.30 hingga dini hari.

Sebelum tembakan gas air mata meletus, puluhan warga bersama elemen solidaritas melakukan aksi protes memblokade sebagian Jalan Ir. H. Juanda, depan Terminal Dago.

Warga saat itu kecewa karena laporan mereka tentang dugaan penipuan atau pemalsuan dokumen akta waris tanah yang diklaim keluarga Muller ditolak Polrestabes Bandung.

Sebagai pengingat, Fira dan sekitar 300 keluarga di Dago Elos bersengketa dengan keluarga Muller yang mengklaim memiliki hak atas lahan seluas 6,3 hektare, tempat tinggal ratusan warga Dago Elos-Cirapuhan. Sengketa bergulir sejak 2016 silam.

Tirto pada 13 Desember 2017 pernah menurunkan laporan mendalam terkait sengketa ini. Saat itu, kami juga menguhubungi kuasa hukum keluarga Muller, Alvin Wijaya Kesuma. Sayangnya, Alvin enggan memberikan keterangan terkait sengketa dan kepemilikan tanah itu. Detail artikel bisa dibaca di link ini.

Warga digugat oleh Heri Hermawan Muller, Dodi Rustendi Muller, dan Pipin Sandepi Muller bersama PT Dago Inti Graha. Tiga orang keluarga Muller ini mengaku mewarisi tiga sertifikat eigendom verponding dari kakeknya, George Hendrik Muller.

Sengketa lahan sampai ke meja Mahkamah Agung (MA). Pada 2022, MA dalam putusan Peninjauan Kembali (PK) Nomor 109/PK/Pdt/2022, menyatakan bahwa keluarga Muller dan PT Dago Inti Graha diprioritaskan memperoleh hak milik atas lahan sengketa. Keputusan itu mengantarkan warga ke ujung penggusuran.

Keluarga Muller dianggap lebih berhak atas lahan itu dengan alasan lebih dahulu mengajukan permohonan sertifikasi tanah. Menurut penelusuran Tim Advokasi warga Dago Elos, keluarga Muller pernah mengurus Surat Pernyataan Ahli Waris (PAW) ke Pengadilan Agama Cimahi pada 2014. PAW itu menyatakan bahwa Georgius Hendrikus Wilhelmus Muller merupakan “kerabat dari Ratu Wilhelmina Belanda yang ditugaskan di Indonesia.”

Belakangan, penelusuran warga dan tim kuasa hukum membuahkan bukti yang menunjukkan bahwa pengakuan tertulis soal waris tanah itu tidak benar. Temuan ini yang kemudian dijadikan laporan pidana, tapi kemudian ditolak polisi dengan alasan kurang bukti.

“Melaporkan bahwa keluarga Muller telah melakukan penipuan, mengaku sebagai utusan atau ditugaskan ratu Belanda ke Indonesia. Itu tercantum di penetapan ahli waris yang kemudian berdampak kepada seluruh warga Dago Elos yang terancam kehilangan tanahnya.”

“Warga lalu merasa kecewa karena laporan ditolak, sehingga warga melakukan protes dan berujung kekerasan yang diterima warga malam kemarin" kata Dzulkifli, perwakilan tim kuasa hukum warga, saat konferensi pers di depan Balai RW 02 Dago Elos, Selasa, 15 Agustus 2023.

Laporan yang ditolak polisi ini dianggap penting bagi upaya warga dalam mempertahankan tanah yang sudah mereka diami puluhan tahun itu. Dinilai, bisa membuka celah dan memperpanjang perjuangan lewat jalur hukum.

Kericuhan di Dago Elos

Warga dan kuasa hukum menggelar konferensi pers di depan Balai RW Dago Elos. Selasa, 15 Agustus 2023. Dikdik Ripaldi/Tirto.id

Tembakan Polisi di Ujung Negosiasi

Tirto merangkum kronologis kericuhan Senin malam di Dago Elos, yang disusun warga bersama tim kuasa hukum. Berikut beberapa rincian waktu dan kejadian:

Pukul 20.58

Warga yang kecewa karena laporannya ditolak tiba di Terminal Dago. Mereka memblokade jalan, menuntut laporan dugaan penipuan soal akta ahli waris Keluarga Muller diterima Polrestabes Bandung.

Pukul 21.45

Aparat kepolisian tiba di sekitar lokasi permukiman warga. Warga membuka negosiasi dengan aparat kepolisian.

Pukul 22.40

Proses negosiasi berlanjut dan menghasilkan kesepakatan bahwa kepolisian akan memproses ulang laporan warga. Syaratnya, warga membuka blokade jalan secara bertahap.

Pukul 22.45

Warga pelapor bersama tim kuasa hukum telah bersepakat dan bersiap untuk berangkat ke Polrestabes Bandung.

Pukul 22.50

Terjadi penembakan gas air mata yang dilontarkan dari arah utara ruas Jalan Dago. Tembakan gas air mata oleh anggota polisi bermotor meluncur dari belakang barisan warga.

Pukul 23.05

Bentrokan besar terjadi dan meluas dari belakang hingga barisan depan. Saat warga melakukan evakuasi, aparat kepolisian merangsek masuk diiringi suara beruntun tembakan gas air mata.

