tirto.id - Saat Yerry Mina, bek tengah Kolombia, membawa Kolombia unggul 1-0 atas Senegal pada menit ke-74, Akira Nishino melakukan perjudian. Ia tahu bahwa, meski Jepang tetap kalah 0-1 dari Polandia, Jepang memiliki peluang besar lolos ke babak 16 besar.
Jepang dan Senegal sama-sama mengumpulkan 4 angka dengan selisih gol yang juga sama: mereka mencetak 4 gol dan kemasukkan 4 gol. Namun menyoal status tim fair play, Jepang lebih baik daripada Senegal. Sementara pemain-pemain Senegal mengantongi 6 kartu kuning, pemain-pemain Jepang hanya 4 kartu kuning. Daripada mengejar ketertinggalan, Nishino pun memilih mengamankan hasil pertandingan.
Sejak menit ke-80, Jepang kemudian memilih meretensi bola di daerah mereka sendiri. Menurut Opta, pemain-pemain Jepang bahkan tidak menyentuh daerah sepertiga akhir dalam 10 menit terakhir menghadapi Polandia tersebut. Nishino pun melakukan pergantian pemain yang tidak lazim bagi tim yang sedang ketinggalan. Pada menit ke-82, ia memasukkan Makoto Hasebe, seorang gelandang bertahan, untuk menggantikan Yoshinori Muto, seorang penyerang.
Perjudian Nishino itu memang ditanggapi oleh penggemar Jepang dengan cibiran, tetapi tergolong sukses. Karena hasil pertandingan antara Kolombia melawan Senegal tak berubah hingga bubar, Jepang berhasil lolos ke babak-16 besar.
Meski begitu, Nishino merasa bersalah terhadap para penggemar Jepang karena perjudiannya itu. Menurutnya, cara bermain Jepang dalam 10 menit terakhir itu tidak menunjukkan karakter Jepang yang sesungguhnya. Dengan begitu, sambil meminta maaf kepada para penggemar Jepang, ia kemudian berjanji untuk menebus kesalahannya. Saat menghadapi Belgia, ia ingin Jepang tampil mengesankan. Sebuah penampilan yang akan selalu diingat oleh para penggemar Jepang.
Namun Belgia bukanlah lawan mudah bagi Jepang. Di atas kertas Belgia mempunyai kualitas di atas Jepang. Dengan gugurnya Jerman, Spanyol, serta Portugal, Belgia adalah salah satu unggulan terkuat untuk meraih gelar Piala Dunia 2018. Terlebih, sejak kalah dari Spanyol pada September 2016 lalu, Belgia belum sekalipun menyentuh kekalahan. Terakhir, bermain dengan mayoritas pemain cadangan, mereka bahkan mengalahkan Inggris 1-0 di partai pamungkas Grup G.
Setelah sempat merotasi pemainnya saat menghadapi Inggris, Roberto Martinez, pelatih Belgia, juga akan kembali memainkan komposisi terbaiknya, termasuk kembali memainkan Eden Hazard, Romelu Lukaku, dan Kevin De Bruyne yang hanya menonton dari bangku cadangan saat Belgia mengalahkan Inggris. Dengan modal itu semua, Martinez siap mengubur keinginan Nishino sekaligus memulangkan Jepang dari Piala Dunia 2018.
Gelandang-Gelandang Jepang Bisa Menyulitkan Belgia
Setelah sempat bermain dengan formasi 4-4-2 saat menghadapi Polandia, Jepang sepertinya akan kembali menerapkan formasi 4-2-3-1 untuk menghadapi Belgia. Shinji Kagawa, Takashi Inui, Yuya Osako, Makoto Hasebe, Genki Haraguchi, dan Gen Shoji yang disimpan tenaganya saat menghadapi Polandia, akan kembali menjadi starter.
Dengan formasi tersebut Jepang kemungkinan besar akan kembali bermain reaktif, seperti saat melawan Kolombia dan Senegal. Pada pertandingan melawan Kolombia, untuk membantu Nagatomo membatasi pergerakan Juan Cuadrado, Nishino menempatkan Hasebe sebagai gelandang bertahan sebelah kiri. Saat menghadapi Senegal, Hasebe dimainkan sebagai gelandang bertahan sebelah kanan untuk membantu Hiroki Sakai membatasi ruang gerak Sadio Mane.
Mengingat Belgia sering menempatkan Eden Hazard serta Yannick Carrasco di sebelah kiri lini serang Belgia, Hasebe sepertinya akan ditempatkan sebagai gelandang bertahan sebelah kanan. Ia bisa membantu Hiroki Sakai untuk membatasi pergerakan Hazard. Sementara menyoal Carrasco, Genki Haraguchi bisa mempermudah kinerja Hasebe. Meski bermain gelandang serang sebelah kiri, Haraguchi adalah pemain Jepang yang paling sering melakukan tekel. Ia rata-rata melakukan 4,5 tekel dalam dua pertandingan dan berhasil membantu Jepang membatasi pergerakan Mane saat Jepang bermain imbang melawan Senegal. Kemampuannya itu bisa berguna untuk meminimalisir pergerakan yang dilakukan Carrasco.
