tirto.id - Diet ketogenik atau diet keto yang tengah ramai diperbincangkan menuai perdebatan di sejumlah kalangan kesehatan. Beberapa ahli menganggap jenis diet yang dilakukan dengan mengurangi asupan karbohidrat, dan menggantinya dengan asupan lemak serta protein lebih banyak ini baik-baik saja.
Namun beberapa kalangan menganggap diet keto mempunyai risiko yang dapat mengganggu metabolisme dan kesehatan tubuh.
Diet keto diyakini dapat menurunkan berat badan, salah satunya karena dengan mengonsumsi lemak lebih banyak, maka tubuh merasa kenyang lebih lama.
Mengurangi kalori tanpa merasa kelaparan adalah salah satu yang membuat orang tertarik mengikuti diet keto.
Asupan protein yang tinggi membuat keinginan makan turun. Hal ini membuat orang-orang yang melakukan diet keto memang tidak terlalu bernafsu makan.
Selain itu, dengan berkurangnya karbohidrat, air banyak dikeluarkan dari dalam tubuh. Ini yang membuat berat badan mudah turun saat seseorang menerapkan diet keto.
Namun begitu, pengurangan air berlebihan dari tubuh ini mempunyai risiko yang komplek, mulai dari kelelahan hingga kram otot. Hal ini dijelaskan oleh Alix Turoff, R.D., C.D.N., C.P.T., seorang ahli diet.
"Ini menyebabkan ginjal mengeluarkan lebih banyak air, bersama dengan elektrolit yang dibutuhkan tubuh Anda, seperti magnesium, kalsium, natrium, dan kalium. Sementara itu, elektrolit yang tidak seimbang dapat menyebabkan kram otot, detak jantung tidak teratur, kelelahan, distorsi kognitif, dan kurangnya kontrol suhu tubuh," katanya sebagaimana dilaporkan Shape.
Asupan karbohidrat yang berkurang drastis akan menyebabkan tubuh kekurangan karbohidrat dan gula, proses inilah yang disebut dengan ketosis. Ketika tubuh Anda pertama kali memasuki ketosis, kita mungkin mengalami serangkaian efek samping yang disebut keto flu.
Hal ini dijelaskan Jennifer M. Brown, R.D., seorang staf pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dan Promosi Kesehatan Universitas Arizona.
"Keto flu tersebut dapat berupa kelelahan, pusing, pusing, susah tidur, dan sembelit, semua akibat dari pembatasan karbohidrat yang ekstrem," katanya.
Selain itu, ketika kita sengaja membatasi karbohidrat, tubuh kita akan memproduksi lebih sedikit insulin, dan penyimpanan glikogen di otot dan hati akan habis. Untuk setiap 1 gram glikogen yang habis, kita kehilangan sekitar 3 gram air.
Menggantungkan 80-90 persen kalori hanya dari lemak saja adalah sesuatu yang sulit. Sementara itu, orang dewasa membutuhkan asupan energi yang lebih banyak karena aktivitasnya juga lebih tinggi. Selain itu, kandungan lemak tinggi dalam diet ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan berkontribusi meningkatkan penyakit kardiovaskular.
“Tanpa serat dari biji-bijian dan buah-buahan, Anda juga kemungkinan akan mengalami konstipasi dan memiliki masalah pencernaan lainnya,” demikian yang dilansir Popular Science soal dampak diet keto pada orang dewasa.
Karenanya, diet keto secara medis tidak disarankan untuk dilakukan. Dokter cenderung menganjurkan agar orang yang akan menjalani diet untuk menerapkan pola makan gizi seimbang agar asupan gizi pada tubuh tetap terjaga.
“Saya bukan pada posisi menyarankan itu. Tidak pro karena kita makan harus dengan gizi seimbang,” kata dr. Diana Sunardi, M. Gizi, SpGk kepada wartawan Tirto pada April 2017 lalu.
Lebih lanjut dr. Diana mengatakan dengan mengurangi asupan zat tertentu secara terus menerus, maka tubuh akan kekurangan zat gizi. Kondisi demikian semakin lama dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif pada tubuh.
Sebagaimana dilansir Antara, spesialis gizi klinik Dr. Samuel Oetoro mengatakan, total lemak yang jadi asupan dalam diet keto harus terdiri dari 80 persen asam lemak tak jenuh ganda, sisanya adalah lemak jenuh.
Asam lemah tak jenuh terbagi dua, yakni asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acid/ MUFA) dan asam lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty Acid/ PUFA).
Contoh MUFA adalah minyak zaitun, kacang tanah, kedelai, jagung unggas, kacang kenari, butter kacang tanah dan alpukat. Sedangkan asam lemak tak jenuh ganda alias PUFA bisa didapat dari ikan laut, minyak ikan dan minyak kedelai.
Sayangnya, apa yang diterapkan di Indonesia belum tentu tepat. Banyak di antara pelaku diet keto keliru memilih lemak, mereka justru lebih banyak menyantap daging-daging berlemak yang termasuk dalam lemak jenuh.
Berdasarkan penelitian, diet keto sebaiknya hanya dilakukan selama tiga hingga enam bulan. Di bawah tiga bulan adalah waktu yang paling ideal. Terlalu lama berdiet keto justru akan membuat asam urat dan kolesterol jahat semakin tinggi.
Orang obesitas yang sehat boleh melakukan diet keto. Sebaliknya, mereka yang punya berbagai penyakit seperti asam urat atau kolesterol tinggi tidak direkomendasikan menerapkan diet karena hanya akan membuat tingkat asam urat dan kolesterol jahat dalam tubuh semakin tinggi.
Namun, Samuel tidak merekomendasikan diet keto diterapkan oleh para pekerja yang dituntut untuk selalu berpikir. Sebab, butuh karbohidrat untuk membuat sel-sel otak bekerja dengan baik.
"Tanpa karbohidrat, jadi susah mikir, lemot," ujarnya.
Editor: Yulaika Ramadhani