Pukul 23.20

Aparat kepolisian mengerahkan water canon untuk membubarkan warga yang masih tercecer.

Pukul 23.30

Warga berupaya melindungi diri dengan memblokade sejumlah akses masuk ke permukiman. Namun, aparat kepolisian tetap merangsek masuk hingga ke tengah-tengah pemukiman warga disertai tindakan represif, menyisir masuk ke gang-gang pemukiman.

Polisi berulang kali melontarkan gas air mata hingga masuk halaman rumah warga. Aparat kepolisian-pun mencoba mendobrak rumah-rumah warga dan melakukan sweeping. Terjadi pemukulan-pemukulan, intimidasi verbal, hingga tindakan-tindakan yang serba provokatif dari aparat kepolisian. Sejumlah warga ditangkap.

Pukul 00.00 - 03.00

Polisi masih melakukan penyisiran dan penangkapan secara acak ke rumah-rumah warga dan perburuan orang secara acak. Atas kejadian ini, aktivitas pasar yang seharusnya mulai beroperasi jadi tidak beroperasi. Warga baru dapat beraktivitas secara normal pada pukul 05.00.

Warga, Advokat dan Jurnalis jadi Korban

Menurut catatan sementara warga dan kuasa hukum, ada sekitar 11 orang yang ditangkap polisi. Hingga Selasa siang, masih ada 7 orang yang ditahan di Polrestabes Bandung. Warga dan kuasa hukum mengaku masih melakukan pendataan ulang, termasuk jumlah orang yang menjadi korban luka-luka, juga yang mengalami perusakan properti.

“Kami masih mendata ulang warga terdampak, yang luka fisik atau psikis, banyak warga yang shock, khususnya ibu-ibu dan balita. Jujur dari posisi warga mayoritas memang mulai bermunculan rasa ketakutan," kata Angga perwakilan Forum Warga Dago Elos.

Selain warga, yang juga ditangkap polisi ada Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) wilayah Jawa Barat, Rizky Ramdani yang akrab dipanggil Astro.

Beberapa jurnalis juga mengaku sempat mendapat pukulan dari polisi. Di antaranya dialami oleh jurnalis Bandung Bergerak dan Harian Pagi Koran Radar Bandung. Sementara beberapa persma dilaporkan sempat dikejar-kejar polisi saat kericuhan terjadi.

Warga, bersama elemen solidaritas dan tim kuasa hukum pun mengutuk seluruh penggunaan kekerasan berlebihan oleh polisi dalam menangani protes warga sehingga menimbulkan korban luka, kerusakan fasilitas, properti dan kendaraan milik warga. Polisi dinilai telah berlaku secara brutal.

Kericuhan di Dago Elos

Fira menunjukan titik jatuh selongsong gas air mata di depan rumahnya, Selasa, 15 Agustus 2023. Dikdik Ripaldi/Tirto.id

Tanggapan Polisi terkait Kericuhan

Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Budi Sartono, membantah jika polisi menolak laporan warga. Budi juga menyangkal jika tembakan gas air mata diarahkan ke rumah warga. Ia percaya, jajaran polisi sudah melakukan kerja sesuai SOP. Meski begitu, ia mengakui bahwa malam itu memang ada tembakan gas air mata yang diluncurkan polisi.

“Kami sudah jelaskan kami tidak menolak (laporan). Pihak pengacara dan warga diterima langsung Kasat Reskrim, disampaikan bahwa laporan ini akan diterima dengan alat-alat bukti pendukung yang dibutuhkan. Mungkin ada penyampaian yang miss," katanya kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung.

Ia menambahkan, “Memang ada beberapa anggota jajaran dari Polda Jabar yang melakukan penembakan gas air mata. Tidak ada yang ditembak ke arah permukiman warga sama sekali, semua dilakukan kepada jalan hanya untuk membuka jalan.”

Budi menuding bahwa kerusuhan di Dago Elos pecah lantaran ada kelompok-kelompok provokatif. Polisi mengaku hanya berupaya memulihkan situasi agar kondusif sambil mengamankan pihak yang dituding provokatif tersebut.

“Pada saat berdiskusi (negosiasi) ada sekelompok masyarakat yang melakukan provokasi melempar batu, kembang api, dan botol ke petugas sehingga terjadi kejadian chaos tersebut," jelas Budi.

“Kita telah mengamankan pelaku-pelaku yang anarkis, ada 7 orang. Sebanyak 4 orang terbukti melakukan anarkis dan terbukti bukan warga di wilayah tersebut", "Kami menembak gas air mata hanya kepada pelaku yang anarkis.”

Ditanya soal dugaan tindakan intimidasi atau represi yang dilakukan anak buahnya, Budi mengaku akan mempelajarinya lebih lanjut. "Jika memang ada anggota yang memasuki rumah, kami akan pelajari kembali," katanya.

Baca juga artikel terkait DAGO ELOS atau tulisan lainnya dari Dikdik Ripaldi

tirto.id - Hukum
Kontributor: Dikdik Ripaldi
Penulis: Dikdik Ripaldi
Editor: Abdul Aziz