Di sektor gelandang bertahan sebelah kanan, Gaku Shibasaki juga bisa berperan penting. Sebagai seorang ball-winner, sukses tidaknya dirinya dalam mematikan Kevin De Bruyne bisa menentukan jalannya pertandingan secara keseluruhan.
Sewaktu bermain bersama Getafe di La Liga musim lalu, Gaku memang lebih sering bermain sebagai gelandang serang atau bahkan sebagai penyerang. Namun Gaku mempunyai kemampuan bertahan mumpuni, yang membuatnya menjadi andalan Nishino di sektor gelandang bertahan. Di Piala Dunia sejauh ini, ia rata-rata melakukan 2,3 tiga kali tekel dalam 3 pertandingan, hanya kalah dari Gen Shoji dan Haraguchi.
Menariknya, kemampaun bertahan Gaku bukanlah satu-satunya alasan bagi Nishino untuk terus mengandalkannya. Dari posisi itu, karakter menyerang Gaku juga mempunyai peranan penting dalam setiap bangunan serangan yang dilakukan pemain-pemain Jepang. Selain pandai meretensi bola, Gaku juga mahir menciptakan peluang dari lini yang paling dalam. Sejauh ini, dengan rataan 2 kali umpan kunci dalam tiga pertandingan, ia merupakan pemain Jepang yang paling sering menciptakan peluang.
Karena Axel Witsel kemungkinan besar akan lebih sering bersinggungan dengan Shinji Kagawa, Gaku bisa merepotkan pertahanan Belgia. Terlebih, saat Kevin De Bruyne terlalu asik dalam membantu serangan timnya. Dari situ Takashi Inui, Shinji Kagawa, juga Yuya Osako bisa mengambil keuntungan untuk mengancam lini pertahanan Belgia.
Senjata Belgia: Romelu Lukaku
Sebelum Piala Dunia 2018, Roberto Martinez memang mendapatkan banyak kritik. Dijubeli pemain-pemain penuh kreativitas, ia justru menerapkan taktik bertahan dengan memainkan formasi 3-4-2-1. Namun berkat taktik Martinez itu, Belgia secara perlahan mampu menunjukkan kualitasnya. Malahan, formasi 3-4-2-1 justru tak terlihat seperti sebuah formasi bertahan bagi Belgia.
Selain berhasil membuat Belgia lolos ke babak 16 besar sebagai pemuncak Grup G, pendekatan Martinez berhasil membuat Belgia menjadi tim tersubur di sepanjang putaran grup Piala Dunia 2018: Belgia berhasil mencetak 9 gol dalam 3 pertandingan.
Dalam pendekatan taktik Martinez tersebut, Romelu Lukaku menjadi pemain kunci. Berperan sebagai target-man, Lukaku bisa menjadi pemantul bola sekaligus target serangan direct Belgia karena kecepatan yang dimilikinya. Selain itu, penyerang Manchester United tersebut menjadi penuntas serangan kelas satu. Tampil dalam dua pertandingan, Lukaku berhasil mencetak 4 gol hanya dari 5 kali percobaan tembakan ke arah gawang.
Kemampuan Lukaku ini bisa menyulitkan pemain-pemain belakang Jepang. Jika Jepang memainkan garis pertahanan tinggi saat Belgia menjadikannya Lukaku sebagai target serangan balik, pemain-pemain belakang Jepang akan kesulitan untuk mengimbangi kecepatannya. Belum lagi, Lukaku juga bisa menjadi pemantul bagi Eden Hazard maupun Dries Mertens yang sering muncul dari lini kedua.
Lukaku menjadi dilema bagi barisan pertahanan Jepang. Bertahan secara mendalam untuk menghadapi Lukaku juga bukan pilihan bagus bagi Jepang. Dengan rataan memenangi 3,5 kali duel per laga, Lukaku sangat tangguh saat berduel di udara. Selain itu, ia juga pintar mengendus peluang saat berada di dalam kotak penalti lawan. Dari empat golnya di Piala Dunia 2018 sejauh ini, semuanya dicetak dari dalam kotak penalti.
Dengan pendekatan seperti itu, seperti saat melawan Senegal, Jepang mungkin akan mengambil risiko dengan memainkan garis pertahanan tinggi. Selain menjauhkan Lukaku dari kotak penalti, Jepang juga akan berusaha membatasi umpan-umpan direct yang mengarah kepadanya. Itu bisa berarti bahwa sukses tidaknya pemain-pemain belakang Jepang dalam mematikan Lukaku tergantung kinerja para pemain depan dan pemain tengahnya.
Jika pemain tengah dan pemain depan Jepang gagal memberikan perlindungan berarti terhadap lini belakang, Lukaku berpeluang besar untuk menambah koleksi golnya di Piala Dunia 2018. Belgia pun bisa melangkah ke babak perempat-final Piala Dunia 2018 tanpa gangguan yang cukup berarti.
Editor: Zen RS